Part 31 : PMR

367 59 38
                                    

°°°

"Ck. Ck. Gila ya, kalau giliran Milla yang jadi petugas piket PMR, langsung berubah jadi hari sakit sedunia," seru Putra. Dengan sengaja memanasi Enzo.

"Iya ya. malah yang antri sakit cowok semua lagi," ucap Danial sambil melirik ke arah Enzo. Dari pintu kelas.

"Ruang Uks, langsung penuh sesak sama yang sakit," ujar Savian, sambil berpura-pura tidak memahami apa yang sedang terjadi.

"PMR udah ganti nama jadi PMC," ucap Badrun.

"Apaan tuh PMC?" Tanya Arsalan.

"Palang merah cinta," jawab Badrun. Sambil terkekeh entah apa yang lucu. Sementara Arsalan hanya terdiam, sama sekali tidak menanggapi lelucon Badrun.

Akhirnya Enzo memutuskan untuk menghampiri Putra dan Danial. Yang sedang berada di depan pintu kelas, sementara Arsalan, Savian dan Badrun bersandar di dekat tiang.

Dari luar Enzo bisa melihat Camilla sedang mengobrol dengan anak kelas 12, Jaasir, Emrick, William, Farhan, Gavin, dan Hideki. Enzo melihat Camilla sedang memasang plester di pelipis Jaasir.

Saat Camilla sedang memasangkan plester di kening, Jaasir memandang Camilla dengan tatapan mengagumi, di susul dengan pembicaraan yang entah apa, tapi bisa membuat Camilla sampai tertawa senang.

Itu membuat hati Enzo terasa tercubit, ini namanya rasa sakit yang tidak berbentuk, dapat di rasakan namun tidak terlihat. Enzo menghela nafasnya dengan berat. Rasanya nyesek banget.

"Kak. Bentar lagi kan Kakak lulus. Kakak mau lanjut kuliah dimana?" Tanya Camilla, sambil memasang plester di kening Jaasir.

"Bingung. Mau kuliah di luar negeri. Tapi nanti gak bisa ketemu sama Milla," ucap Jaasir, sambil tersenyum manis.

"Lho Kakak gak boleh kayak gitu. Ikutin apa kata hati Kakak," jawab Camilla, sambil merapikan plester yang melekat di kening Jaasir.

"Hmm. Iya deh. Nanti di pikir-pikir lagi," ucap Jaasir.

"Udah selesai nih Kak, ada yang bisa gue bantu lagi gak?" Ucap Camilla, sambil tersenyum manis.

"Milla... Lo tau gak? Lo tuh cantik dan lucu, gue suka banget kalau lagi liatin wajah Lo, bikin gue gemes. Pengen gue gigit pipi Lo," ucapan Jaasir. Membuat Camilla berjengit ngerih.

Sontak Camilla reflek memegang pipinya, Melihat ekspresi Camilla seperti itu. Membuat Jaasir makin tertawa, karena malah terlihat semakin lucu.

"Pipi gue bukan bakpao Kak, jadi jangan di makan," dan lagi ucapan Camilla, sukses membuat tawa Jaasir makin meledak.

"Terus abis gue gigit pipinya, gue gigit telinganya," sontak Camilla memegang telinganya.

"Terus abis gigit telinganya, gue gigit hidungnya, " reflek tangan Camilla sehabis memegang telinganya, berpindah memegang hidung.

Melihat Camilla semakin lucu membuat jaasir semakin gemas dan tertawa lebar, "terus abis hidungnya, yang terakhir gue gigit bibirnya," pada bagian terakhir, Jaasir mengucapkannya dengan sangat lirih, ditambah suara berat Jaasir, semakin menambah sexy yang mendengarnya.

Glek!

"Abis dong gue Kak, gak punya muka lagi, di gigitin semua," ucap Camilla sambil terperangah.

Seketika Jaasir terkekeh sambil mengacak-acak rambut Camilla dengan sayang.

"Wei Dude! Baliklah udah kelamaan nih, gak enak ketauan guru," ucap Emrik.

"Tau nih, pagi-pagi seneng banget gangguin pacar orang," ujar William.

"Harap maklum, namanya juga mantan terindah," ucap Gavin.

EnzoCamilla (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang