Semalam, kami jadi jalan². Sekedar menikmati suasana ibukota di malam hari. Alina mengajak aku, Ryan dan Tair sekedar nongkrong di monas. Menikmati sekoteng yang aku pikir sama dengan wedang ronde, juga kerak telor si makanan khas betawi itu. Juga melihat banyak keluarga yang mengajak anak² mereka bermain layang² atau baling² lampu. Ya, kata Alina sekedar menikmati waktu bersama keluarga.Dan hari ini Papa memutuskan tidak boleh pergi, karena kebetulan juga siang harus solat jumat, nanti acara rembugan nya juga akan sekalian makan siang setelah solat gitu.
"Sudah Mbak duduk saja, biar kami yang mengerjakan."
Berulang ulang rewang bude Sur melarangku membantunya mengerjakan pekerjaan dapur untuk menyiapkan hidangan.Aku jadi sedikit mikir sebetulnya, jika dirumah yang jelas cuma aku saja perempuannya, hanya ada mbok Tik. Tapi dirumah ini, jelas ada mbak Dila dan Alina, tapi asisten rumah tangganya ada 3, juga 3 supir yang merangkap tukang kebun. Dan sepertinya mereka memang suami istri.
Tapi yang aku pikir, gimana mas Anhar besok, apa iya dia juga harus menggunakan banyak asisten begini? Secara jelas mbak Dila memang wanita karir yang sepertinya tidak mengenal pekerjaan rumah tangga.
"Mbak Ra, di panggil mbak Dewi."
Akhirnya aku mau tak mau meninggalkan dapur setelah interupsi dari Altair.
"Maaf ya mbok, gak jadi bantu ini." , Pamitku sebelum melangkah menuju kamar yang ditempati kakak tertuaku.
Kami semua berada di lantai atas, karena rumah ini ternyata memang mempunyai banyak kamar di lantai atas. Aku memilih tidur di kamar Alina atas tawarannya. Dan Papa bersama eyang. Sedang ketiga Alamsyah juga satu kamar. Kata mas Amar gak enak kalo ngrepoti banyak kamar. Padahal jelas dia sekamar sama istri hahaha..
"Kenapa mbak Wi?"
Aku langsung masuk karena pintunya yang memang sedikit terbuka.
"Tutup Ra pintunya." , Titah mas Amar yang ternyata juga ada di dalam.
Aku ikut naik ke atas ranjang, mbak Dewi memang duduk bersandar dengan kaki selonjoran. Aku maklum karena dia lagi hamil pasti pegal².
Sedang mas ku duduk di sisi ujung ranjang dan sibuk dengan ponselnya. Mungkin mengurusi pekerjaannya."Kenapa toh Mbak?"
"Enggak, pengen ngobrol aja sama kamu, habis mas suami sibuk ngurus kerjaan."
Aku tahu, mbak Dewi itu mau manja sama mas Amar tapi selalu pake modus kaya gini, ngumpanin aku atau kadang Altair.
"Mbak, Mas, Ra pengen ngomong tapi jangan marah ya?" , Aku memilih mencairkan prasangkaku sendiri.
"Hmm."
"Halah Mas jawab tuh mbok yang penak. Apa sih Ra, cerita coba?" , Kan, ilang manjanya, dan kembali menjadi ibu Dewi yang bijak. Dasar bumil labil.
"Ya enggak maksud gimana² juga sih, tapi aku mikir aja, disini tuh pembantunya banyak ya, padahal penghuninya banyak cewek. Terus--
"Wes. Mas tau maksud kamu kemana Ra. Udah biar itu jadi urusan An besok dalam mengatur istri juga rumah tangganya. Jangan nge-judge kamu, siapa tau Dila juga bisa mandiri setelah nikah." , Huhhhh, gak asik kan mau ghibah kalo ada mister perfect.
"Ra, waktu dirumah kemarin itu mbak Dila juga bisa ngapa²in kok, masak juga trampil dia. Mungkin disini memang begini cara kedua orang tuanya menyayangi kedua putrinya. Mbak dulu juga gak bisa apa² taunya ya laptop sama kerja. Tapi nyatanya mas mu bisa bawa mbak jadi kaya sekarang, mendol² gotong genthong ..." , Kalimat terakhir mbak Dewi akhirnya membuat kami bertiga tertawa. Ada saja.
"Anakku itu sayang, kamu bilang genthong."
"Wahhh gak terima biange Mbak. Udah ahh aku keluar, daripada terus jadi obat nyamuk tar nih lama² berada di antara pasutri."
Aku hampir membuka pintu,
"Ra dosen pendampingmu Pras, mas tenang lepas kamu kkn ke pucuk gunung jadinya."
Deggg...kok...
"Pucuk gunung Mas? Pak Alzam jadi pendampingku? Apa sih Mas?" , Aku memang belum tau sama sekali tentang perihal kkn karena memang belum ada pengumuman resminya, dan baru mau di umumkan besok rabu kan.
"Udah gak jadi. Wes kono metu mas mau ngeloni mbak mu dulu. Tutup lagi pintunya."
'Helllooooowwwwww.....'
KAMU SEDANG MEMBACA
'A' (Selesai)
General Fictionkata Papa, 'A' itu artinya alhamdulillah.... sebagai bentuk syukurnya telah memiliki kami semua.... five A Jadi, apapun adanya harus tetap bersyukur agar bahagia. namun apakah aku masih bisa menjadi aku setelah....