"Hai Raaaaaa!!!!"Huuftttt, suara toak si anak kedele memecah kesunyian kantin pagi ini.
"Ra, Almira, gak kangen lu ama gue?" , Malika yang aku cuekin sibuk mencoleki bahuku dengan telunjuk runcingnya.
"Enggak."
"Hiiiisssss, ngeselin. Sahabat laknat emang."
"Kapan sampe kamu?"
"Tadi pagi, jam setengah enam sampe stasiun tugu."
"Tumben naik kereta."
"Demi elu kucing, siapa coba yang nitip keripik tempe Purwokerto. Dasar."
"Hehehe, oke deh. Sekarang mana barangnya?"
Aku memang memintanya membawakan keripik tempe khas Purwokerto ketika dia bilang pengen naik kereta.
"Di kost an lah. Ntar aja lu mampir. Eh betewe, mana barangnya, terus yang lain mana?"
"Ada di mobil. Kata Heru tar jam sepuluhan aja gitu. Ayu sih ke perpus tadi aku liat. Yang lain gak tau."
"Persiapan mas Anhar gimana?"
"Lancar, kamu ikut fitting ya, ntar ikut pakai seragam. Sintya juga ikut kok."
"Seriusan? Ryan gak keberatan?" , Malika berbinar meski terlihat kaget.
"Ryan yang nyuruh aku ajak kamu malah."
"Dia udah open heart buat aku ya Ra?"
"Semoga. Makanya kamu perbaiki deh kelakuan tuh."
"Iya deh, gak lagi pake gue elu deh. Duhhhh sumpah deg² an Ra."
Aku tersenyum geli melihat ekspresi Malika. Aku tahu dia pasti sangat bahagia.
Aku memang tidak tahu pasti apa isi hati Alryan. Tapi yang aku rasa memang dia mulai sedikit perhatian tentang Malika. Mulai membayar kemeja dan dasi milik Malika juga sempat menanyakan kapan kepulangannya dari Jakarta."Janjian ketemu dimana sih Her?" , Tanya Citra saat kami bertujuh sudah lengkap ada di sekitaran taman fakultas.
"Ruangannya pak Alzam. Tapi dia belum keliatan dateng, aku janji jam sepuluh, ini masih kurang sepuluh menit kok. Kita tunggu ajalah."
"Gede banget Cit, kamu beliin apaan?"
"Kepo Ayu." , Sahut Tri.
"Ransel Yu, keluaran polo terbaru." , Hmmmm, gak ketinggalan ya sombongnya.
"Kalian pada beliin apa sih, kok pada kecil²." , Lanjut Citra menyadari barang yang kami bawa memang terlihat kecil semua ternyata.
"Tempat hape." , Jawab Heru.
"Pena." , Jawab Tri.
"Dasi." , Ayu.
"Kemeja." , Sita.
"Kemeja juga." , Malika.
'matiiii,,,jawab apa aku...' , semua tertuju ke arahku, jelas. Karena aku belum menjawab.
"Kamu beliin apa Ira?"
"Jam."
"Wowwww spesial tuh."
"Bukan gitu Her, cuma kamu masih inget toh, pak Alzam nyelamatin aku dari si Tanto itu. Jadi aku merasa hutang budi banget."
"Iya sih. Ehhh nih katanya pak Alzam udah di kantor kita sana yuk." , Ajak Heru, dan kami pun mengekor sang ketua.
"Silakan masuk." , Sahutnya dari dalam.
Meski sepekan tak mendengar suaranya, tapi jelas kami tahu itu suara dosen kejam. Yang selalu gak kira² kalau memberi tugas.
Aku juga memang tak bertemu pak Alzam sejak dia mengantarku sepulang kkn itu. Sempat dia kerumah bertemu mas Anhar, tapi aku pas tidur jadi tidak bertemu."Kalian, seharusnya tidak usah repot² seperti ini. Itu sudah kewajiban dan tanggung jawab saya. Saya harap kalian segera bisa menyelesaikan laporan serta skripsi kalian dan bisa wisuda. Saya bangga jika anak didik saya bisa sukses."
"Terima kasih Pak, tapi kami mohon terima ya? Dan kami masih meminta bimbingannya Pak." , Tambah Heru.
"Oke baiklah, saya terima. Sekali lagi terima kasih. Mintalah bimbingan kalau kalian memang membutuhkannya."
Heru mengawali memberikan hadiahnya lalu bersalaman. Di ikuti Tri, Ayu, Citra, Sita, Malika dan aku terakhir karena saat masuk aku berada paling belakang, jadi aku duduk di kursi ujung terjauh dari meja pak Alzam.
"Almira tolong tinggal sebentar." , Perintahnya, saat kami semua sudah memberikan hadiah dan berniat meninggalkan ruangannya.
"Baik Pak." , Jawabku lemas, karena tatapan enam pasang mata sudah tertuju padaku.
"Duduk Ra, mereka sudah keluar."
Pintu ruangan memang langsung di tutup oleh Malika. Dan jelas langkah mereka terdengar menjauh. Aku pun menuruti untuk duduk di sofa tadi lagi.
"Aku udah minta ijin sama om Himza juga kembar, malam ini temani aku ya, datang ke pernikahan Tedi."
"Hah???"
"Ehh...maaf, maksud pak Alzam?"
"Kamu masih kecapekan kkn apa gimana, masa iya kata² aku masih kurang jelas."
"Ya, bukan, ya maksudnya, gimana?"
"Sudah, tunggu bentar, aku beresin meja dulu."
Pak Alzam membuang nafasnya dalam dengan tertawa, lalu merapikan meja serta tasnya. Aku sendiri masih shock, dengan ajakannya tadi.
Aku tahu, mas Tedi memang akan menikah malam ini dari mbak Dewi. Karena dia dari kemarin heboh mencari kebaya untuk acara tersebut.
Tapi kenapa sekarang pak Alzam mengajak aku?
"Ayo Ra, aku antar kamu ke butik dulu, Anhar udah nunggu disana." , Ajaknya membuyarkan lamunanku.
Aku sudah berada di mobil pak Alzam. Dan pertanyaanku tadi juga sudah terjawab. Ternyata mbak Dila juga di minta datang sore ini oleh mas Anhar untuk menghadiri pernikahan mas Tedi.
Dan butik milik mami mbak Dewi adalah tempat janjian mas Anhar dan pak Alzam untuk mencari baju untuk mbak Dila dan aku.
KAMU SEDANG MEMBACA
'A' (Selesai)
General Fictionkata Papa, 'A' itu artinya alhamdulillah.... sebagai bentuk syukurnya telah memiliki kami semua.... five A Jadi, apapun adanya harus tetap bersyukur agar bahagia. namun apakah aku masih bisa menjadi aku setelah....