"Kamu kapan nyusul Ra?"Pertanyaan yang selalu aku hindari. Tapi kini mau tak harus tetap ku dengar. Jika saja bukan dari mulut mama mertua mas Anhar, aku pastikan aku memilih membiarkan.
"Doain aja Bude, calonnya biar ketangkep hilal." , Candaku menjawab mama mbak Dila yang terlihat sangat bahagia menimang cucu pertamanya yang baru lahir.
Ya, mas Anhar dan mbak Dila baru semalam resmi menjadi orang tua dengan lahirnya putri pertama mereka.
Dan menjadi cucu ketiga keluarga Alamsyah. Tapi belum ada cucu laki². Si kembar Tifa dan Fita yang sudah berusia 3 tahun beberapa hari lalu. Dan di susul baby Dinandra semalam.
Beberapa bulan lagi juga Malika akan menambah daftar keturunan keluarga Alamsyah. Malika sedang hamil kembar berusia tiga bulan. Papa sangat berharap bisa mendapat cucu laki². Meski tetap sangat menyayangi cucu² perempuannya."Tau nih, gak pengen ngerasain nikah apa mbak Ra?"
"Bisa aja Lin, kamu kali yang pengen buru nikah ya Lin?" , Ku goda balik Alina, adik mbak Dila yang sempat patah hati setelah Ryan menikah dengan Malika dulu.
"Alin udah ada calon Mbak, tinggal nunggu. Lha mbak Ra mana calonnya?"
"Ohhh udah move on toh...bagus deh. Kalo gitu kamu duluan aja Lin, ntar mbak belakangan."
Itulah jawaban andalanku.
Bahkan saat Alryan dan Sinta meminta restu padaku untuk bertunangan, aku pun dengan senang hati dan ikhlas mengijinkannya. Dan memberi jawaban serupa.Altair sudah resmi menjadi dokter, dan Sinta pun akan segera menyelesaikan koasnya. Mereka bertunangan dengan sederhana. Hanya di saksikan keluarga terdekat. Sesuai permintaan mereka, dengan alasan menghormati aku. Dan berharap aku bisa segera melepas masa lajangku.
Padahal sebetulnya aku gak masalah, tidak keberatan sama sekali jika Altair dan Sinta menikah lebih dulu. Tapi mereka beralasan masih harus menyelesaikan tugas mereka dulu. Jadi tidak ingin buru² nikah setelah tunangan.Aku juga masih setia, mengampu ruang BK di sekolah tempatku mengajar. Dan pastinya sudah sangat betah dan benar² menikmati kehidupanku di kota berhawa sejuk, Magelang.
Sedikit mengingat tentang Defan, dia akhirnya sudah memenuhi permintaanku. Dia sudah menikah kurang lebih satu tahun lalu. Dengan wsnita pilihan sang Papa. Defan sempat meyakinkan aku bahwa dia akan tetap selalu mencintaiku dan hanya mencintaiku meski menikah dengan wanita lain, pada saat aku datang ke pernikahannya bersama Malika dan Alryan.
Aku sungguh ikut berbahagia, entah kenapa justru Defan yang berkaca kaca menahan air matanya. Padahal jelas itu hari bahagianya kan.Kesibukanku seiring beranjaknya karirku, membawaku sering mengikuti workshop di kantor dinas, tak hanya dalam kota karena kadang aku dikirim mengikuti pelatihan atau juga study banding sampai luar kota.
Sehingga aku sudah semakin jarang pulang ke Yogya. Kecuali benar² libur dan tidak lelah. Justru Papa atau saudara²ku lah yang malah sering mengunjungiku. Apalagi mas Anhar yang memang punya cabang restocafe baru di kota ini bersama mas Pras.Senin pagi, aku sudah berada di kantor pusat dinas pendidikan dasar dan menengah, provinsi Jawa Tengah di Semarang. Aku bersama satu lagi dari staff TU, bu Atun, mengikuti diklat selama dua hari.
Acara diklat yang aku ikuti berjalan lancar. Bahkan tanpa aku dan bu Atun tahu, ternyata ini adalah tahap kenaikan pangkat untuk kami. Tentunya kami sangat bersyukur sekali.
Selasa siang, di hari terakhir diklat. Setelah istirahat aku mengecek hapeku yang sejak pagi jelas aku silent. Aku mendapatkan banyak sekali panggilan masuk yang tak terjawab. Dari nomer rumah Papa maupun semua keluarga. Tak biasanya pikirku. Ku buka aplikasi pesan pertama dari Alryan yang berada paling atas.Mas selahirku ❤️
'Ra, pulang secepatnya penting!!!!'
Seketika ku hubungi balik Ryan.
Dan dengan nada tak tenang, aku bisa merasakannya karena kami kembar. Dia memintaku cepat pulang karena Eyang masuk rumah sakit.
Dan berpesan agar tetap berhati hati mengendarai mobil. Karena tak ada yang tahu aku sedang berada di Semarang. Dan meninggalkan mobilku dirumah Magelang.Aku langsung bicara pada bu Atun. Acara memang tinggal penutupan saja. Yang pastinya hanya makan siang. Bu Atun menyaranku pulang tanpa mengikuti penutupan. Aku pun segera menghubungi kepala sekolah, juga pihak panitia. Dan aku mendapat ijin.
Menggunakan jasa sewa mobil plus supir dari saran mbak Rani, aku berangkat pulang ke Yogya dengan perasaan tak karuan. Karena memang sudah lama aku tidak mengunjungi Eyang saat pulang. Dan beliau selalu berpesan pada semua bahwa beliau ingin ketemu aku.
Berharap tidak akan ada kejadian buruk, aku terus berdoa sepanjang perjalanan.Beruntung sang supir sangat paham jalan tercepat. Dalam waktu tiga jam aku sudah tiba di rumah sakit pusat tempat Eyang di rawat.
Dengan membawa ransel yang cukup penuh karena ada baju juga laptop aku berjalan menyusuri koridor rumah sakit setelah menyelesaikan pembayaran mobil dan supirnya.
Aku menuju ruangan yang Ryan sempat kirimkan padaku saat aku dalam perjalanan tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
'A' (Selesai)
General Fictionkata Papa, 'A' itu artinya alhamdulillah.... sebagai bentuk syukurnya telah memiliki kami semua.... five A Jadi, apapun adanya harus tetap bersyukur agar bahagia. namun apakah aku masih bisa menjadi aku setelah....