Annabeth!
Apa yang sebenarnya ada di pikiran gadis bertelinga lebar itu?!
Sial!
Dari sekian banyak tempat, mengapa ia memutuskan untuk pergi ke daerah berbahaya itu? Jika tidak cepat-cepat dicari, Annabeth tidak akan bisa pulang ke Blisshore lagi. Jangankan turun ke kota bawah, kembali ke rumah dalam keadaan utuh saja susah sekali untuk dilakukan jika gadis itu berada terlalu lama di komplek pertokoan roh.
Beberapa hari yang lalu--atau beberapa minggu yang lalu--Tuan Suara-Tanpa-Nama pernah bercerita tentang tempat-tempat yang harus kuhindari selama berada di Scallian. Daerah tukang jagal berkepala babi, perumahan kurcaci liar pemakan daging, dan komplek pertokoan roh. Dari semua yang ia sebutkan, aku paling dilarangnya untuk pergi ke komplek pertokoan roh.
Katanya lagi, tempat itu adalah tempat makhluk-makhluk dari parit kota keluar dan berkeliaran setiap malamnya. Di pagi dan siang harinya, akan ada banyak pria-pria bertopi setinggi pohon ceri berumur 1 tahun dan penutup wajah dari ujung kepala sampai ujung dagu berjalan mondar-mandir di pertokoannya.
Satu kali saja menyentuh orang-orang itu dengan sengaja, darah Annabeth akan langsung ditandai dan baunya akan terus dilacak bahkan hingga ke Blisshore. Satu kali saja menatap mata pria-pria itu lebih dari dua menit, Annabeth akan langsung terpesona, cepat-cepat dibawa ke bilik gelap mereka tanpa sadar, lalu akan dimulai kekacauan setelahnya.
Jantung Annabeth akan dicabut, tulang lehernya akan dipindahposisikan dari tempatnya, dan isi perutnya akan diobrak-abrik seperti adonan roti bolong. Kemudian, jika beruntung, Annabeth akan dikirimkan sedikit koin emas yang akan tersimpan di bawah bantalnya ketika tidur.
Annabeth akan mati jika terlalu lama berada di sana.
Aku tidak percaya dengan perkataan Tuan Suara-Tanpa-Nama tempo hari. Agak dilebih-lebihkan, tetapi pada akhirnya, untuk menghindari masalah tambahan, aku memutuskan untuk percaya. Annabeth belum sempat kuberitahu tentang hal ini.
Jika gadis itu mati, aku akan merasa sangat bersalah sekali.
Argghh!
Di sinilah aku, berlari seperti orang yang tengah dimasukin arwah nenek moyang agresif. Aku tidak peduli lagi dengan salju yang turun dan mengenai pangkal hidungku atau kaki telanjangku yang beberapa kali menapak di batu kasar--telapaknya mungkin sudah berdarah-darah saat ini. Aku tidak peduli. Fokusku saat ini adalah menemui Annabeth dan mengembalikannya ke rumah dengan utuh.
Jalanan sepi. Baguslah. Masih pagi dan bayanganku belum segaris dengan posisi badanku, tetapi jalanannya sudah sama sepinya seperti hutan malam hari. Berduka omong kosong. Berduka apanya jika kemarin saja masih bisa menagih paksa seorang anak laki-laki dua belas tahun di rumahnya yang sudah sangat jelek dengan bergerombol.
Di blok nomor ganjil, aku menemui beberapa penduduk. Wajah mereka masam dan seperti memandang seonggok bangkai hina yang tengah berlari. Peduli setan. Kalau bukan karena orang-orang ini, aku tidak akan berlaku seperti ini.
Aku berbelok dengan cepat setelah mencapai alun-alun. Keadaan di tempat itu sama sekali tidak berubah sejak kami lewati tengah malam tadi. Noda darah di salah satu lampu jalannya tak kunjung dibersihkan--entah siapa yang harus disalahkan di sini karena aku saja tidak tahu apakah kota ini memiliki tukang bersih-bersih atau tidak.
Lorongnya sempit. Badanku kurus, tetapi aku masih kesusahan ketika melewatinya. Arsitek dan penata kota ini tidak boleh sampai menjabat untuk yang kedua kalinya jika hasil pekerjaannya berantakan seperti ini.
Aih.
Mengeluh terus. Fokus kembali, Arthur. Masih ada Annabeth yang harus diselamatkan. Setelah Annabeth berada di dekatmu, barulah kau bebas mengumpat hingga mulut berbusa.
Haahh ....
Komplek pertokoan roh letaknya agak tersembunyi dari alun-alun. Bilamana Tuan Suara-Tanpa-Nama tidak menunjukkan jalannya kepadaku, aku tidak akan pernah tahu kalau tempat ini sebenarnya memang ada.
Ogre tempo hari yang tugasnya membawa peti mati kurcaci biru ... sebenarnya lewat mana untuk keluar dari lorong sempit ini? Ah, hal-hal seperti itu biarlah menjadi rahasia. Toh, makhluk itu tidak pernah menggangguku lagi sejak kemunculan terakhirnya di ambang pintu toko kue dan manisan milik Nyonya Peruglia.
Butuh waktu hampir sepuluh menit sebelum aku benar-benar berada di komplek pertokoan roh. Keadaannya berbanding jauh dengan keadaan di luar. Ramai, berisik, dan membuat sakit kepala. Ada banyak pria dengan topi tinggi di tempat ini. Banyak yang melihat ke arahku dengan tatapan lapar, beberapa sengaja mendekatkan dirinya kepadaku untuk sekedar mencuri bau badan, beberapa lagi terang-terangan memegangi lenganku--yang kutepis kuat-kuat satu detik setelahnya--, sedang sisanya menyuruhku untuk menghampiri lapak mereka.
Aku tidak kuat berada di sini! Jika bukan karena Annabeth, tidak akan sudi aku untuk menginjakkan kakiku barang satu menit saja di tempat ini. Sesak, panas, dan berbahaya. Walau salju turun dan daerah ini tidak ditutupi oleh tenda merah bergaris, aku masih kepanasan dan keringatku masih banyak yang mengucur dari pelipis.
Annabeth, letaknya saat ini sama sekali tidak kuketahui. Aku sudah memeriksa beberapa ruangan aneh dan gelap, tetapi gadis itu tidak ada. Mataku sudah memasuki fase 'teliti', tetapi tidak satu gadis pun yang kulihat berada di tempat ini. Kebanyakan penghuninya adalah laki-laki dewasa dengan badan besar dan sisa minoritasnya adalah makhluk-makhluk berfisik aneh yang senang sekali memainkan rambutku dan menjewer jahil telingaku.
Batang hidung Annabeth masih belum terlihat setelah satu jam lebih mencari. Gawat!
Aku was-was tidak karuan saat ini. Pikiran jahatku mengatakan bahwa saat ini Annabeth sudah mati dan rohnya dibawa oleh salah satu pria bertopi tinggi. Aku harus menyerah karena berusaha untuk mencari gadis itu sama dengan sia-sia. Namun, aku tetap tidak hilang percaya bahwa Annabeth masih hidup dan tengah meringkuk ketakutan di satu tempat di daerah padat ini.
Aku masih mencarinya bahkan hingga kakiku tersandung dua kali dan sikuku memar-memar karena dipaksa untuk menahan badanku yang terjatuh ke tanah keras yang belum dilapisi salju. Kepalaku semakin pusing dan kerumunan ini rasanya makin lama semakin besar.
Daerah ini rasanya luas sekali. Besarnya tidak lebih dari pusat kota Blisshore, tetapi ruangan-ruangan gelap dan kedai-kedai aneh yang belum kuperiksa seperti tidak ada habis-habisnya. Aku lelah dan hampir menyerah sebelum seseorang menghampiriku dan mengunci tatapannya kepadaku.
Aku sedang dijadikan target oleh seorang asing dari komplek pertokoan roh!
Badanku serasa mati rasa dan susah untuk digerakkan. Tempat ini gila dan jelas-jelas merupakan daerah paling berbahaya di Scallian. Aku tidak mau mati muda dan konyol seperti ini. Aku masih belum mau arwahku diambil paksa, dijual dengan harga murah, lalu dijadikan pajangan di salah satu toko bodoh mereka.
Annabeth, aku mohon, tolong tunjukkan keberadaanmu secepatnya!
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scallian : The City of Cloud [END✓]
FantasySelamat datang di Scallian! Di sini, kami memiliki beberapa hal yang harus diperhatikan oleh para pelancong--atau penyintas yang memasuki kota ini sepertimu. Kota ini bukan milikmu atau nenek moyangmu. Jadi, jangan terlalu penasaran mengenai seluk b...