27. The Truth

17.7K 924 76
                                    

Yeyyyy udah nyampe 175 votes dan 75 komen, makasih semua ☺

*Jangan lupa vote sebelum baca ya 😍

"Garis tipis antara benci dan cinta. Tidak, garis itu nyata, matamu yg membuta, bukan, hatimu."

🌻Foggy Road🌻

Ha p p y R e a d i n g ✨

Pria itu menghentikan usahanya untuk masuk ke dalam rumah Reina. "Benar dia tidak ada disini?" tanyanya yang diangguki oleh Reina. "Baiklah, saya akan kembali saat wanita itu ada di rumah." lanjutnya.

Untuk menjawab rasa penasarannya, akhirnya Reina bertanya kepada lelaki itu. "Tapi maaf, anda siapanya Arumi ya?"

Lelaki itu nampak berpikir sebelum menjawab. "Saya Tedi, bapaknya Arum."

Reina memindai lelaki itu dari ujung kaki hingga ujung kepala. Dia tahu bahwa ayah kandung Arumi sudah meninggal dan ibunya sudah menikah lagi. Tapi, selama bersahabat dengan Arumi, dia tak pernah sekalipun melihat ayah tiri Arumi sebab yang Reina tau orangtua Arumi tinggal di Semarang. "Ada perlu apa pak cari Arumi?" tanya Reina dengan nada yang lebih lembut dari sebelumnya.

Tedi memasang wajah sendunya dan berkata "Bapak kangen Arum nak, tapi dia tidak mau bertemu bapak. Bapak tau dia disini, makanya bapak kesini nak."

Ucapan Tedi yang meyakinkan membuat Reina sedikit percaya. Wanita berkuncir kuda itu sedikit simpati dengan pria paruh baya yang ada di depannya. "Boleh saya minta nomor bapak? Biar nanti kalo Arumi pulang saya bisa hubungi bapak." ucap Reina.

Tedi mengangguk antusias "Tentu nak, ini nomor bapak." pria tua itu mengeluarkan ponselnya yang sudah berisi nomor telfon miliknya.

Reina menyalin nomor yang tertera di ponsel itu ke ponsel miliknya sendiri. Sembari tersenyum dia bekata "Sudah pak, nanti kalau Arumi sudah pulang, saya hubungi bapak."

"Terimakasih ya nak?" Tedi menatap Reina seolah sedang menanyakan namanya.

"Reina pak." jawab wanita berkulit putih itu.

Pria paruh baya itu tersenyum dan mengangguk "Sekali lagi, terimakasih banyak nak Reina."

"Sama-sama pak."

"Kalau begitu, bapak pamit pulang." ucap Tedi dengan sopan. Reina mengangguk. "Assalamualaikum." ucap pria paruh baya itu.

"Waalaikumusalam." jawab Reina.

Sepeninggalnya Tedi, Reina masuk ke dalam rumahnya. "Kenapa bapaknya nyari kesini ya? Kenapa ga langsung hubungi dia aja?" monolog Reina. "Ahh tau lah, bodo amat ga urus." lanjutnya.

🌻🌻🌻

Arumi membuka matanya, tepat saat jam menunjukkan pukul satu dini hari. Ia merubah posisinya yang sebelumnya terlentang, menjadi terduduk. Dia berada di ruang berAC, namun bajunya basah dibanjiri keringat. Mungkin karena hal yang barusan dia mimpikan. Arumi kembali memimpikan hal itu lagi setelah berbulan-bulan tidak pernah memimpikannya. Arumi menggelengkan kepalanya mencoba mengusir bayangan menakutkan itu. "Nggak, pergi, jangan dekati saya! Pergi." lirih Arumi.

Raffan yang mendengar suara lirih Arumi akhirnga membuka matanya. Dia bangun dari sofa dan mendekati brankar wanita itu. "Kamu kenapa Rum?" tanya Raffan sembari menyentuh punggung tangan Arumi yang begitu dingin.

Foggy Road (Completed 🌻)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang