Setelah Bargin Meath berkata seperti itu pun, aku jadi tidak tenang ketika akan membuat kue spesial ini. Jelas sekali ada yang salah pada wajahnya ketika pria gembul itu menjelaskan tentang insulin babi dan rusa yang jika digabungkan dapat menghasilkan rasa daging manusia.
Kemarin, selepas tukang jagal itu selesai mengeluarkan satu per satu botol bau dari dalam kotak kayunya, ia menyuruhku untuk memanggil Nyonya Peruglia yang lagi-lagi tengah menghilang dari dapur.
Karena ingin cepat-cepat selesai meladeni bola lemak bau keringat ini, aku secepat mungkin pergi ke meja pembayaran untuk bertemu dengan Nyonya Peruvian yang sedang memain-mainkan kuku. Niatku bertanya di mana gerangan wanita hidung besar itu, tapi yang kudapat malah perintahnya untuk mengusir Bargin Meath dari dapur cepat-cepat--jika dibiarkan bisa memakan banyak tepung dan telur di penyimpanan, katanya.
Sesudah wanita rambut pirang itu selesai dengan ocehannya tentang Bargin Meath tua yang berisik dan langkah kakinya bisa menimbulkan gempa kecil di seisi toko, pertanyaanku dijawab juga pada akhirnya.
Rumah Nyonya Peruglia berada di belakang toko. Berjalan tiga puluhan langkah ke utara lalu berbelok ke timur delapan langkah, maka aku akan sampai ke tempat Nyonya Peruglia--katanya seperti itu. Padahal kenyataannya, aku harus berjalan lebih jauh dari yang dia katakan.
Rumah Nyonya Peruglia dindingnya dari kayu, tapi tidak lapuk dan basah seperti di rumahku. Di depan rumahnya ada halaman yang ditumbuhi bunga biru-biru dan kuning matahari yang sebentar lagi akan layu, sedang di depannya lagi ada pohon ceri jantan yang masih sependek anak jerapah.
Wanita itu kutemukan sedang duduk-duduk di kursi nyamannya di ruang tengah sambil membaca buku tebal. Begitu menyadari kedatanganku, ia terkejut luar biasa dan cepat-cepat berdiri dari duduknya. Bukunya ditutup, mantel bulu dombanya dipakai, sedang tangannya menyuruhku untuk cepat-cepat keluar. Saat di luar rumah pun, wanita itu tidak banyak bicara dan langsung menarik lenganku setelah mengunci pintu di belakangnya menggunakan palang kayu.
Jalannya cepat, seperti diburu penjaga toko roh. Napasnya sengal-sengal, keringatnya bercucuran tapi masih saja mengeratkan mantel bulu di badannya. Saat sampai di dapur, kejutannya bertambah ketika melihat seorang raksasa di dekat pemanggang yang harus menunduk-nunduk agar kepalanya tidak terkena langit-langit dapur--padahal lagi-lagi dia sendiri yang memesan dari orang itu.
Begitu mendapati Nyonya Peruglia sudah muncul di dapur tempatnya menunggu, Bargin Meath tua senyum-senyum sendiri. Ia berlari kecil untuk menghampiri Nyonya Peruglia yang berada di daun pintu belakang lalu menepuk-nepuk tangannya antusias seperti baru saja melihat bintang jatuh dari selatan.
Aku tidak mendengarkan percakapan mereka. Yang kulakukan malah menyapu debu di bawah rak biskuit jahe. Aku tidak mengajak Nyonya Peruvian berbicara karena mukanya sedang masam saat itu--sepertinya dia benar-benar ingin mengusir Tuan Bargin Meath dari toko ini secepat yang ia bisa.
Seperempat jam kemudian, ketika matahari sudah condong sedikit, ia keluar dari dapur dan berjalan menuju pintu depan sambil cengar-cengir tanpa sebab. Pria itu tidak mampir dulu ke bagian rak untuk membeli roti atau kue-kue sejenisnya. Sepertinya kalau memutuskan untuk membeli kue pun, pada akhirnya ia hanya akan menyuruh kucing abu miliknya untuk menghabiskan makanan-makanan itu.
Kata Nyonya Peruglia kemarin, insulin babi dan rusa itu akan ia gunakan sebagian sebagai isian krim kocok sedangkan sisanya akan diteteskan pada adonan kue yang akan dibuka hari ini.
Dari kemarin dia seakan menyembunyikan alasan kenapa harus babi dan rusa yang diambil insulinnya dan walau aku sudah tahu dari Bargin Meath tentang rasanya yang bisa menjadi seperti daging manusia, aku masih penasaran dengan jawaban apa yang akan diberikan oleh Nyonya Peruglia nantinya.
Baunya tidak enak. Seperti lemak--aku curiga bau daging manusia memang seperti itu. Tapi paling tidak, aku masih lebih suka mencium bau botol-botol insulin itu ketimbang menghirup aroma jamur ledak ajaib yang dibawa oleh Huhe.
Hari ini aku diharuskan untuk menerima barang pesanan yang paling tidak ingin kulihat sejak awal.
Mayat kurcaci biru.
Sialan.
Jika saja aku bisa menolak, kabur, atau memohon-mohon kepada Nyonya Peruvian untuk menggantikan posisiku--yang tentu saja langsung ditolak mentah-mentah olehnya--, pasti aku tidak akan sengsara seperti ini.
Jika tiga hari sebelum hari ini aku ingin sekali cepat-cepat melihat siapa gerangan pengirim pesanan-pesanan Nyonya Peruglia, maka hari ini aku benar-benar berharap kalau siapa pun makhluk dari komplek pertokoan roh yang bertugas untuk mengangkut mayat orang pendek itu tidak jadi datang untuk hari ini, besok, dan selamanya.
Pun apabila memang diantarkan, aku harap mereka mengirimnya di malam hari, langsung ke depan pintu rumah Nyonya Peruglia.
Jam sembilan, jam sepuluh, jam sebelas. Bagus, belum ada tanda-tanda dari ogre, anjing bersisik ikan, atau makhluk apa pun itu yang kelihatannya berasal dari pertokoan roh atau merangkak dari saluran air bawah kota mau datang di saat-saat seperti ini.
Batasnya adalah jam satu siang. Jika tetap tidak ada, Nyonya Peruglia sendiri yang berjanji akan menyambangi komplek pertokoan roh untuk protes lalu mengambil pesanannya sambil marah-marah karena tidak diantarkan sesuai janji.
Haahh ....
Sayangnya tidak semudah itu aku keluar dari lingkaran memusingkan ini. Saat aku tengah duduk bersila sambil berdoa kuat-kuat, mimpi buruk siang hariku tiba juga.
Seorang makhluk dengan badan hampir setinggi Tuan Bargin Meath, mulut tebal, hidung besar, dan kulit hijau serta bermata satu tiba-tiba datang dari belokan yang sama dengan belokan tempat orang-orang sebelumnya muncul. Ada kotak kayu yang ia tarik-tarik menggunakan tali tambang.
Oh, sial.
Semakin dekat, bentuk benda itu semakin jelas. Itu peti mati segi enam dengan lambang kepala naga di atasnya. Ada tali yang dijepitkan dari dalam peti.
Makhluk itu benar-benar mengerikan. Jantungku berdetak kian kencang tiap kali jaraknya mendekat ke arahku langkah demi langkah. Auranya langsung jadi kelam, suasana langsung berubah menjadi hening yang ganjil.
Aku menelan ludahku beberapa kali. Begitu dia sudah berjarak dua bangunan dari tempat ini, saat itu pulalah aku menggertakkan gigi--berusaha untuk mengusirnya, walau aku tahu hal itu tidak ada gunanya sama sekali.
"Hei!" Suara yang lebih berat dari perokok tembakau di dekat bar kota yang setiap malam selalu bernyanyi-nyanyi sambil tertawa gila tiba-tiba mengagetkanku. Aku yang tadinya tengah menutup mata sambil mengepalkan tangan langsung menoleh ke arah sumber suara.
"Kenapa kau ini? Jika tidak suka bekerja di tempat ini, pergi saja! Aku akan dengan senang hati melaporkan kepada atasanmu bahwa kerjamu buruk saat menerima pengantar barang. Kau kira aku ini apa? Monster?"
"Maaf, Tuan, tapi ... kalau kau bukan monster, lalu sebenarnya apa?"
"Ogre."
"Sama saja."
"Beda."
"Apa bedanya?"
"Akan kuberi tahu setelah kau membawa peti mati ini ke dapur tanpa berkata apa-apa. Cepat lakukan!"
Heeee ....
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scallian : The City of Cloud [END✓]
FantasySelamat datang di Scallian! Di sini, kami memiliki beberapa hal yang harus diperhatikan oleh para pelancong--atau penyintas yang memasuki kota ini sepertimu. Kota ini bukan milikmu atau nenek moyangmu. Jadi, jangan terlalu penasaran mengenai seluk b...