"Lagipula, kenapa kau malam-malam malah keluar kamar? Jelas-jelas lebih baik tidur daripada keluyuran di halaman panti."
Aku menoleh. Hisk ada di sebelahku. Ia menyuap sesendok bubur kemudian kembali mengoceh. "Untung kau tidak membangunkanku tadi malam."
Perkataan Hisk tidak kugubris sama sekali. Ternyata dia masih bisa mengejekku setelah tahu kejadian yang menimpaku malam tadi. Aku ingin sekali memecatnya sebagai rekan sekamarku saat ini juga jika saja aku tidak ingat kalau anak ini selalu menemaniku untuk buang air kecil tiap tengah malam.
Aku menghela napas bosan. Sarapan di depanku tidak menggugah selera sama sekali. Bubur lembek dan susu almond sama tidak menariknya dengan jerami basah dan air bekas mencuci kentang. Kejadian tadi malam masih menghantui pikiranku bahkan setelah aku jatuh tertidur selama beberapa jam.
Hisk tidak percaya ketika aku menceritakan tentang suara seruling aneh yang membawaku ke dalam masalah ini. Ia mengaku tidak mendengar apa-apa.
Aku sudah mau mempercayainya sebelum aku tersadar akan fakta bahwa ia adalah orang yang tidak akan mudah terbangun hanya karena sebuah suara kecil. Suara seruling yang kudengar terlalu lembut untuk bisa membuatnya tersadar. Jadi, argumennya tidak akan valid kali ini. Aku akan bertanya ke anak panti yang lain saja sepertinya.
Bubur dan susu almond yang ada di hadapanku tidak kusentuh sama sekali. Nyonya Penjaga pasti akan marah ketika melihat piringku masih penuh. Ah, persetan dengan sarapan. Aku harus mencari tahu siapa yang membuat suara seruling aneh tadi malam.
Aku kembali memikirkan segala dugaan perihal siapa--atau apa yang menjadi asal suara tersebut.
Penjarah? Sepertinya tidak mungkin. Mana ada penjarah yang membuat suara bising sebelum membobol rumah seseorang.
Hewan? Aku suka membaca dan mengamati hewan-hewan di hutan. Tapi, sejauh ini, aku belum pernah menemukan hewan yang bisa membuat suara seruling--atau bahkan memainkannya semerdu itu. Jangankan dimainkan, memegang seruling saja barangkali hanya bisa dilakukan oleh beruang—itu pun setelahnya akan ia patahkan karena tidak beraroma daging merah.
Orang aneh? Kalau yang ini mungkin saja. Ini salah satu praduga yang paling masuk akal. Namun, orang seaneh apa yang mau memainkan seruling di tengah hutan tanpa nama dengan gagah berani?
Ah, semakin kupikir, kepalaku rasanya makin sakit saja. Kepalaku mau meledak! Lebur semua pikiranku karena seruling tadi malam.
Menyedihkan.
"Hei!"
Lamunanku buyar seketika. Hisk kembali memanggil sambil menepuk pundakku. Wajahnya cemberut karena merasa tidak aku hiraukan sedari tadi.
Aku membalas tatapan bersungut-sungutnya. Salahnya karena sudah menjungkirbalikkan suasana hatiku pagi ini. Karenanya, aku jadi tidak bersemangat lagi untuk menjalani hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scallian : The City of Cloud [END✓]
FantasySelamat datang di Scallian! Di sini, kami memiliki beberapa hal yang harus diperhatikan oleh para pelancong--atau penyintas yang memasuki kota ini sepertimu. Kota ini bukan milikmu atau nenek moyangmu. Jadi, jangan terlalu penasaran mengenai seluk b...