28. You're Letting She Go (1)

18.5K 910 68
                                    

Ahh sedih banget kemaren komennya ga nyampe target. Tapi yaudahlah yaa aku up sekarang aja.

*Jangan lupa vote sebelum baca ya 😍

"Darimu, Aku akhirnya tahu. Aku memang tidak ditinggal pergi, melainkan sengaja
dibiarkan pergi"

🌻Foggy Road🌻

Ha p p y R e a d i n g ✨

"Halo, Assalamualaikum?" ucap Reina ketika telfon itu sudah tersambung.

"Waalaikumusalam, maaf ini siapa ya?" tanya Tedi kepada sang penelfon.

"Arum sudah kembali pak."

"Nak Reina? Alhamdulillah, bapak minta tolong sama nak Reina. Tolong pertemukan kami nak, bapak rindu sekali dengan dia." jawab Tedi dengan nada sendu.

"Oke, saya akan usahakan."

"Terimakasih nak, tapi bapak tidak bisa kesana besok. Bisa bertemu di restoran saja nak? Nanti bapak kirim alamatnya"

"Baiklah, sampai bertemu besok."

Setelah salamnya terjawab, Reina segera mematikan telefon tersebut. Reina memang benci kepada Arumi, namun dia juga seorang anak. Dia tahu rasanya rindu kepada orangtua. Melihat wajah Ayah Arumi kemarin mengingatkannya pada ayahnya yang tidak tiada. Maka dari itu dia memutuskan untuk membantu Arumi bertemu dengan ayahnya. Namun ingat, Reina hanya membantu, bukan berarti dia memaafkan wanita itu.

"Siapa yang telfon Rein?" tanya Raffan yang baru saja keluar dari kamar mandi.

Reina memilih melengos dan tak menjawab pertanyaan Raffan.

"Lucu banget kalo ngambek." ucap Raffan ketika mendengar suara pintu dibanting.

🌻🌻🌻

Raffan mengamati wanita yang sedang duduk sembari menyandarkan punggung ke head board ranjang itu. Mata wanita itu terbuka, tapi tak ada kehidupan disana. Hanya kekosongan yang terlihat di mata yang menatap lurus ke depan itu.

"Rum?" panggil Raffan.

Tak ada jawaban.

Bibir itu masih terkatup rapat membentuk garis lurus.

Raffan juga tak tahu apakah yang membuat penyakit Arumi kambuh. Seingatnya dua hari lalu, wanita itu masih baik-baik saja. Dia ingat betul pagi itu, mata itu masih menatapnya dengan hangat. Sedangkan bibir itu masih menampakkan senyum manis. Namun sekarang, jangankan tersenyum, yang dia lakukan hanya diam. Hal ini memang sudah dijelaskan oleh dokter yang menangani penyakit Arumi. Kemarin, dokter itu memberitahukan bahwa Arumi mengidap PTSD.

PTSD atau post-traumatic stress disorder adalah gangguan mental yang ditandai dengan kegagalan untuk pulih setelah mengalami atau menyaksikan peristiwa yang mengerikan. Kondisi ini bisa berlangsung berbulan-bulan atau bertahun-tahun, dengan pemicu yang dapat membawa kembali kenangan trauma disertai dengan reaksi emosional dan fisik yang intens. Gejala penyakit ini antara lain mimpi buruk atau kilas balik, menghindari situasi yang mengingatkan trauma, meningkatkan reaktivitas terhadap rangsangan, kegelisahan, atau suasana hati yang tertekan.

"Arumi?" ulang Raffan dengan suara yang lebih kencang dari sebelumnya.

Panggilan itu menarik Arumi dari lamunannya. Mata Arumi mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya bibirnya mengeluarkan suara. "Mas Raffan? Iya kenapa mas?" ucap Arumi.

Foggy Road (Completed 🌻)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang