72

137 9 0
                                    


Alzanino Syahrul Pradika.

Alzanara Syahra Pradika.

Dua bayi kembar, laki² dan perempuan, telah lahir dengan selamat dan sempurna melengkapi kebahagiaan pasangan suami istri Alzam Prasetya Radika dan Almira Alamsyah. 'seharusnya'....

Namun pada kenyataannya, semua tidak bisa dirasakan.
Satu hari setelah operasi, Almira mengalami pendarahan hebat setelah berusaha bangun untuk menyusui kedua buah hatinya.
Dan membuatnya terbaring koma, hingga saat ini.

Ketika kedua bayi kembarnya berusia dua minggu, dokter menyatakan bahwa Nino dan Nara sudah bisa di bawa pulang dan memang sudah sehat sepenuhnya. Buah hati Alzam dan Almira memang melewati masa perawatan dengan inkubator. Bukan karena berat lahir yang kurang, namun karena usia kandungan Almira baru memasuki sembilan bulan, jadi paru² sang bayi di khawatirkan belum mampu beradaptasi.

Dengan berbagai pertimbangan, dan saran seluruh anggota keluarga. Akhirnya Pras membawa sekalian sang istri pulang kerumah mereka. Tentu saja dengan segala keperluan dan peralatan medisnya. Pras juga menyewa empat perawat secara bergantian untuk mengurus dan mengawasi istrinya. Perawatnya pun atas rekomendasi dokter yang memantau Almira secara intensif.

Sedang untuk kedua buah hatinya, Pras memilih meminta bantuan pada sang Mama, juga semua kakak iparnya. Mereka semua dengan senang hati tentu membantu merawat si kembar Nino dan Nara. Arhimza juga hampir setiap hari memilih menginap dirumah putrinya, agar bisa melihat perkembangan putri satu²nya itu. Juga menjaga sepasang cucu yang seperti ia harapkan.

Pras, sudah mengundurkan diri dari jabatannya sebagai dosen tetap. Dia hanya akan mengajar jika ada suatu kepentingan, atau semacam mengisi seminar dan kelas tambahan saja.
Agar bisa lebih fokus mengurus istri dan anak²nya.

Secara otomatis juga, Almira diberikan pensiun dini, mengingat keadaannya yang masih koma.

"Pak, ada tamu di depan."

Ucap salah satu suster yang berjaga, membuat Pras menghentikan bacaan ayat suci di dekat telinga sang istri. .
Pras memang selalu melakukan rutinitasnya seperti ini, ketika dua anaknya sudah nyenyak tertidur di kamarnya.
Dan meminta suster yang berjaga meninggalkan mereka berdua saja.

"Tolong jaga istri saya, saya tinggal dulu." , Suster pun masuk dalam kamar Almira setelah Pras keluar.

"Defan?" , Pras sedikit terkejut menyadari siapa yang duduk di sofa ruang tamunya.

"Maaf Pras kalo kedatanganku mengagetkan."

"Ahh enggak kok. Tapi, tau dari man-

"Mai, maksudku Malika. Tapi jangan salahkan dia, aku yang memaksa. Aku gak punya maksud apa² Pras, aku hanya ingin menjenguk melihat keadaan kalian."

"Gak apa², maaf justru aku gak sempat kasih kabar. Oh ya, mana Almira kecil, kamu sendiri aja?"

"Iya, kebetulan aku sedang ada tugas disini. Almira aku titipkan pada tetangga yang biasa membantu menjaganya, karena dia harus sekolah."

"Oh iya ya, tak terasa, padahal pertama ketemu dia masih balita. Sekarang sudah sekolah."

"Dia sebetulnya sangat ingin bertemu dengan om Al dan tante Al nya. Tapi karena ini aku tugas jadi tidak mungkin membawanya. Anak kalian mana?"

"Mereka tidur setelah lelah bermain. Oh ya, kamu mau melihat mereka?"

"Boleh, jika kamu tidak keberatan."

"Tentu tidak Def, ayo."

Kedua laki² yang sama² terpaut hatinya pada seorang wanita yang sama itu pun melangkah menuju kamar dimana dua balita montok berumur hampir tiga tahun tengah tertidur lelap.

"Lucu sekali mereka. Wajahnya mirip Al semua sepertinya."

"Iya, sifat mereka juga."

"Itu tandanya, dia sangat mencintaimu Pras."

"Aku lebih lebih sangat mencintainya Def. Ayo, kita lihat Rara."

Pras menutup kembali pintu kamar kedua anaknya. Dan beralih pada pintu yang tepat berada di sebelahnya.

Defan pov_

Sedih, sakit, nyeri, pilu, itulah yang aku rasakan. Menggantikan rasa bahagia setelah melihat dua balita yang terlelap sangat nyaman. Balita yang keduanya sangat mirip dengan wajah sang ibu. Al, wanita ysng hingga saat ini masih bertahta didalam hatiku.

Prasetya membuka pintu sebuah kamar, dimana disana terbaring lemah seorang wanita yang masih sangat aku cintai. Dengan segala alat medis yang melekat di tubuh kecilnya. Bukan sekali ini aku melihat Al terbaring di ranjang pesakitan. Namun kali ini, dia seolah tak berdaya. Tak ada kata² ketus terlontar dari bibir manisnya. Tubuhnya semakin kecil kurus. Namun raut wajah tidur panjangnya seolah tersenyum.

Salut, bangga. Kata² itu pun tak cukup menggambarkan perasaanku pada sosok pria tegap yang mulai terlihat layu ini. Dengan lembut dan penuh kasih, dia usap halus pucuk kepala Al. Prasetya, seorang laki² berhati mulia, suami dari seorang Almira. Dia benar² membuktikan, ketulusan cintanya pada gadisku. Ya, gadis yang kurenggut mahkotanya.
Gadis yang pernah sangat ku harapkan akan menjadi wanitaku. Namun, ternyata itu hanya satu malam saja.

Al, bangunlah, suamimu sangat mencintaimu. Dia sangat sabar merawatmu. Dia benar² tulus mencintaimu, menerima semua tentangmu.
Bangunlah Al, bangun.

_Defan pov end.

 'A'  (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang