Tak terasa, tugas akhirku sudah aku selesaikan dengan baik. Kini aku hanya tinggal menunggu sidang skripsiku saja. Dan jadwal yang dosen berikan adalah lusa. Karena kebetulan dari angkatanku baru tiga orang yang akan maju sidang, jadi beliau memberikan kesempatan lebih cepat siap lebih bagus, begitu katanya.Aku, Malika dan Sita. Kami berhasil menyelesaikan skripsi dengan bantuan dosen pembimbing yang tak kenal waktu memberikan koreksinya. Siapa lagi kalau bukan bapak Alzam Prasetya Radika.
Malika menginap dirumah sejak kami berjuang dalam skripsi kami. Karena pak Alzam memang bersedia memberikan bimbingan ketika dia kerumah membahas bisnis dengan Papa ataupun mas Anhar dan mas Amar.
Dan kata Malika, pak Alzam lebih lunak kalau kita ada dirumah, berbeda ketika kita bimbingan di kampus, terasa menyeramkan. Memang sih.Dan syukurlah, dari itu, kami nyaman dan dapat menyelesaikan semua dengan baik dan lancar juga yang terpenting, cepat.
"Ra, kata pak Alzam ada lowongan cpns jurusan psikolog lho." , Malika yang masih bahagia sebagai kaum rebahan.
"Penempatannya?" , Aku sedang asik melihat konten² pendidikan di daerah luar pulau Jawa.
"Ada guru ada juga di konseling kesehatan. Mau coba gak?"
"Kamu sendiri?"
"Udah, aku udah coba, milih ke layanan masyarakat. Kamu coba gih Ra, siapa tau rejeki kita, lulus langsung keterima pns."
"Kirimin coba, sampe kapan batasnya?"
"Sembilan hari lagi. Semoga aja sidang kita lolos, jadi bisa masukin nilai langsung. Aku masih pakai nilai sementara."
"Tante sama om kesini kapan?"
"Katanya kalau wisuda aja, kalo cuma sidang gak usah ditungguin gitu."
"Iya sih, palingan juga jelas Ryan nungguin."
"Itu sih nungguin kamu. Oh ya Ra, emang kamu cerita ke Ryan ya aku ikut di yayasan?"
"Lika, Ryan tau sendiri kali, dia kan donatur juga di yayasan itu. Emang kenapa, Ryan keberatan?"
"Enggak, malah dukung, katanya salut gitu."
"Cieee di puji nih... Met deh, aku seneng kok kalo akhirnya kalian jodoh. Yahhh sabar aja, Ryan emang gak bakal komit pacaran. Jadi tunggu aja dia siap lamar kamu. Minggu depan kan dia wisuda udah."
Alryan memang sempat tertunda prosesi wisuda, karena kebijakan kampus. Dan minggu depan Ryan akan remi menyandang gelar S.E. nya meski tak berpengaruh juga sebetulnya, karena jelas Ryan tidak menggunakan ijazahnya untuk mencari pekerjaan karena dia saja sudah memimpin perusahaan sendiri. Bahkan juga beberapa usaha distronya.
Aku rasa memang hanya aku dan Altair yang tidak punya bakat dalam dunia bisnis. Karena Ryan sejak SMA memang membuat distro yang di kelola teman²nya sebagai penambah uang jajan.
"Turun yuk, laper aku." , Kututup layar laptopku dan melangkah meninggalkan Lika yang masih betah tiduran di ranjang.
"Mbak, bikin apa?"
"Plecing bayem, makan ayo nih bentar lagi mateng." , Mbak Dewi seperti biasa, berkutat di dapur saat dia ingin makan sesuatu.
Istri mas Amar ini memang jarang ngidam makanan luar, dia lebih suka membuat sendiri makanan apa yang dia inginkan."Aku pengen bikin makaroni Mbak, ada sosis gak di kulkas?"
Alryan memang selalu mengisi stok sosis dan berbagai olahan pabriknya.
"Ada, kemaren Ryan baru nambahin kok. Pake scalloop enak Ra, trus cabe rawit juga."
"Oke, ajarin ya Mbak."
"Gaya, kamu kan jago kalo bikin makanan² barat. Udah nih mbak udah beres. Mau di bantuin apa?"
"Enggak lah, Mbak makan aja keburu dingin tuh bayem. Ra bikin sendiri aja."
Aku lalu mengobrak abrik dapur genti. Sedangkan mbak Dewi sudah duduk manis menikmati plecing bayem hasil karyanya.
"Ra, kata mas mu mas Pras nawarin pendaftaran cpns, udah di coba?"
"Iya Mbak, udah, Lika tadi baru bilang. Emang kapan pak Alzam kasih tau mas Amar?" , Aku sambil menyiapkan bahan untuk membuat makaroni scootell.
"Semalam kan kesini, kamu udah tidur kata Lika, yang ketemu Lika sama Ryan."
"Mbak, mbak Dewi ngerasa gak kalo Tair gak suka ke pak Alzam."
"Huuuffft...tau dari mana?"
"Tair bilang sendiri Mbak, pas aku ketiduran di gedung pas nikahan mas Anhar, Tair marah ke aku Mbak."
"Mas mu juga tau, tapi mungkin bukan seperti itu Ra maksud Tair, bukan tidak suka dalam arti membenci mas Pras. Kamu harus paham bedanya."
"Oh ya, emang kamu beneran suka sama mas Pras?"
"Enggak. Apaan. Malah risih iya. Tapi mau nolak juga takut gak sopan. Apalagi Papa sama mas kaya kasih lampu ijo gitu."
"Mas mu bukan bermaksud juga mau deketin kamu sama sahabatnya itu kok, cuma yang di liat kan dia baik tanggung jawab jadi gak ada salahnya kasih kesempatan. Kalau kamu gak mau ya sudah. Tapi kalau urusan Papa gak tau juga ya."
"Tapi Papa kan udah janji gak mau jodoh²in aku."
"Rara, menjodohkan dengan memilih yang dirasa baik kan beda. Kalo menjodohkan pastinya harus tapi Papa kan enggak gitu, Papa cuma kasih kesempatan buat mas Pras deket sama kamu."
"Gak tau deh Mbak, pokoknya sejak pak Alzam masuk di acara nikahan mas Anhar aku ngerasa makin aneh jadinya."
"Udah gak usah dipikirin, mateng belum, ajak tuh Lika makan, gak pegel apa dia tidur terus. Mbak tinggal ya, nitip cuciin piring. Mas mu bentar lagi sampe, mbak mau periksa kandungan."
"Oke siap. Tumben siang."
KAMU SEDANG MEMBACA
'A' (Selesai)
General Fictionkata Papa, 'A' itu artinya alhamdulillah.... sebagai bentuk syukurnya telah memiliki kami semua.... five A Jadi, apapun adanya harus tetap bersyukur agar bahagia. namun apakah aku masih bisa menjadi aku setelah....