*Jangan lupa vote sebelum baca yaa
"Kepercayaan itu ibarat kaca, sekali dia pecah, maka kamu tak akan bisa membuatnya utuh seperti sedia kala."
🌻Foggy Road🌻Ha p p y R e a d i n g ✨
Reina mengamati bundanya yang masih terbaring di atas brankar rumah sakit. Sudah semalaman dia disini bersama Raffan, namun bundanya tak kunjung siuman. Hal tersebut membuat Reina takut. Dia takut terjadi hal buruk kepada wanita yang telah melahirkannya itu. Reina menyandarkan punggungnya di sofa, dia sangat lelah memikirkan nasib rumah tangganya. Sedangkan Raffan, Reina tak tahu pria itu ada dimana. Beberapa menit yang lalu dia pamit keluar dan belum kembali sampai saat ini.
"Bunda, Nana capek. Apa Nana nyerah saja ya bun?" gumam Reina.
Reina kembali memandangi bundanya dengan tatapan sendu. Beberapa menit kemudian, netra yang sudah terpejam semalaman itu tiba-tiba membuka. Reina yang sedang menyandar di sofa langsung bangkit dan memeluk bundanya.
"Akhirnya bunda sadar juga. Aku takut hikss... Aku takut bunda kenapa-napa" ucap Reina sambil terisak.
Suci menggerakkan tangannya, dia membelai punggung putrinya dengan sayang. "Bunda gapapa nduk" ucapnya.
Reina menumpahkan segala air matanya di pelukan bundanya. Airmata kesedihan atas sakit bundanya dan tentang masalah rumah tangganya, semuanya hingga tuntas.
Suci yang merasa tangisan putrinya berlebihan itu segera menginterupsinya. "Bunda gapapa ih, kok kamu nangisnya kenceng banget gitu. Udah-udah, nanti banjir kamarnya" ledek Suci.
Reina mengurai pelukan mereka dan mengusap hidungnya yang berair. "Bunda...." panggilnya.
"Iya sayang."
"Bunda jangan sakit lagi! Bunda jangan pernah masuk rumah sakit lagi!" ucap Reina dengan nada tegas.
"Ih kok gitu, nanti kalo kamu melahirkan masa bunda gaboleh masuk rumah sakit?" tanya Suci dengan nada meledek.
"Bunda ih, Nana serius!" kesal Reina, bundanya itu benar-benar, bisa-bisanya bunda malah menggodanya padahal dia baru saja siuman.
"Bunda juga serius nduk, makanya buruan bikinin bunda cucu. Biar bunda bisa nemenin kamu lahiran, siapa tahu waktu bunda tinggal sebentar."
Reina menatap Suci dengan sendu "Bunda kok ngomong gitu sih. Bunda gaboleh ngomong gitu! Waktu bunda masih banyak!"
"Umur manusia hanya Allah yang tau nduk" ucap Suci. "Raffan mana? Kok kamu disini sih? Kalo kamu disini, yang nyiapin sarapan buat mantu bunda siapa?"
Reina terdiam sesaat, bundanya ini sempat-sempatnya mengkhawatirkankan menantunya. Padahal dia sendiri masih belum sehat. "Bunda, bunda ga usa..."
Ucapan Reina terpotong karena seseorang tiba-tiba masuk ke dalam ruang rawat inap itu.
"Assalamualaikum." ucap Raffan yang baru saja masuk.
"Waalaikumussalam." jawab Suci dan Reina.
Melihat mertuanya sudah siuman, Raffan langsung mendekati brankar. "Alhamdulillah bunda sudah siuman" ucapnya.
Suci tersenyum kepada menantunya itu.
"Bunda ada yang sakit? Mau Raffan panggilkan dokter?" tanya lelaki berkemeja biru itu.
Suci menggeleng "Enggak, bunda gapapa kok. Bunda cuma kebelet punya cucu aja." ucapnya dengan nada menggoda.
Mendengar godaan mertuanya, langsung membuat Raffan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Bagaimana bisa memberi mertuanya cucu jika rumah tangganya dan Reina tengah di ambang kehancuran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Foggy Road (Completed 🌻)
Storie d'amore[Melodrama] Dicintai dan mencintai tidak menjamin bahwa kita akan selalu bahagia. Terkadang cinta malah membawa kita pada jalan yang berkabut. Kita tidak bisa melihat keadaan dengan jelas mana yang baik dan mana yang buruk. Reina, merasa hidupnya s...