Aku membeku bak air di sumur belakang rumah. Anak laki-laki yang ada di gambar itu adalah aku versi puluhan tahun yang lalu. Matanya yang besar, hidungnya yang panjang, rambut coklat tuanya yang berantakan dan poninya yang acak menyamping, bahkan bintik-bintik wajahnya sama. Sekonyong-konyongnya Nyonya Raswers yang meninggalkan pengadilan di hari Minggu, aku akan lebih terkejut lagi jika siapa saja anak laki-laki yang ada di foto ini memang benar adanya dan pernah hidup di Scallian.
"Bukankah salah satu pria gendut yang ada di blok nomor delapan pernah menyambutmu?"
Bargin Meath. Wanita ini membicarakan Bargin Meath Tua yang mayatnya sudah dibuang di Hutan Pencecak. "Pria itu pernah menyambutku."
"Ia juga pernah mengatakan bahwa dirinya pernah bertemu dengan anak laki-laki lain yang mirip denganmu, bukan?"
Aku mengangguk, sedangkan wanita yang ada di depanku ini diam lagi. Nyonya Griffith kemudian mulai menatapku penuh arti. Annabeth tidak tahu apa-apa dan bibirnya seperti ingin bertanya perihal mengapa aku tiba-tiba jadi diam sendiri seperti ini, tetapi akhirnya tidak ada satu kata pun yang terdengar. Aku mundur sedikit, tetapi Nyonya Griffith membalik halaman buku itu lagi. Kali ini dengan cepat seakan-akan menyuruhku agar tetap berada di posisi sekarang.
Oh Tuhan ....
Di halaman selanjutnya, fakta baru menabrak pikiranku. "Ini aku, dan ini anak yang tadi." Nyonya Griffith berkata dalam nada tenang yang dalam sambil menunjuk salah satu gambar yang ada di halaman itu dengan telunjuknya yang berurat. "Persis seperti kau dan gadis di belakangmu itu, Arthur."
Di potret berbau debu kayu itu, Nyonya Griffith muda berangkulan dengan anak laki-laki yang wajahnya mirip denganku. Wanita berambut gelap itu digambar dengan wajah ketus, sedangkan anak laki-laki di sebelahnya dibuat sebahagia mungkin seperti baru saja mendapat jatah lebih di makan malamnya yang kemarin.
Haahh ....
Aku aneh sendiri ketika melihat gambar itu. Dua alasan. Pertama, aku dan Annabeth jelas-jelas mirip sekali dengan anak laki-laki tadi dan Nyonya Griffith yang ada di sebelahnya. Bedanya, Annabeth jauh lebih gila daripada Nyonya Griffith. Kedua, aku tidak akan pernah bisa tersenyum selebar anak laki-laki di foto ini. Aku bisa ditertawakan Annabeth jika nekat menarik sudut bibir selebar anak laki-laki tadi--barangkali, gadis itu malah sudah akan mengejekku setelah pulang dari sini dengan foto yang Nyonya Griffith tunjukkan.
Aih.
Ayo, Arthur. Mari berpikiran yang baik-baik dengan menggaungkan praduga bahwa Tuan Gulliver, yang disebut-sebut menggambar potret ini, hanya bermain-main dengan kami. Lagi pula, siapa yang tahu kalau Nyonya Griffith berbohong ..., bukan?
Ah.
Tuan Gulliver ... dari perawakannya terlihat lebih muda daripada Nyonya Griffith. Nyonya Griffith berbohong. Hahahaha.
Aku harap wanita itu memang berbohong.
"Nyonya, yang menggambar ini adalah Tuan Gulliver?"
"Benar," jawab Nyonya Griffith cepat. Ia menutup buku itu kemudian melanjutkan lagi perkataannya. "Penduduk asli Scallian tidak pernah bisa bertambah tua."
"Tuan Gulliver adalah penduduk asli Scallian?"
"Tentu saja, Arthur." Nyonya Griffith berjalan melewatiku lalu beralih menuju salah satu burung peliharaannya. "Semua penduduk yang ada di bagian depan kota hingga blok nomor delapan adalah penghuni asli kota ini. Itulah mengapa orang-orang itu tidak bisa bertambah tua. Dulu, saat aku menemuinya pertama kali pun, kerutannya masih sama dengan yang sekarang. Tidak ada yang bertambah. Tidak mungkin juga ada yang berkurang kecuali pria klimis itu memiliki kekuatan untuk mengubah waktu."
Nyonya Griffith, yang baru saja selesai mengelus-elus kepala Burton, peliharaannya, berjalan lagi menuju buku yang sudah ia tinggalkan di meja batu. Ia menatap aku dan Annabeth satu per satu tanpa ucapan. Dari tindak-tanduknya, wanita itu seperti ingin kami bertanya sesuatu kepadanya.
Aih.
Aku ... memiliki pertanyaan.
"Nyonya, jadi ... kau menua?"
Nyonya Griffith mengangguk tenang. Ia tidak berbicara lagi dan seperti tahu bahwa aku masih memiliki pertanyaan yang lain. "Jadi, kau bukan penduduk asli Scallian?"
"Selalu begitu, Arthur. Semua penduduk asli Scallian tidak pernah menua. Beda lagi dengan pendatang kota. Kami tidak diberikan kemampuan khusus seperti itu. Tiba-tiba saja berhenti menua di umur kesekian bukanlah hal yang mungkin untuk para pendatang sepertiku alami. Aku, anak laki-laki yang ada di foto tadi, beberapa penduduk yang bermukim di dekat rumahku, dan seorang lagi yang akan kusebut nanti."
Mengenai penduduk yang bermukim di dekat rumah wanita ini, aku segera menyangkutpautkannya ke pemukiman jelek yang kulewati bersama Annabeth sebelum mencapai rumah Nyonya Griffith.
"Penduduk yang bermukim di dekat rumahmu? Maksudmu yang rumahnya memiliki bentuk jelek-jelek itu?" Kali ini Annabeth yang bertanya setelah diam terus dari tadi.
Nyonya Griffith mengangguk lagi untuk membenarkan pertanyaan Annabeth. Gadis berbintik wajah itu bertanya lagi. "Jadi, semua penduduk yang ada di situ ... adalah pendatang?"
"Benar sekali, Gadis Muda. Penduduk-penduduk dari kota bawah yang mendatangi kota ini selalu bermukim di tempat kumuh, sesak, dan banyak serangga itu. Hanya ada sedikit sekali yang bisa tinggal di bagian depan kota. Ah, bukan sedikit lagi. Rasanya hampir mustahil para pendatang itu untuk bisa mendapat tempat tinggal yang lebih layak daripada susunan kayu lapuk sembarang itu."
"Mengapa begitu, Nyonya?"
Nyonya Griffith berdehem lalu batuk-batuk. Agaknya tenggorokan wanita itu kering karena sudah terlalu banyak berbicara. Setelah sadar bahwa di ruangan ini tidak ada satu ketel penuh air dan ia juga lupa untuk membawa cangkir teh bunganya ke atas sini, wanita itu menyerah dan memilih untuk melanjutkan ucapannya.
"Penduduk asli Scallian adalah orang-orang berdosa. Tidak akan sekalipun mereka biarkan orang-orang yang datang dari dunia bawah untuk hidup tenang. Kebanyakan--ah, tidak, semuanya. Tiap penduduk yang dirasa memang tidak penting bagi kota, akan dijadikan santapan gemuk bagi naga-naga di Gunung Telulang. Tidak ada yang bisa keluar dari Scallian apalagi turun lagi ke dunia bawah. Penjaga gerbang kota keji-keji dan tidak akan membiarkan satu pendatang pun untuk keluar dari kota."
Nyonya Griffith menyelesaikan penjelasannya dengan lenguhan panjang di akhir. Wajah Annabeth langsung pucat begitu menyadari bahwa rumah yang ia olok-olok di perjalanan tadi adalah rumah penduduk dari bawah.
Wajahku jadi ikut-ikutan pucat seperti Annabeth begitu menyadari bahwa salah seorang penduduk yang badannya diinjak oleh tiga penjaga gerbang kota bermata kumbang berkemungkinan besar sama seperti aku dan Annabeth--tahanan kota yang menunggu waktu untuk mati perlahan di kota terkutuk ini.
"Arthur, pernah menyadari hal ini tidak?" Nyonya Griffith berkata-kata lagi. Tatapan matanya sendu disinari pendar remang lampu minyak yang ia pasang di ruangan ini. "Ah, sebelumnya, kau pernah menjaga gerbang, bukan? Annabeth juga. Kalian sebelum ini pernah berjaga di pagar depan kota, benar?"
Annabeth mengangguk pelan. Ia tidak bisa berpikir jernih saat ini. "Siapa saja yang kalian temui di sana?"
"Penduduk Blisshore. Dua orang. Satu wanita, sisanya pria petani bawang. Ah, ada satu lagi. Pria gila yang ingin keluar dari Scallian. Namun, sampai detik ini, aku masih tidak tahu apakah orang itu berhasil keluar gerbang atau tidak."
"Kalian kenal dengan orang-orang itu?"
Annabeth kali ini mengangkat tangan dan berkata bahwa ia mengenal dua orang yang terlihat ketika berjaga. "Aku kenal. Salah satunya penjahit dari Blisshore. Pernah beberapa kali aku berkunjung ke rumah wanita itu bersama gadis-gadis panti yang lain. Yang satunya, aku tidak begitu kenal. Namun, paling tidak aku dan Arthur pernah melihatnya di Blisshore dulu."
Nyonya Griffith berdehem. Matanya tertutup, keningnya berkerut tiga, dan mulutnya bergetar-getar. Entah apa yang ada di pikiran wanita itu saat ini tetapi yang pasti, ketika kembali lagi dengan sebuah pertanyaan, jantungku dan Annabeth jatuh hingga ke perut.
"Sekarang, Arthur dan Annabeth, pernah berpikir mengapa ada banyak sekali anak tanpa orang tua di Blisshore?"
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scallian : The City of Cloud [END✓]
FantasíaSelamat datang di Scallian! Di sini, kami memiliki beberapa hal yang harus diperhatikan oleh para pelancong--atau penyintas yang memasuki kota ini sepertimu. Kota ini bukan milikmu atau nenek moyangmu. Jadi, jangan terlalu penasaran mengenai seluk b...