Annabeth berhenti. Badannya berbalik dan matanya yang mengilat langsung bertabrakan dengan netraku. Ia tersenyum karena ajakannya berhasil. "Sekarang saja perginya. Kita lihat dulu keadaan wanita itu seperti apa. Kau sudah tahu alamat rumahnya jadi kau yang memimpin."
Annabeth mundur beberapa langkah dari pintu depan. Bibir gadis itu masih melengkung dan gelagat tubuhnya memberitahu bahwa kali ini giliranku untuk menuntun jalannya menuju rumah Nyonya Griffith. Postur tubuhnya jelas sekali bahwa ia mengharapkanku agar mau menjadi pemandunya hari ini.
Haahh ....
Annabeth bertingkah seolah-olah aku tidak pernah melakukan kehendaknya.
Malang sekali nasibku.
Aku tahu kalau aku sudah diperdaya olehnya dan tidak ada lagi hal yang bisa kulakukan selain menuruti kehendak gadis berbintik wajah di depanku ini. Annabeth terlalu berbahaya. Ucapannya tidak ada yang main-main kalau menyangkut urusan nyawa--kalau tidak diperingatkan oleh Tuan Suara-Tanpa-Nama kemarin, gadis itu mungkin sudah jadi mayat hari ini.
Perihal perkataannya tadi, aku benar-benar takut ketika mendengarnya. Bagaimana tidak, dirinya yang keluar sendirian di waktu-waktu seperti ini, dengan kondisi kota yang sedang rawan-rawannya, dan tujuan yang masih tidak jelas baik atau buruknya itu sama saja dengan merelakan diri diserang oleh hiu putih raksasa dari Atlantik. Annabeth tidak akan, tidak bisa, dan tidak boleh keluar rumah tanpa dampinganku.
Annabeth tidak boleh mati.
Ah.
Kenapa aku malah jadi terdengar seperti maniak saat ini? Ah, perduliku.
Aku memimpin, Annabeth di belakangku. Persis seperti posisi tadi malam ketika hendak mengarah ke perpustakaan kota--ah, masalah kaca jendela yang dipecahkan, aku tidak tahu akan jadi seperti apa gemparnya penduduk yang bermukim di dekat situ.
Pula, aku akan menganggap ancaman, kutukan, dan umpatan dari penjaga perpustakaan yang tiba-tiba datang sambil berteriak tadi malam sebagai angin lalu. Semoga saja wanita itu tidak benar-benar melaporkan kami ke Tuan Walikota. Jika memang dilaporkan, semoga juga wanita itu tidak ingat dan tiba-tiba lupa dengan wajah kami--itu juga kalau ia tahu dengan wajah Annabeth yang setengah bagiannya tidak kelihatan karena belum terkena pendar lampu minyak.
"Berangkat?" tanyaku kepada Annabeth. Gadis bergigi geraham tidak rata itu diam saja di belakangku dari tadi. Pikirannya pasti sedang bergelayut ke berbagai tempat saat ini. Pula, ketika ditanyakan, Annabeth butuh waktu beberapa detik dan satu kali suara berdehem sebelum bisa merespon.
Dungu.
Annabeth mengangguk saja dengan pelan. Mungkin gadis itu masih tidak mengerti dengan pertanyaanku yang sudah luar biasa jelasnya itu--hanya ada tiga orang yang memiliki kemungkinan besar tidak mengerti dengan pertanyaanku: bayi di bawah tiga tahun, orang gila, dan pemabuk berat. Annabeth membuat kategori baru dan menyelip di antara orang-orang itu.
Pikirku, perjalanan kami menuju rumah Nyonya Griffith akan sama dengan perjalanan menuju Toko Roti Nyonya Peruglia, bagian depan kota, ataupun Perpustakaan Scallian. Tanpa masalah, tanpa hambatan, tanpa kendala. Hanya berjalan sambil sesekali melihat kebodohan dan keanehan yang dilakukan oleh penduduk kota.
Dugaanku salah.
Tuan Suara-Tanpa-Nama tiba-tiba muncul lagi dengan suara beratnya yang khas. Kali ini, pria itu datang dengan nada gondok. Agaknya karena melihat kami ingin pergi dari rumah sedang garam belum ditabur hingga selesai. Lagi-lagi, tebakanku salah.
Tuan Suara-Tanpa-Nama mendengar percakapan kami dari awal. Tentang bagaimana diriku yang mendebat Nyonya Griffith, tentang Annabeth yang mencurigai Tuan Suara-Tanpa-Nama sebagai pembohong kasta tertinggi, tentang ajakan Annabeth untuk mendatangi persemayaman mewah milik Nyonya Griffith, hingga tentang bagaimana Annabeth berhasil mengajakku menuruti kehendaknya.
"Siapa yang bilang kalau kalian boleh pergi hari ini?" murka Tuan Suara-Tanpa-Nama. Dari suaranya yang pendek-pendek, aku sudah bisa membayangkan bagaimana posisi badannya ketika mengatakan hal tersebut. Berkacak pinggang seperti hakim kejam di pengadilan.
Annabeth langsung hilang kata-kata. Gadis itu diam saja, sedang kepalanya menunduk dalam-dalam. Tuan Suara-Tanpa-Nama mengulangi pertanyaannya dan menunggu salah satu dari kami berdua untuk menjawab pertanyaan yang ia tanyakan.
"Siapa yang menyuruh kalian untuk pergi dari rumah ini? Dan, oh, ke mana kalian akan pergi?"
"Kami tidak akan pergi ke tempat yang berbahaya, Tuan." Aku menjawab. Mengharapkan Annabeth untuk membalas Tuan Suara-Tanpa-Nama sama saja seperti mengharapkan Nyonya Penjaga Panti tiba-tiba muncul di kota ini. "Ke rumah Nyonya Griffith," sambungku lagi.
Tuan Suara-Tanpa-Nama terdengar tidak senang. Napasnya memberat dan ia masih ingin adu mulut denganku. "Arthur, siapa yang mengajakmu ke rumah wanita itu? Tidak usah berbohong. Aku sudah dengar percakapan kalian sejak pulang dari kawasan pertokoan roh tadi."
Tuan Suara-Tanpa-Nama ... jadi aneh siang ini. Nada suaranya terdengar tidak nyaman di telingaku. Ucapannya juga sama jelek. Pedas, menusuk, dan bisa membuat Annabeth menangis jika saja dilanjutkan lebih jauh.
Aku harap pria itu tidak berubah seperti Tuan Gulliver atau Nyonya Peruglia. Andaikata memang ikut-ikutan merubah kepribadian seperti dua orang tadi, aku tidak tahu lagi bagaimana harus tinggal di kota ini dengan normal ke depannya.
Aku, mau tidak mau, menunjuk Annabeth. Berbohong di saat-saat seperti ini sama saja seperti menabrakkan diri ke lebih banyak masalah. Tuan Suara-Tanpa-Nama juga sudah mengetahui apa yang kami bicarakan dari tadi. Jadi, untuk apa lagi aku berbohong?
Tuan Suara-Tanpa-Nama diam sebentar. Pria itu mendengkus keras-keras, Annabeth menelan ludah dengan kasar. "Annabeth, kenapa kau mau pergi ke tempat Nyonya Griffith?"
"Aku lapar, Tuan. Arthur juga. Kami hanya ingin meminta makanan ke wanita itu."
"Kenapa tidak meminta ke penduduk lain?"
Annabeth menarik napas panjang-panjang. Gadis itu mendapat pertanyaan yang sama dengan yang ia dapat sebelum ini. "Penduduk lain tidak ada yang kusuka. Aura mereka tidak ada yang baik."
"Nyonya Griffith juga jahat. Kau tidak akan suka dengannya." Tuan Suara-Tanpa-Nama masih bersikeras dengan ucapannya. Ia juga sepertinya tidak senang dengan jawaban seorang Annabeth Green, gadis tawanan Scallian dari panti kota bawah.
"Tahu dari mana?"
"Aku sudah lama berada di kota ini. Nyonya Annabeth adalah orang jahat, pembunuh berdarah dingin, dan salah satu ancaman kota. Arthur, pernah berpikir apa alasan dari rumah Nyonya Griffith yang letaknya berada di bagian belakang kota, berdekatan dengan hutan kayu gelap dan rumah penduduk miskin?" Tuan Suara-Tanpa-Nama beralih ke arahku. Aku tidak tahu harus menjawab apa. Alih-alih menungguku kembali dengan jawaban, Tuan Suara-Tanpa-Nama bahkan sudah berkata-kata lagi.
"Nyonya Griffith adalah penentang kota. Pikirannya tidak ada yang baik bagi Scallian. Pemerintah kota mencampakkan wanita itu ke rumahnya yang besar dengan keliling lingkungan yang jelek."
"Kota Scallian adalah kota yang buruk. Bagaimana jika Nyonya Griffith adalah orang baik sehingga ia menentang pemerintah kota yang isinya busuk semua hingga ke akar-akarnya itu?"
Aih.
Annabeth pintar.
Gadis itu tidak dungu. Tidak sama sekali.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scallian : The City of Cloud [END✓]
FantasySelamat datang di Scallian! Di sini, kami memiliki beberapa hal yang harus diperhatikan oleh para pelancong--atau penyintas yang memasuki kota ini sepertimu. Kota ini bukan milikmu atau nenek moyangmu. Jadi, jangan terlalu penasaran mengenai seluk b...