Pagi ini adalah final meeting dengan WO di kantor hotel Rads, ruang kerja mas Pras. Ini adalah kedua kalinya aku menginjakkan kakiku di gedung ini.
Dengan status yang berbeda.Waktu itu aku kesini sebagai tamu hotel.
Dan kali ini aku di perkenalkan mas Pras sebagai calon istrinya pada seluruh pegawainya saat dia mengadakan meeting dadakan intern sebelum meeting yang melibatkan pihak WO."Lho Yan, kok kesini?"
"Iyalah, ketua panitianya kan aku. Ehh nih titipan dari Lika katanya semalem kamu komplen gak kebagian lemper. Itu di buatin simbok dadakan, tapi taunya kalian udah berangkat."
"Ohhh sweet, makasih... Aku cuma pamit Papa tadi pas Papa lagi habis jalan pagi."
"Hmm. Suamimu mana?"
"Di ruang meeting, aku habis dari toilet ini makanya masih disini. Ya udah kamu susul aja sana."
"Kamu gak ikutan?"
"Aku makan ini dulu deh."
Aku duduk di sofa dalam ruang kerja mas Pras. Ruangan ini memang cukup luas, tapi berbeda dengan ruangan mas Amar. Disini tidak ada tempat istirahat, namun sofa nya banyak dan besar². Jadi bisa jugalah untuk istirahat.
Semalam memang aku sedikit ngomel, karena aku tidak mendapat jatah lemper. Padahal biasanya semua sudah hafal, jika memesan lemper, pasti akan akan melebihkan banyak untukku. Tapi ternyata untuk acara kemarin yang memesan Sinta, jadi dia belum mengerti.
"Ditungguin taunya asik disini."
"Ehh Mas, maaf, iya nih Ryan bawain lemper buatan mbok Tik jadi aku makan ini dulu deh. Udah dateng orang WO nya?"
"Mas mau?" , Mas Pras ikut duduk di sebelahku dan melihat aku yang akan menggigit lemper, seolah dia juga mau.
"Kita kan emang belum sarapan Ra, tapi aku gak mau itu, nanti aja setelah meeting kita makan. Yuk, mau ikut meeting kan?"
"Hmm...he em... Iya, bentar Mas." , Aku rapikan sampah bekas makanku.
Semua persiapan telah rampung. Hanya tinggal pelaksanaannya saja. Akad akan di adakan jam sebelas pagi, dan resepsi pada jam satu siang untuk sesi pertama. Dan jam tujuh malam untuk sesi kedua. Seluruh undangan pun sudah tersebar sesuai daftar yang terdata. Baik dari pihak mas Pras maupun aku. Kami hanya menyusun daftarnya dan mencantumkan alamat, dan pihak WO yang bertanggung jawab menyebarkan.
"Yan makan siang dulu yuk?" , Ajak mas Pras saat kami meninggalkan ruang meeting setelah semua selesai.
"Kalian mau makan siang, ikut aja yuk, Lika nunggu di resto deket rumah sakit, dia ngajak aku makan siang juga soalnya."
"Boleh deh, aku mau. Mas Pras sibuk?"
"Enggak kok, ya udah ayo."
Mas Pras mengikuti di belakang mobil Alryan.
"Ecieee....mau aja mas nyatpamin mereka." , Sambut Malika dengan bersalim pada suaminya.
"Dasar, udah hamil aja masih reseh." , Aku memeluk sahabat sekaligus iparku yang dengan perut basarnya. Aku rasa lebih besar dari waktu Mbak Dewi hamil malah.
"Hai mas Pras." , Malika dan suamiku pun bersalaman.
"Udah pesen sayang?" , Tanya Alryan pada istrinya. Romantis banget memang mereka berdua. Jelaslah, sama² selebor berdua.
"Belum, nih baru jus alpukat aja." , Alryan segera memanggil pelayan setelah mendapat jawaban dari istrinya.
Kami makan siang dengan di selingi berbagai percakapan. Aku dan Malika memang sudah lama tidak ngobrol asik seperti ini. Tanggung jawab kerja membuat aku dan Malika hanya bisa saling bercanda lewat telepon atau chatt.
"Ra, ngajuin mutasi deh, biar tugas di Yogya aja. Lagian kasian suamimu neng."
"Iya tar coba deh aku ajuin lagi. Tapi kalo dalam waktu deket kaya nya gak bisa Ka. Aku kan baru aja di ajukan kenaikan pangkat."
"Weiiissss golongan empat nih. Ya tapi kamu harus segera urus Ra. Apalagi kalo ntar kamu hamil, mau jauh dari rumah."
"Ekhem..iya." , mas Pras sangat paham sepertinya, apa yang ada di pikiranku, setiap kali ada orang membicarakan tentang anak ataupu hamil. Dia elus punggung ku halus.
"Udah yuk pulang, Lika masih dines?"
"Enggak kok, hari ini aku cuma jaga poli dari pagi sampe siang. Tapi kita mau ke mall bentar, ya kan Mas? Kalian mau ikut?"
"Gak deh Ka, kita balik aja, mending istirahat." , Jawabku cepat.
"Ya udah kalian ati². Ayo Ra?"
Aku dan mas Pras meninggalkan Alryan dan Malika yang katanya akan jalan² ke mall dulu.
Sedangkan kami langsung pulang."Ra, mikirin apa, dari makan tadi kamu diem terus."
Aku menggeser dudukku di gazebo belakang rumah Papa, memberi tempat agar mas Pras duduk di dekatku.
"Enggak, kangen aja disini. Mas dari mana?"
"Habis terima telpon Papa tadi."
"Papa...
"Papa Dika, Papa Himza ada di kamarkan."
"Hehehe iya sih."
"Kamu cuti sampai hari apa Ra?"
"Rabu Mas, kamis aku masuk. Kenapa?"
"Mau liburan gak, lumayan sehari dua hari."
"Mas mau ajak aku kemana?"
"Kalo aku sih pengennya kemana aja asal kita berdua, bisa ngobrol, terbuka nikmati waktu.
Tapi maksud aku, ya gak ada salahkan kita pergi...."Bulan madu maksud Mas?"
KAMU SEDANG MEMBACA
'A' (Selesai)
General Fictionkata Papa, 'A' itu artinya alhamdulillah.... sebagai bentuk syukurnya telah memiliki kami semua.... five A Jadi, apapun adanya harus tetap bersyukur agar bahagia. namun apakah aku masih bisa menjadi aku setelah....