Malam tadi, aku tidak bisa tertidur pulas gara-gara memikirkan ucapan Tuan Suara-tanpa-nama.
Naga.
Seekor naga.
Seekor naga sialan.
Seekor naga sialan yang bisa membunuhku kapan saja, mencabik kepalaku, dan membuat kerangkaku mati membusuk di Gunung Telulang.
Siapa yang tidak akan merasa takut jika mendapat perintah untuk membuatkan pesanan bagi pemerintah kota yang akan membawa naga ke tengah alun-alun? Orang normal segentar, sekuat, sebengis apa pun pasti akan mati kutu jika harus berhadapan dengan hewan penyembur napas api itu.
Tidur nyenyakku hilang tak berbekas tadi malam. Yang bisa kulakukan hanya berguling-guling sambil memeluk selimut yang kulipat menjadi seperti bantal.
Pun tadi malam aku berpikir jika aku tertidur maka aku akan dibawa naga sisik emas ke Gunung Telulang, diumpeti, lalu tinggal menunggu waktu sampai aku dijadikan santapan siang dua hari setelahnya.
Imajinasiku terlalu berlebihan. Hasilnya, pagi ini aku harus menahan kantung mataku agar tidak terlalu jelas kelihatan. Melewatkan jam tidur sama buruknya dengan menambang batu bara dari pagi hingga malam.
Ini adalah hari pertama aku menjalankan tugas baru di toko kue Nyonya Peruglia. Pertama kali, tapi aku sudah membuat kekacauan di awal-awal. Apa lagi yang bisa lebih buruk dari ini? Dipecat gara-gara memiliki lingkar mata hitam besar akibat tidak tidur selama sembilan jam?
Tapi baiklah, mari lihat sisi baiknya. Aku tidak perlu bersusah payah bangun tidur hari ini--aku saja tidak tidur, bagaimana mau bangun? Jadi, kemungkinanku untuk telat sampai ke toko kue milik wanita bungkuk itu hampir tidak ada.
Yah.
Kecuali jika aku mendapat halangan di tengah jalan, tentunya--aku mengkhawatirkan Bargin Meath. Jam lima tadi aku bisa mendengar suara geraman, desing mesin penggiling daging, dan kapak babi yang ditancapkan paksa pada papan kayu dari rumahnya.
Sejak keluar rumah tadi, udaranya dingin. Tidak lebih dingin dari kemarin, tapi juga tidak lebih hangat dari hari kemarinnya lagi.
Tapi tetap saja, aku masih menggigil sejak tadi. Menggosok-gosok tangan pun rasanya tidak ada gunanya. Aku ingin sekali memeluk selimut panti yang tebal-tebal dan bau lavender lalu meringkuk sampai tiba malam natal. Sayangnya, sepertinya aku tidak akan merayakan natal di panti tahun ini.
Menyedihkan.
Aku berjalan cepat menuju toko kue Nyonya Peruglia. Hari ini aku tidak mau telat. Untungnya, setelah sampai di sana pun, aku pegawai pertama yang datang ke tempat itu. Nyonya Peruglia bahkan masih sibuk membersihkan remah-remah pastri dari salah satu baki.
Pegawainya yang lain baru datang kira-kira setengah jam setelah aku memakai celemek kesukaan yang semalaman tergantung di paku kayu dekat pintu ruang penyimpanan--bersebelahan dengan sapu dan sekop debu.
Saat Nyonya Peruglia kelihatan sudah bisa mengongkang kaki sejenak, maka saat itulah aku harus bertanya mengenai daftar lima barang yang harus kuterima dari orang asing untuk beberapa hari ke depan. Jika ada yang aneh-aneh, aku akan pergi pagi ini.
"Nyonya Peruglia, jadi apa saja barang yang harus kuterima nantinya?"
Wanita yang tengah mengipas-ngipas badannya dengan menggunakan buku catatan pemasukan toko itu langsung menghentikan kegiatannya. "Sebentar," katanya.
Nyonya Peruglia berdiri lalu menghampiri meja kasir. Berbincang sebentar dengan pegawainya yang hingga sekarang namanya masih belum sempat kutanyakan, lalu kembali ke dapur sambil membawa kertas catatan yang sama dengan kertas kemarin sedang di tangan kirinya menggenggam roti gandum--untuk sarapan katanya.
Dia menyuruhku untuk mengikutinya dan duduk di kursi kayu bundar favoritnya. Walau ayal, aku tetap menuruti wanita itu dan bertegak di sebelahnya.
Ia membuka kertas catatan yang sebelumnya terlipat itu tepat setelah berkata-kata tentang kerjaan baru ini yang sebenarnya tidak terlalu susah untuk dilakukan--yang sudah pernah ia ucapkan lima kali kemarin dan dua kali tadi pagi. Sepertinya dia benar-benar ingin aku mengambil pekerjaan itu.
"Ini daftarnya. Lihat sendiri. Aku sedang malas berbicara."
Nyonya Peruglia menyodorkan kertas itu kepadaku dengan tangan keriputnya. Tidak ada yang aneh di bagian atasnya. Hanya nama pemesan--yang kutebak merupakan nama dari pria jangkung yang datang ke toko saban hari--, garis mati, dan hal-hal lain yang menjadi dasar dalam memesan kue.
Barulah ketika aku melihat tujuh baris tulisan di bawahnya, mataku seakan ingin keluar dari tempatnya. Daftar barang yang harus kuterima semuanya aneh-aneh dan tidak bisa diterima akal sehat.
Ya Tuhan ....
DAFTAR BARANG 'SPESIAL'
->Terhitung dikerjakan terakhir kali pada perayaan pemanggilan naga Gunung Telulang
1. Serbuk perkaratan besi tua dari Barak Ahli Pedang Tuan Cyhs----Akan dikirimkan satu hari setelah pemesanan dilakukan----Oleh Nyonya Chys.
2. Jamur ledak agung dari ladang jamur ajaib di dekat Hutan Pencecak----Akan dikirimkan pada hari kedua terhitung setelah pemesanan dilakukan----Oleh petani cendawan tua.
3. Insulin babi dan rusa----Akan dikirimkan pada hari ketiga terhitung setelah pemesanan dilakukan----Oleh Bargin Meath Tua dari gang paling ujung kota.
4. Mayat kurcaci biru----Akan dikirimkan pada hari keempat terhitung setelah pemesanan dilakukan----Oleh salah satu pedagang dari komplek pertokoan roh (tidak ada namanya, hanya disebutkan ciri-cirinya saja yang menyerupai ogre bawah tanah).
5. Kembang gula sayap peri----Akan dikirimkan pada hari kelima terhitung setelah pemesanan dilakukan----Oleh tetua kurcaci yang badannya beraroma teh bunga.
"Nyonya, aku ... harus menerima semua barang ini?" Aku berbalik, menoleh ke arah Nyonya Peruglia yang tidak merubah posisi duduknya dari tadi, lalu bertanya sambil terbata-bata seperti baru saja melihat orang mati.
Nyonya Peruglia mengangguk. Wanita berhidung besar itu kemudian menarik kembali kertas catatan yang sempat ia berikan kepadaku. "Tidak terlalu berbahaya, kan?" ucap Nyonya Peruglia setelahnya.
Aku mematung tak bergerak tak ubahnya Gunung Alpen di bulan Desember.
Tidak terlalu berbahaya apanya? Jelas-jelas tidak ada benda yang normal dari daftar tadi.
Serbuk perkaratan besi tua? Untuk apa benda itu dikirimkan ke tempat ini? Ini toko kue, bukan lubang pembuangan besi rongsokan. Oh, atau sebenarnya benda itu akan dimasukkan di campuran adonan tepung terigu? Yang benar saja!
Jamur ledak agung? Kata Nyonya Peruglia tadi benda itu akan digunakan untuk mengembangkan adonan kue--agar tidak kempes katanya. Demi dua puluh pilar akbar Blisshore, tidak bisakah menggunakan ragi biasa saja?!
Insulin babi dan rusa. Hmm, sepertinya yang ini tidak apa-apa. Lagipula, nama pengirimnya adalah Tuan Bargin Meath. Sepertinya akan mudah. Tapi tetap saja, untuk apa kedua bahan itu muncul di toko kue ini?
Mayat kurcaci biru adalah yang paling parah. Aku tidak akan mau menerimanya, bahkan jika dipaksa sekali pun. Aku tidak bisa membayangkan salah satu kurcaci yang tempo hari kulihat di dalam lumbung Tuan Gulliver tiba-tiba diantarkan kepadaku dalam keadaan mati dan berubah warna menjadi biru.
Dan lagi, apa-apaan kembang gula sayap peri itu? Jangan katakan bahwa sayap peri asli digunakan dalam pembuatan kue ini dan jika memang benar, aku tidak akan malu lagi untuk muntah di dalam toko.
Ah ....
"Jadi?" Nyonya Peruglia berkata-kata lagi. "Mau? Bayaranmu akan kutambah."
Ck.
"Baiklah."
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scallian : The City of Cloud [END✓]
FantasíaSelamat datang di Scallian! Di sini, kami memiliki beberapa hal yang harus diperhatikan oleh para pelancong--atau penyintas yang memasuki kota ini sepertimu. Kota ini bukan milikmu atau nenek moyangmu. Jadi, jangan terlalu penasaran mengenai seluk b...