Hari ini, aku akan pulang ke kota asalku. Dengan penerbangan transit Jakarta. Karena aku kehabisan tiket. Waktu mbak Tria memberitahu, aku lupa tidak langsung menghubungi Alryan untuk mencarikan tiket. Beruntung, masih ada kebaikan pak Defan yang menawarkanku tiket bareng dia sampai Jakarta, dan dari Jakarta aku akan sambung dengan kereta atau bisa meminjam mobil mas Anhar kan."Oleh² pesanan kakaknya gak lupa kan mbak Mira?"
Mbak Tria membantu aku packing barang. Aku memang hanya membawa oleh² saja dan perlengkapan pribadi. Karena memang waktu aku berangkat juga tidak membawa banyak pakaian."Udah kok Mbak, saya titip rumah ya."
"Beres tenang aja. Mobil pak Defan kan juga disini."
Pak Defa memang menitipkan mobilnya pada pak Prayit. Dan dia yang akan mengantar kami ke bandara.
"Untung ya masih ada pak Defan baik ya masih bisa dapat tiket buat mbak Mira. Kalau ndak, bisa² ndak pulang lah."
"Iya, iya, tapi kalo memang gak ada tiket ya berarti saya harus merasakan lebaran disini lah."
"Sudah, jangan galak² lagi sama pak Defan lah, dia baik kok."
"Hmm." , Aku cebikkan bibirku.
"Bu Almira, kita berangkat sekarang, takut keburu buru." , Suara pak Defan di depan pintu saat aku menenteng koper berisi oleh².
"Iya, mari. Pak Defan sudah semua barangnya?"
"Barang saya gak ketinggal kok Bu."
Ambigu, dan aku memilih tak melanjutkan pembicaraan.
Pak Defan membawakan koperku ke mobil. Dia sendiri hanya membawa ranselnya saja.
Pak Prayit dan mbak Tria mengantar kami ke bandara. Jalanan yang terasa sangat panas di bulan puasa ini. AC mobil pun seolah tak memberi penyegaran."Dari bandara Soetta lebih baik ikut saya ke apart saya dulu aja.... Al, emmm....bolehkan saya panggil begitu, biar lebih santai kita kan gak lagi di sekolah. Dan aku harap kamu juga gak pakai embel² pak."
"Gak apa² silakan. Tapi maaf, nanti saya langsung ke stasiun saja biar bisa dapat tiket."
"Kalo gitu aku antar ke stasiun, kalo gak dapet tiket ikut aku dulu."
"Gak usah pak...eh..Defan, saya bisa kerumah saudara kok."
"Oh daerah mana?"
"Di BSD. Saya bisa pakai taksi atau bis, gak enak sudah terlalu merepotkan kamu."
"Enggak, aku sama sekali gak ngerasa gitu, justru aku harus bertanggung jawab sampai kamu bisa tiba dengan selamat di Yogya."
Percakapan kami terpotong saat pramugari datang menyerahkan roti dan coffee. Dan aku bersyukur.
Hampir tengah hari kami mendarat di bandara Soetta. Dan karena Defan yang ngotot mengantar, aku memilih berusaha mencari tiket dari Soetta.
Namun hasilnya nihil. Dan dari agen juga menyatakan tiket kereta juga sudah kosong untuk tujuan Yogya.Menyerah, tak bisa menghindar. Aku terima ajakan Defan mengantarku ke rumah mas Anhar bersama supir yang menjemputnya.
"Mang, inget saya kan?"
"Ehhh neng Almira, inget dong, masuk mari neng, kok gak kasih kabar. Tuan baru seminggu lalu dari sini sama nyonya."
"Oh ya, iya saya dari Kalimantan Mang, enggak dari rumah. Makanya gak kasih kabar."
"Oh Defan, terima kasih banyak ya sekali lagi."
"Oke Al, santai aja. Rumah aku juga gak jauh² banget dari sini kok. Terus rencana kamu balik Yogya gimana?"
"Gampang, sudah, saya bisa sendiri. Terima kasih sudah banyak membantu."
"Sama² Al, kabari aku ya, kapan balik kesana, nanti aku cariin tiket biar bisa bareng."
Aku hanya tersenyum. Dan Defan pun berbalik ke arah mobilnya.
Aku masuk rumah, dan segera membersihkan diri.
Setelah solat, aku berniat menghubungi Alryan. Agar dia memintakan ijin aku bisa membawa mobil mas Anhar disini untuk pulang Yogya."Makasih ya Yan."
Ku tutup sambungan telponku dengan saudara kembarku. Dia memberikan ijin aku membawa mobil mas Anhar untuk pulang Yogya. Dan sore ini aku akan langsung berangkat. Karena memang aku merasa kondisiku fit dan siap.
"Hati² ya Neng, kalau mau mah mamang supirin."
"Iya Mang, gak usah, saya bisa kok, inshaa Allah. Mamang doakan saja ya."
Aku sempat makan siang dengan mang Udin, dia membelikan nasi padang.
Dan sekarang aku sudah bersiap berangkat.Alryan menyuruhku untuk mengambil jalur tol saja, jadi hanya butuh waktu sekitar sembilan jam. Dan perkiraanku, sebelum subuh aku sudah sampai rumah.
Dan kata Ryan, biar nanti mobil mas Anhar di bawa Malika pulang Jakarta lagi. Dan nantinya aku berangkat ke Kalimantan lagi dari Yogya saja.
Dengan mengucap doa, aku tinggalkan rumah kakak keduaku. Mengemudikan mobilnya, menuju rumah tercinta yang hampir lima bulan aku tinggalkan.
Meski rasa rindu terasa amat sangat, namun tak bisa ku tutupi, aku juga takut. Takut bertemu Papa, juga kedua kakak kembarku. Selama ini memang mereka sudah mau berkabar denganku lewat pesan chatt, namun masih tak pernah mau menerima telponku.
Dan itu yang membuatku takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
'A' (Selesai)
General Fictionkata Papa, 'A' itu artinya alhamdulillah.... sebagai bentuk syukurnya telah memiliki kami semua.... five A Jadi, apapun adanya harus tetap bersyukur agar bahagia. namun apakah aku masih bisa menjadi aku setelah....