Kutinggalkan sejenak cerita tentang Defan Arial Mahardika. Keluargaku tak ada yang tahu apa yang sebenarnya terjadi. Selain hanya karena Defan baik dan telah banyak membantuku. Hanya itu.
Bahkan Altair pun tak keberatan ikut berkenalan. Seolah telah hilang kekhawatirannya dulu.Defan telah kembali ke tempat tugasnya, dia sempat berpamitan padaku melalui pesan yang dia kirim. Karena jelas semua panggilan masuk dari Defan tak ada yang kuterima.
Aku pun juga kembali pada kehidupanku. Tinggal dirumahku bersama mbak Rani. Menjalani aktifitas dan tanggung jawab di sekolah.
Malika yang telah resmi menjadi nyonya Alryan pun langsung tinggal bersama dirumah Papa setelah di boyong yang bersamaan acara ngunduh mantu. Dan kini menantu baru Papa pun sudah bekerja di rumah sakit daerah. Begitupun Alryan, saudara kembarku, kini fokus sudah mengurusi semua bisnisnya. Tanpa lagi campur tangan Papa.
Papa hanya berperan sebagai penasehat saja bagi ketiga putranya, jika mereka mengalami kendala. Balik arah, kini Papa memegang yayasan pendidikan milik Eyang yang telah resmi diserahkan untuk Altair. Namun karena Altair lebih memilih dunia kedokteran, dan sedang bekerja keras menyelesaikan kuliah akselerasinya. Maka Papa mengambil alih tugas itu. Toh hanya mengawasi, karena yayasan tersebut sudah berjalan sangat baik. Baik TK maupun SD nya.
Seperti biasa, jumat sore aku akan pulang kerumah Papa. Dan kali ini mbak Rani mau ikut. Katanya sekalian meminta doa dan mengundang keluargaku. Karena memang, dua minggu lagi dia akan menikah. Calonnya sudah kembali, dan semua persiapan sudah hampir rampung.
Satu hal lagi yang pasti, setelah itu mbak Rani tidak lagi tinggal bersamaku. Dia akan tinggal bersama sang suami yang memang asli Magelang dan bertugas di kodim setempat."Ra, terus kamu gimana? Kalo mbak Rani udah gak nemenin. Mau cariin pembantu?" , Tanya mas Amar setelah mbak Rani menyampaikan semua maksudnya juga ucapan terima kasih pada keluargaku.
"Belum tau juga, tapi sendiri juga gak apa². Wong pulang udah sore, tinggal bersih² tidur, pagi pergi lagi. Kalo libur juga kan langsung pulang sini." , Jawabku apa adanya. Karena memang hanya itu yang aku lakukan setiap hari.
"Tapi gak baik kalau kamu tinggal sendiri Ra."
"Pa, waktu di Kalimantan Ra juga sendiri."
'dan akhirnya aku menyesal Pa' , lanjutku dalam hati.
"Apa kamu betul² belum ada rencana nikah Ra?"
"Belum mas An, belum kepikiran sedikit pun."
"Gimana dengan mas Pras Ra?"
"Gimana apanya Yan, gak ada apa² ya antara aku sama mas Pras. Jangan mikir macem² deh."
"Kalau anaknya Mahardika itu, siapa, yang temen kamu?"
"Defan Pap, dia kan sepupu Lika. Defan cerita ke Lika dia suka sama Rara, sejak mereka pertama ketemu katanya, tapi Rara gak nanggepin."
"Ember dasar." , Kesalku pada mulut si anak kedele.
"Nahhh itu, apa sih yang kamu tunggu Ra, Pras kamu abaikan. Dan teman kamu sendiri bahkan, Defan, juga masih kamu abaikan."
"Mas An, Ra gak punya perasaan gimana² ke mereka, jadi mau di apain. Hati kan gak bisa di paksa."
"Tapi bisa karena biasa lho Ra."
Tidak salah memang kata mbak Dewi, tapi, ada hal yang tidak mereka tahu.
"Asal kamu mau mencoba dan membuka hati, berusaha bersama."
Aku sudah menutup rapat hati dan diriku mbak Dila, karena aku sadar aku sudah tak berharga lagi.
"Lagian bentar lagi Tair kelar, ntar kalo dia keburu pengen halalin Sinta gimana, kan kasian Ra."
"Ya tinggal Tair aja duluan, gitu aja repot Yan."
"Apa kamu mau di jodohin aja Ra?"
"Enggak Pa enggak. Ra gak mau. Papa udah janji ya gak bakal jodoh²in lagi.
Lagian ya, kalo emang yang dateng duluan jodohnya Tair, ya udah gak masalahkan.""Iya kalau yang dilangkahin itu Ryan, laki². Tapi akan jadi masalah jika itu adalah kamu Almira. Bagaimana juga kita orang Jawa memegang teguh norma dan adat. Akan sangat berat rasanya jika yang langkahin itu adalah kakak perempuan."
Semua diam, mendengar Papa yang akhirnya berbicara tegas dan dalam.
"Iya, maaf, bukan maksud Ra seperti ini. Tapi Ra mohon, jangan desak Ra. Ra akan berusaha. Lagipula, Ryan sama Malika kan baru nikah berapa bulan, dan Tair juga masih menyelesaikan kuliah dan koasnya. Jadi, Ra masih punya waktu kan."
"It's okey Mbak, aku gak keburu kok. Santai aja. Sinta juga gak ngejar aku." , Aku harus sangat berterima kasih pada adikku memang, sudah menyelamatkanku. Dan aku bisa terlepas sedikit dari desakan tentang menikah.
KAMU SEDANG MEMBACA
'A' (Selesai)
General Fictionkata Papa, 'A' itu artinya alhamdulillah.... sebagai bentuk syukurnya telah memiliki kami semua.... five A Jadi, apapun adanya harus tetap bersyukur agar bahagia. namun apakah aku masih bisa menjadi aku setelah....