Part 18 : Sorry

500 84 3
                                    

"I miss you and
can't wait to hugh you."


°°°

Minggu pagi ini, Camilla berjanji akan mengajak Safira bermain sepeda, berkeliling di taman yang cukup luas, taman yang banyak di tumbuhi pohon perdu rindang, serta beraneka warna bunga yang bermekaran, akan menjadi lukisan pemandangan yang menyejukkan mata.

Camilla dan Safira bersepeda mengelilingi kolam air yang cukup besar, di tengahnya ada air mancur yang di pasangkan lampu khusus, yang hanya menyala indah di malam hari, dan akan memancarkan bias cahaya layaknya di negri dongeng.

"Kak Milla, Safira lapar dan haus. Kita makan di tempat biasa beli gelato yuk, Kak?" Safira menghentikan sepedanya, sambil sesekali mengatur nafasnya.

"Kalau kesana harus di antar supir sayang, soalnya agak jauh. Di seberang jalan aja yah, ada cafe yang buka juga kok, gimana?"

"Ya udah deh, yang penting Safira bisa makan dan minum," Safira tersenyum manis menatap Camilla.

Melihat Safira banyak mengeluarkan keringat, Camilla segera mengeluarkan tissue, untuk membersihkan keringat gadis cantik dan mungil itu, sambil sesekali merapikan rambutnya yang berantakan.

"Aduh,... adiknya Kak Milla yang cantik sampai keringetan gini," Camilla tersenyum manis ke arah Safira, gadis cantik berwajah boneka.

"Makasih Kak Milla,... Ya udah Kak, ayo jalan," Safira langsung mengayuh sepedanya.

"Eh!... Safira tunggu!"

Brak!

Tiba-tiba saja Safira bertabrakan dengan pengendara sepeda yang sedang melaju dengan kecepatan yang sangat kencang.

"Safira!" Camilla berhamburan, berlari mengejar Safira.

"Mba! Gimana sih! Adiknya bukan di jagain!"

"Ma_maaf Pak," kaget dan panik secara bersamaan di rasakan Camilla.

Laki-laki yang mengendarai sepeda itu, berlalu begitu saja melajukan sepedanya, meninggalkan Camilla dan Safira yang sedang menangis.

Camilla langsung menelpon supir untuk minta di jemput, sementara Safira tidak hentinya menangis, karena menahan sakit pada lututnya yang terluka dan berdarah.

°°°

Tiba di rumah, Enzo sudah menunggu di depan pintu dan segera menggendong Safira ke kamar, di susul oleh Camilla dan Kin Dhananjaya.

Camilla hendak mendekat dan mengobati Safira, namun hanyalah bentakan dari Enzo yang di dapatnya.

"Lo! Jagain Safira aja gak becus!" Enzo menatap Camilla dengan tatapan tajam, menahan emosinya dan suara yang tertahan.

Camilla membelalakan matanya, seakan tak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya dari mulut Enzo, "Ma_maaf, Enzo. Gue__"

"Udah gak usah banyak ngomong! lo tuh Udah teledor! Gue udah gak bisa lagi percayain Safira sama lo!" Enzo segera duduk di pinggir tempat tidur milik Safira.

"Enzo! Kalau ngomong jangan keterlaluan!" Bentak Kin Dhananjaya.

"Iya Kak Enzo, orang Safira udah gak apa-apa kok," Safira menarik-narik ujung baju Enzo dan dan tersenyum manis, Safira ingin menunjukkan, jika dirinya memang baik-baik saja.

Enzo mengusap puncak kepala Safira, sementara Camilla segera berlari menuju kamarnya, dengan air mata yang mengalir deras.

"Milla!" Kin memanggil namun tidak di gubris, oleh Camilla.

EnzoCamilla (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang