*Jangan lupa vote sebelum baca yaa
"Kalo memang tidak ada, ya bilang tidak ada. Kalo memang tidak bisa, ya bilang tidak bisa. Jangan memaksakan diri"
🌻Foggy Road🌻Ha p p y R e a d i n g ✨
Reina menatap dokter yang sedang melepas selang infus di tangan wanita paruh baya berbaju rumah sakit itu. Hari ini tepat tiga hari sejak peristiwa dia menemukan bundanya pingsan di rumah dan kini sudah diperbolehkan pulang. Sejak kemarin Reina sudah mengoceh agar bundanya ikut pulang bersama ke rumahnya. Namun, bundanya terus-terusan menolak. Alasannya klise sekali, katanya, beliau tidak betah di rumah Reina.
"Jaga kesehatan ya bu, jangan kecapean, jangan lupa juga obatnya diminum" ucap lelaki bersnelli yang berdiri di samping brankar.
"Tuh bun dengerin" sarkas Reina.
Suci hanya mengangguk dan tersenyum "Iya dok, pasti" jawabnya.
Setelah menyelesaikan pekerjaannya, dokter spesialis itu segera meninggalkan ruang rawat inap Suci.
Reina menatap Suci dengan wajah ditekuk. Suci hanya terkikik, dia tahu maksud putrinya itu. Putrinya itu pasti kesal gara-gara dia tidak mau ikut pulang bersamanya.
"Mukanya jangan ditekuk gitu ah, kaya kanebo aja itu muka" sindir Suci.
Reina mengerucutkan bibirnya "Ih bunda mah gitu, ayo ah ikut pulang ke rumah Nana. Kalo di rumah nanti bunda siapa yang jagain? Bang Hanif aja jarang di rumah. Mendingan sama Reina, bunda jadi ada yang jaga nanti" ucapnya.
"Emangnya bunda anak kecil apa harus dijagain. Bunda udah gede Na, udah lebih gede daripada kamu malahan" ucap Suci dengan santai.
"Ih bunda mah, Nana serius ini" kesal Reina.
"Bunda juga serius Na, kamu gausah khawatir ya! Kemarin bunda cuma kecapean aja kok. Bunda janji deh ga bakalan terima orderan catering lagi" tangan wanita paruh baya itu membentuk huruf 'v'.
Reina memeluk bundanya dengan sayang "Janji ya bun, bunda ga boleh sakit lagi? Nana sedih kalo bunda sakit."
Suci mengangguk dalam pelukan putrinya "Janji sayang, yaudah yuk kita pulang."
"Pulang ke rumah Nana?" tanya Reina.
"Rumah bunda"
🌻🌻🌻
Arumi memotong kentang yang baru saja dibelinya dari tukang sayur. Kini, dia dan ibunya sudah tinggal di rumah yang disewakan Raffan untuknya. Wanita berjilbab itu sedang berkutat di dapur, berperang dengan penggorengan, sutil, dan kawan-kawannya. Rencananya pagi ini dia akan memasak sambal goreng kentang kesukaan suaminya. Bau harum membuat Raffan yang baru saja keluar dari kamar segera menghampirinya. Lelaki berkaos hitam itu menatap wanita yang sedang berdiri di dapur dari meja makan.
Seulas senyum terbit dari wajah cantik Arumi ketika dia hendak menata makanan yang telah dimasaknya ke meja makan. Lelaki yang berstatus suaminya itu sedang duduk di sana sembari tersenyum. Apakah dia boleh berbahagia seperti sekarang, sementara di luar sana ada wanita lain yang tersakiti. Arumi sadar diri, ini semua hanya sementara. Suaminya itu bukan hanya miliknya.
"Mas ngapain disini? Sana mandi! Katanya berangkat pagi" ucap Arumi kepada Raffan.
Raffan menggeleng "Aku mau makan dulu Rum, laper" lelaki itu mengusap-usap perutnya.
"Yaudah Arum siapin dulu" dengan cekatan Arum mengisi piring milik suaminya dengan nasi dan lauk pauk.
Raffan menerima piring yang disodorkan Arumi dan melahapnya dengan tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Foggy Road (Completed 🌻)
Romance[Melodrama] Dicintai dan mencintai tidak menjamin bahwa kita akan selalu bahagia. Terkadang cinta malah membawa kita pada jalan yang berkabut. Kita tidak bisa melihat keadaan dengan jelas mana yang baik dan mana yang buruk. Reina, merasa hidupnya s...