SMA OXFORD
International School°°°
Mobil limosin hitam terparkir tepat di depan sekolah SMA Oxford International School yang notabene kebanyakan di isi oleh murid-murid kaum jetzet dan orang-orang luar negeri.
Mereka yang bersekolah di sini adalah anak-anak dengan kelebihan uang yang tidak terkira, mulai dari anak Konglomerat, Pejabat, Jendral, Pengusaha dan Duta Besar dari negara lain.
Kendaraan yang mereka pakai pun sudah tidak usah ditanyakan lagi, dari yang ke sekolah menggunakan motor harley davidson, mobil limosin, lamborghini, bahkan kalau takut macet mereka ada yang menggunakan helikopter.
Dan Camilla Eshal adalah orang yang sangat beruntung, anak seorang Maid (pembantu) bisa bersekolah di sini, karena kebaikan hati Gunawan— Papinya Enzo.
Untuk membalas kebaikan Gunawan, Camilla selalu mendapatkan peringkat juara umum di sekolahnya dan sering menjuarai olimpiade Matematika.
Karena sudah sampai, Camilla pun bergegas ingin turun dari mobil, dan baru saja tangannya ingin menyentuh handle pintu mobil.
"Tunggu!" Enzo setengah berteriak, "inget ya! Jangan panggil gue Tuan Muda. Jangan ngomong Saya Kamu. Pake bahasa gaul aja elo gue. Paham kan!" Enzo menatap Camilla dengan wajah kaku dan sangar.
"Paham Tuan Muda, eh... Enzo," Camilla pun mengangguk, ingin rasa nya Ia memaki dirinya sendiri karena selalu salah menyebutkan nama.
"Besok lo berangkat sendiri ya, cuma hari ini aja lo bareng gue, ngerti!" Ucap cowok itu. Penuh peringatan.
"Iya ngerti," Camilla selalu mengangguk patuh dan tidak banyak bicara, ketika Enzo selalu memerintah apapun padanya.
Camilla sangat yakin Enzo adalah orang yang sangat baik, karena ketika mereka masih sama-sama kecil, Camilla dan Enzo selalu bermain bersama, tertawa dan bercanda, karena pada dasarnya Enzo adalah anak yang periang, hanya saja semenjak Ibunya yang bernama Miranti meninggal, sikapnya berubah menjadi semakin parah dan sulit untuk dikendalikan.
Enzo berjalan terlebih dahulu, sementara Camilla selalu mengekor Enzo di belakang.
"Beliin minuman kesukaan gue. Cepet!" Enzo memerintah Camilla untuk segera ke kantin dan membelikan nya minuman.
"Iyah," tanpa pikir panjang Camilla segera berlari menuju kantin dan memesan minuman lemon tea dingin dengan irisan lemon asli.
Setelah selesai membayar Camilla fokus pada minuman yang di pegang nya dan segera berlari, Camilla tidak ingin Enzo marah, karena terlalu lama berada di kantin, dan—
Brugh!
Camilla baru saja menumpahkan es lemon tea pesanan Enzo, ke baju cowok yang ditabraknya. Happy birthday.
"Ma-maaf," gadis berkepang satu ini, langsung mengeluarkan tissue dan membersihkan noda di baju cowok tersebut, cowok ini begitu menjulang tinggi, sehingga Camilla harus sedikit mendongak jika ingin melihat wajahnya, tapi itu tidak di lakukan Camilla, karena tidak berani menatap dalam jarak yang begitu dekat.
"Lain kali hati-hati," Cowok yang badge nya bertuliskan nama Fahlefi Jaasir itu tidak marah.
"Iya maaf. Lain kali akan lebih hati-hati," Camilla menunduk dan lagi-lagi tidak berani menatap ke arah cowok itu.
Fahlefi Jaasir pun berlalu begitu saja. Tanpa memperdulikan Camilla yang masih berdiri mematung, setelah Fahlefi Jaasir pergi. Camilla segera memesan minuman lemon tea lagi untuk Enzo.
"Ngapain aja sih. Di suruh beli minuman aja lama banget!" Enzo setengah membentak ke arah Camilla.
"Maaf. Tadi minumannya tumpah," bentakan dari Enzo, sudah biasa di dengar oleh telinga Camilla.
"Di suruh beli minuman aja gak becus, gimana di suruh beli yang lain," ketus Enzo.
"Iya maaf," Camilla menundukkan wajahnya dalam-dalam.
"Maaf maaf aja terus. Ya udah, sana balik ke kelas lo! Ngapain masih di sini!" Hardik Enzo.
"Eh. Iyah, ya udah gue balik dulu," Camilla segera berlari menuju kelasnya, yang bersebelahan dengan kelas Enzo—majikan nya.
°°°
"Kenapa lagi lo? Di marahin lagi sama si brengsek Enzo?" Tanya Nagita dengan nada suara kesal.
"Ya biasalah namanya juga babu, di marahin majikan ya wajar," Camilla mencoba menjelaskan pada Nagita.
Nagita adalah salah satu wanita berhati malaikat, sebab diantara ribuan siswi, hanya Nagita yang mau bersahabat dengan Camilla tanpa memandang ADA APANYA dan ANAK SIAPA.
"Ya tapi Enzo tuh udah keterlaluan, manusia berhati Dajjal tuh orang," Nagita masih bersungut-sungut, menyatakan perasaan tidak suka atas perlakuan Enzo terhadap Camilla.
"Gak boleh ngomong kayak gitu, gak baik," Camilla berusaha menenangkan Nagita.
"Hati lo terbuat dari apa sih? Masih aja sabar dengan sikap si Enzo," Camilla terdiam sesaat, mendengar ucapan Nagita dan memilih tidak menanggapi, karena jika berdebat dengan sahabat nya yang satu ini, bisa tidak selesai tujuh hari tujuh malam.
"Oh ya, tadi gue ke kantin beliin Enzo lemon tea, dan nabrak cowok," ucap gadis itu dengan penuh antusias ingin bercerita.
"Siapa?" Tanya Nagita kepo.
"Gak tahu, tapi di badge nya namanya Fahlefi Jaasir."
"ANJRIT! SUMPAH MIAPA LOH!" Nagita berteriak keras, refleks Camilla langsung menutup mulut Nagita dan menoleh ke sekeliling kelas, "seriusan lo nabrak ZOMBIE TAMPAN itu?" Pekik Nagita.
"Hah! Zombie tampan! Maksudnya!"
°°°
Hallo!
Para kaum Rebahan, apa kabar kalian disana?
semoga selalu dalam keadaan sehat dan bahagia.
Karena nikmat sehat itu adalah anugrah yang tidak bisa di beli dengan apapun.
Dan kalau kalian ingin jadi orang yang bahagia, harus banyak bersyukur ya.
Semoga kalian suka dengan cerita Enzo dan Camilla.
Sebelum membaca, jangan lupa untuk :
Follow ✓ Vote ✓ Coment ✓
KAMU SEDANG MEMBACA
EnzoCamilla (Terbit)
JugendliteraturTerbit di Doveline Publisher =============================== "Sayang. Pokok nya sampe tua. Aku mau nya makan di suapin. Mandi di mandiin sama Kamu," pinta Enzo Julian, setengah merajuk. "Astaga, di amputasi aja ya tangan nya. Gak guna juga, 'kan?" C...