52

115 8 0
                                    


Awal yang menyenangkan. Kedatanganku di sekolah baru ini juga di sambut dengan sangat baik. Teman² guru yang kebanyakan sudah senior² menyambutku hangat. Juga murid² yang sangat terbuka.

Tiga hari ini ku jalani sesuai perintah mas Amar. Dengan supir yang dia siapkan untuk ku. Dan dengan setia menunggu di warung tak jauh dari tempat kerjaku.

Dan tentang kost atau membeli rumah, Papa memutuskan membeli cluster di sana. Dan kebetulan memang cukup dekat dengan sekolah. Namun masih proses finishing, kira² satu sampai dua bulan baru bisa ditempati.

"Pak hari ini saya sampai sore kalau mungkin mau ditinggal gak apa², jemput saya jam lima. Daripada nunggu kelamaan."

"Baik Bu, saya coba laporan pak Amar dulu saja."

Sopan sekali memang laki² seumuranku ini. Meski hanya background tamatan SMK namun samun sangat mumpuni dalam urusan mesin kendaraan kata sang boss, Amar Alamsyah.

Dari cerita laki² bernama Sigit ini, awalnya karena dia menolong mas Amar saat mobilnya rewel di daerah barat Yogya. Lalu mas Amar menjanjikan pekerjaan. Dan akhirnya dia bekerja bagian maintenance kendaraan operasional. Dan karena mas Amar bisa percaya dengan sikap tulus dan kejujurannya maka di pilihlah Sigit menjadi supir sementara ku ini.

Di tempat baru ini aku sudah punya teman, sama² pengampu BK. Dia satu tahun di atasku sama² lulusan dari kampus yang sama denganku. Mbak Rani. Asli Semarang dan kost di dekat sekolah.

"Dek Almira kelas 9D kok rame, coba samperin."

"Ya mbak Rani tak kesana."

Di sini, setiap tingkat kelasnya hanya ada 5 paralel, A sampai E dengan 30 siswa tiap kelasnya. Jadi lebih mudah dalam mengawasi dan menghafal.
Hanya saja seperti anak yang beranjak remaja pada umumnya, kata² kasar seolah biasa terucap dan itu jelas jadi tugas BK. Dan setiap ada jam kosong pastilah menjadi kesempatan mereka untuk berekspresi ala² band gadungan jika guru pengajar lupa tidak menitipkan tugas.

Setelah solat ashar ku kirimkan pesan pada supirku bahwa aku akan pulang jam setengah lima.
Karena memang acara workshop sudah selesai dan kami hanya tinggal membereskan aula saja.

Satu per satu teman guru mulai meninggalkan gedung sekolah. Aku masih berada di pos satpam bersama mbak Rani yang setia menemani. Baik sekali memang orangnya. Membuat aku jadi teringat mbak Tria, istri pak Prayit.

"Itu sepertinya yang jemput kamu Dek?"

"Mana Mbak?" , Ku cari arah yang mungkin di maksud mbak Rani. Dimana sebuah mobil putih berhenti beberapa meter dari gerbang sekolah.
Sepertinya aku mengenal mobil itu memang.
Tubuh tegap turun dari pintu kemudi, dan aku tahu siapa orangnya.

"Udah nunggu lama Ra?"

Suara yang sangat familiar di telinga para mahasiswa kampusku dulu.

"Lhooo Dek, itu pak Alzam bukan?"

Masih mengenali juga ternyata mantan mahasiswi satu ini dengan dosen kejamnya.

"Iya mbak Rani, bener banget, masih apal toh. Mas, ini temen aku, mahasiswa kamu juga lho, buktinya dia masih ngenali nih."

"Sore Pak Alzam, saya kakak tingkat Almira." , Mbak Rani tersenyum ramah menyapa.

"Oh ya, maaf kalau saya lupa, karena tidak semua saya kenal muka." , Nahhh ini gaya seorang Alzam, bukan seorang Prasetya. Sombong.

"Ya wes Dek, udah di jemput toh, aku tak pulang. Sampe besok ya. Mari Pak Alzam. Ehhh Dek, kaya e ada yang gak aku tau nih hehehe..."

Aku tertawa kecil dan geleng kepala menanggapi perkataan mbak Rani yang sedikit berbisik di beberapa kata terakhirnya.

"Udah sana pulang ati² keburu jemuran gak ada yang angkat." , Pungkasku dan dia segera menjalankan motor matic merahnya.

Aku pun lalu masuk mobil mas Alzam.

"Kok bisa Mas Pras yang jemput aku?"

"Amar yang minta tolong karena dia tahu aku baru saja ada pertemuan dengan rekan bisnis di Artos. Karena Sigit disuruh ke kantor Ryan katanya. Udah makan Ra, aku laper nih, mau nemenin makan tahu kupat gak?"

"Bukannya habis meetting di mall, kok laper?"

"Ya kan gak makan, cuma ngopi. Kita berhenti depan ya, apa kamu ada pilihan lain?"

"Sama aja kok Mas, semua enak."

Mas Pras menepikan mobil di depan sebuah warung kupat tahu, makanan khas Magelang.

"Betah disini Ra, atau lebih betah di jauh sana?"

"Uhukkk...ekhemm...

"Minum Ra minum." , Mas Pras menyodorkan es jeruk milikku.

"Makasih Mas maaf keselek."

"Kamu gapapa toh?"

"Ekhmmm...gak kok cuma keselek."

"Jadi?"

"Apanya?"

"Rara di tanya kok genti tanya. Kamu betah disini apa di Kalimantan kemarin?"

"Sama aja Mas. Semua kan tugas."

"Berarti ada keinginan pindah lagi kesana? Atau daerah lain yang lebih jauh mungkin?"

"Kalo di tanya pengen, enggak kaya nya. Tapi kalo memang di haruskan ya gimana lagi. Tapi kalopun di pindah lagi aku harap gak kesana lagi."

"Ra, ada yang kamu sembunyiin kan? Ada luka disana Ra? Cerita lah, aku janji gak akan cerita ke siapapun, kembar sekalipun Ra. Jujur, aku ngerasa ada yang gak wajar dari kamu, sejak aku ketemu kamu di hotel. So, cerita Ra. Mungkin kalo kamu gak nyaman cerita karena aku sahabat masmu, anggap aja aku dosenmu, bukan orang yang kenal dekat keluargamu."

Lama aku diam setelah menarik nafas dalam². Ku mainkan sedotan plastik yang ada di gelas es jerukku.

"Seorang Almira itu gak akan pernah mendiamkan makanan yang ada di depan matanya. Dan berarti, aku gak salah kan?"

"Iya. Tapi, maaf aku belum bisa cerita ke kamu Mas. Sementara biarlah aku aja ngerasain ini. Kalo suatu saat nanti aku butuh tempat bicara, aku akan cari mas Pras. Dan aku harap mas Pras tepati janji Mas, tidak akan bilang apapun pada keluargaku, meski sekarang aku belum bercerita."

"Oke, aku janji. Tapi kamu juga janji, berbagilah denganku secepatnya. Agar bisa melihat Rara yang biasanya lagi."

Aku hanya mengangguk dan kembali menyuapkan tahu kupat dalam mulutku.

"Kata Amar Papa beliin rumah disini?"

"Iya, sekitar dua kilo dari sekolah tempat Ra kerja. Tapi masih di beresin, ya kira² dua bulan baru bisa masuk."

"Jadi sementara nglaju terus nih?"

"Iya, makanya mas Amar kasih supir. Padahal sebenernya  Ra juga bisa sendiri."

"Sehari dua hari oke, tapi kalo dua bulan kamu bisa drop Ra. Belum lagi kalo macet atau pas kerjaan kamu banyak."

 'A'  (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang