*Jangan lupa vote sebelum baca yaa
"Tak apa, jika dunia memperlakukan kita dengan tidak adil. Yang perlu kita ingat, kita wajib berbuat adil pada diri kita sendiri. Seburuk apapun keadaannya, kita tak boleh mendzolimi diri sendiri. "
🌻Foggy Road🌻
Ha p p y R e a d i n g ✨
Raffan bangun dari tidurnya ketika adzan subuh berkumandang. Dia menatap ke sekeliling kamar untuk mencari wanita yang berstatus sebagai istrinya. Namun nihil, wanita itu tak ada disini. Dia baru ingat jika semalam Reina tak ingin tidur disini, wanita itu memilih tidur di kamar tamu. Hal itu membuat rasa bersalahnya kian membuncah. Raffan turun dari ranjang dan menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu. Sebrengsek-brengseknya dia, Raffan tak pernah meninggalkan kewajibannya yang satu ini. Bukankah orang berlumur dosa sepertinya masih pantas meminta ampunan pada Sang pemilik alam semesta?
Setelah melakukan sholat subuh, Raffan menuju kamar tamu. Dia ingin melihat keadaan Reina. Di depan pintu bercat putih itu, Raffan tergugu mendengar suara isakan Reina. Wanita itu menangis dan lagi-lagi tangisan itu karena dirinya.
"Maafkan aku Rein" batin Raffan.
Raffan kembali memikirkan pernikahannya. Pernikahan ini terjadi karena keegoisannya. Keegoisan untuk menjadikan Reina sebagai batu loncatan untuk melupakan Arumi. Hingga akhirnya Reina dan Arumi harus terjebak pada takdir yang memuakkan ini. Raffan sudah menerima Reina dalam hidupnya, namun tetap saja masih ada bayang-bayang Arumi. Keadaan Arumi membuatnya tak tega untuk melepas wanita itu. Sekuat apapun Raffan berusaha untuk mengabaikannya, wajah sedih dan kesakitan Arumi selalu menghantuinya. Dia merasa bersalah karena tak tahu apa yang dialami oleh Arumi sejak dulu. Tentang Reina? Raffan akui dia nyaman dengan wanita yang menyandang status istrinya selama 1,5 tahun itu. Namun, dia sendiri belum bisa memastikan perasaannya.
Klek
Pintu kamar itu tiba-tiba terbuka dari dalam.Reina, wanita itu keluar dari dalam kamar. Rambut yang biasanya selalu rapi itu terlihat berantakan. Wajah yang selalu ceria itu bagaikan awan hitam yang mendung. Wanita itu melewatinya Raffan begitu saja.
Reina menghentikan langkahnya di dapur. Dia membuka pintu kulkas memeriksa apakah ada bahan makanan yang bisa diolahnya. Wanita bersurai coklat itu mengeluarkan dua butir telur dan bumbu instan untuk membuat nasi goreng. Sedangkan Raffan hanya mengamati Reina dari meja makan.
Reina meletakkan dua piring nasi goreng diatas meja makan dan menyodorkan salah satunya ke depan Raffan. Reina duduk dan menyiapkan garpu dan sendok milik Raffan. Raffan menatap gerak-gerik Reina. Sekecewa-kecewanya Reina, kenapa dia masih bisa bersikap demikian walaupun dengan wajah datarnya?
Mereka sarapan dalam keheningan. Hanya suara dentingan antara sendok dan piring yang mendominasi ruangan. Setelah beberapa menit, mereka selesai sarapan.
"Mau kemana?" tanya Raffan ketika melihat Reina bangkit dari duduknya.
Reina tidak menjawab, dia membereskan piring bekas makan miliknya dan Raffan. Lalu wanita itu lalu mencucinya di wastafel.
"Kamu mau ke rumah sakit? Ayo aku antar" ucap Raffan ketika Reina sudah menyelesaikan acara cuci piringnya.
Reina menggeleng dan berujar dengan nada dingin "Tidak usah, saya bisa sendiri."
"Saya?" Raffan termangu setelah mendengar panggilan Reina. Sefatal itukah salahnya hingga Reina memanggil dirinya sendiri dengan sebutan saya?
🌻🌻🌻
Arumi baru saja menyelesaikan acara memasaknya. Hari ini dia berencana membawa masakannya ke kantor suaminya. Suami? Bolehkah Arumi menyebut Raffan sebagai suaminya ketika ada wanita lain yang juga memanggil Raffan demikian. Wanita hamil itu memasukkan satu persatu masakannya ke dalam kotak makan siang.
![](https://img.wattpad.com/cover/229678279-288-k397508.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Foggy Road (Completed 🌻)
Romance[Melodrama] Dicintai dan mencintai tidak menjamin bahwa kita akan selalu bahagia. Terkadang cinta malah membawa kita pada jalan yang berkabut. Kita tidak bisa melihat keadaan dengan jelas mana yang baik dan mana yang buruk. Reina, merasa hidupnya s...