10

191 23 2
                                    

Alhamdulillah...terima kasih krn utk #syukur bisa ada di peringkat 4.
Aku publish lagi, kebetulan lagi gak ribet juga, krn stay at hospital.
Trims buat semua, salam literasi

🙏

Waktu berjalan.
Setelah makan malam waktu itu, aku sudah jarang bertemu dengan pak Alzam kecuali hanya saat dia mengajar saja.

Keluarga mbak Dila juga sudah kembali ke Jakarta setelah lima hari di Yogya. Dan sudah menyepakati akan mengadakan acara lamaran satu minggu setelah sidang skipsi Alryan.

Cafe yang di buka mas Amar di dekat kampusku juga sudah mulai beroperasi. Tapi aku jarang menyambangi jika tidak berbarengan dengan mas Amar yang kebetulan ada di sana.
Berbeda dengan Ryan yang justru hampir tiap hari kesana. Bahkan hampir semua mahasiswa juga dosen terlihat sering sekali kesana.

Lusa, Alryan akan menjalani sidang skripsinya. Sedangkan aku justru baru saja mau mulai bertempur dengan dunia kkn yang akan di mulai bulan depan.
Aku berharap bisa mendapat satu kelompok dengan Malika dan mendapat dosen pendamping yang enak.

"Tenkyuh Almira sayang, ati² ya pulangnya." , Itulah si lebay anak kedelai.

Saat ini aku mengantarnya ke sebuah yayasan gitu. Malika beberapa minggu ini ternyata aktif dalam yayasan sosial ini. Dia sangat ingin terjun menjadi relawan yang bisa menangani trauma akibar bencana gitu.

"Iya,kamu juga baik² ya." , Aku tinggalkan dia.

Aku menjemput Altair di sekolahnya, karena hari ini dia masuk. Katanya ada pengarahan untuk acara prom atau wisuda gitu.
Iya, Tair akan wisuda SMA sehari setelah sidang skripsi Alryan.
Aku senang, rasanya baru kemarin aku menggendong adikku Tair. Dan tak terasa sekarang dia juga sudah akan masuk bangku kuliah.

Aku jadi ingat, kata Papa waktu makan malam beberapa hari lalu.

'Papa bahagia dan sangat bangga, anak papa semua sukses. Mama di atas sana juga pasti tersenyum melihat putra putrinya sudah besar².'

Haru.... Papa yang memilih tidak menikah lagi setelah kepergian Mama ke alam baka, membuat kami jadi semakin sayang padanya. Papa memilih menyibukkan diri dengan berbagai usahanya. Yang akhirnya Papa persiapkan untuk kami anak²nya.

Rasa kagum pada sosok Papa membuat mas Amar dan mas Anhar juga berusaha keras mengembangkan apa yang Papa berikan agar lebih maju. Dan itu terbukti. Beberapa penginapan berhasil mas Amar kembangkan bahkan di luar kota. Juga semakin banyaknya cabang restoran yang mas Anhar kelola.
Bahkan Alryan pun begitu. Meski seolah hanya iseng, tapi Ryan memasarkan frozzenfoodnya dengan berbagai cara dan sistem. Ryan membuka beberapa outlet makanan yang menjual frozzenfoodnya sendiri.

Altair,si bungsu dengan semua prestasinya. Bahkan Tair mendapat tawaran beasiswa kuliah di luar negeri atas pencapaian prestasinya.
Namun, kami tak melepaskannya. Berat melepaskan si bontot. Terutama bagiku, yang selalu mengurus dia sejak kecil. Akhirnya Tair memilih untuk ikut seleksi di UGM saja dengan pilihan jurusan yang mengagetkan kami semua. Kedokteran. Ya, Tair memilih jurusan yang tak pernah dia singgung sekalipun. Tapi tak apa,Papa sangat mendukung.

"Ra mulai kkn kapan?" , Pertanyaan dari mas Anhar saat kami menikmati makan malam.

"Bulan depan kayae Mas. Belum di bagi juga dan belum tau juga kemananya."

"Yan, sidang mau ditemenin siapa Dek?"

"Tenang Mbak,aku kan punya pasangan sejati, Almira. Jelas dia akan mendampingiku." , Alryan itu satu²nya orang yang murah ketawa di antara kami berlima.

"Emooh, mending aku makan cilok di kantin."

"Temenin toh Ra masmu, kasian. Papa kalo gak ada janji juga mau ke kampus kalian."

"Tapi kalo Ra yang sidang Papa harus tungguin ya?"

"Mas aja dulu gak ada yang di temenin Papa Ra."

"Wiiih,protes mereka Pa. Ra kan spesial ya Pa?"

"InshaaAllah. Kamu masih tahun depan kan berarti?"

"Iya Pa, itu juga kalo lancar."

"Ya haruslah. Gak ada sejarah yang gak lancar skripsi." , Ini nih mas Amar, selalu semua harus perfect. Maklum si sulung.

"Oh ya Pa, lokasi yang di Malang sedikit ada masalah, Amar minta tolong ya Pa, soalnya kaya sengketa gitu ternyata."

"Kamu obrolin saja sama om Gunawan. Ehhh tapi Mar, kamu kan ada Alzam, pengacara mereka itu top lho kalo ngurusin masalah begitu, coba kamu obrolin."

"Itu kan urusan om Dika Pa, gak enak lah."

"Ya uwes coba ke Gunawan aja kalo gak mau ke Alzam."

"Mas, pakelah adikmu jadi umpan, pasti mas Pras mau." , Aku kok mencium bau² tak enak dari ekspresi muka Ryan kali ini.

"Ojolah, adikku masa buat umpan bisnis. Ya Ra?"

"Apasih maksude? Jangan bawa² Ra deh, mbak suamimu tuh." , Kesalku.
Dan mereka hanya tertawa.

"O ya Pa, anaknya om Gunawan juga ikut seleksi jurusan kedokteran lho. Sinta kalo gak salah ya namanya."

"Kamu masih inget aja Tair sama anak om Gunawan, padahal udah lama kita gak ketemu bareng."

Om Gunawan adalah pengacara keluarga. Bisa di bilang sahabat alm.Mama malah. Dan memang putri keduanya seumuran dengan Altair. Sedangkan putri pertamanya seumuran mas kembar, dan sekarang juga jadi pengacara di Bali.

"Cieee adik mbak Ra udah mau kenal cewek toh..."

"Bukan gitu Mbak, awalnya Tair juga gak ngeh tapi Sinta yang sapa duluan jadi ya kami ngobrol daripada gak ada yang kenal juga."

Lucu memang si bungsu ini, Altair itu gak banyak bicara. Kata Eyang kaya kendang, kalo gak di tabuh gak bunyi. Gitu.

Makanya waktu dia pilih kedokteran, komentar Ryan pertama kali adalah 'carane tekon pasien piye Tair?'  hahaha....

 'A'  (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang