Aku benar² bersyukur kini. Rasa syukurku tak mampu aku gambarkan dengan apapun.
Bahagia yang tak pernah kusadari sebelumnya.Aku memiliki keluarga yang sangat menyayangiku. Aku tetap mampu meraih impianku.
Melewati kegagalan, yang nyatanya memberikanku kebahagiaan berlipat.
Aku memang tak sempurna.Namun semua menjadi sempurna karena cintanya. Cinta tulus laki² yang menerimaku apa adanya. Cinta tulus seorang laki² yang memberiku dua malaikat. Cinta seorang Alzam Prasetya Radika, suamiku.
Seorang dosen yang membuatku kesal. Menyiksaku dengan semua tugas dan coretan tintanya.
Namun ternyata, dari semua kesal itu, dia berhasil membuat tempat tersendiri di hatiku.
Tempat yang sempat tak kusadari.
Tempat yang sempat terganti oleh sosok yang lain.Sosok yang sangat meninggalkan luka bagiku.
Meski ternyata tetap ada di hatiku.
Meski tak pernah kuakui itu.'istirahatlah dengan tenang Def, akan kujaga putrimu, seperti dulu kau yang selalu menjagaku. Terima kasih pernah ada dalam cerita hidupku. Kamu akan selalu memiliki tempat tersendiri di hatiku.'
"Ayo sayang, anak² udah ke mobil lho dari tadi."
"Maafin aku Mas, aku gak maksud-
"Mas ngerti kok. Cukup simpan dia dalam cerita masa lalumu. Dan biarkan kini, cerita itu hanya tentang aku, kamu dan anak², Al, Nino dan Nara."
Aku berdiri dari jongkokku di sisi pusara seorang Defan Arial Mahardika. Dalam rengkuhan pelukan tangan suamiku di bahuku, kulangkahkan kakiku.
Meninggalkan tempat ini.
Ini adalah pertama kalinya aku dibawa mas Pras mengunjungi makam Defan. Yang baru aku tahu beberapa hari lalu.
Sedangkan mas Pras sendiri sudah sempat kesini mengantarkan Almira kecil, yang kini menjadi putri kami."Kok belum tidur sayang?" , Mas Pras yang kembali ke kamar setelah mengecek ke kamar anak².
"Kan nungguin suaminya."
"Ohh emang suaminya kemana?"
Aku tersenyum, rindu sekali rasanya mendengar candaan seorang Alzam ini.
"Suaminya lagi ngerjain mahasiswinya, kejem."
"Tapi mahasiswi nya banyak yang naksir lho."
"Pede. Mau jadi dosen lagi emang?"
"Enggak, udah tua, gak pantes udah."
"Heee kalo jadi dosen itu justru pantesnya udah tua. Kalo masih muda namanya tebar pesona. Ganjen."
"Gitu ya, berarti ada mahasiswi yang terpesona nih."
"Gak. Ada juga dosennya ngejar mahasiswinya sampe kerumah segala."
"Jangan salah, yang kerumah itu bukan dosen, tapi orang yang naksir adik sahabatnya. Tapi gak pernah peka. Payah."
Aku langsung menghambur tubuh mas Pras, bahkan dia yang tak siap nyaris jadi terjengkang untung saja kami sedang bersandar di kepala ranjang.
"Nafsu amat, sabar bu, mau berapa kali juga saya siap kok bu. Aduhhhh. Sakit Yang, hiiih pedes banget nyubitnya. Mending kalo nyium."
"Niiihhhhh cium." , Aku dorongkan bantal ke wajah suamiku ini.
"Ayolah Yang, masa tega sih aku udah puasa lama banget nih...."
Seketika aku membeku. Aku menyadari betul kesetiaan mas Pras selama aku koma.
"Heiii...mas bercanda kok sayang. Udah lupain."
"Mas,
"Iya sayang."
"Emm..."
"Kenapa, bilang dong."
"Emm...Ra.. Ra takut aja, Ra gak mampu dan ngecewain Mas." , Aku tertunduk.
"Ra, sayang, liat mas. Mas juga gak tau apa mas masih bisa apa enggak. Makanya pengen coba, coba berdua sama kamu."
"Mau Ra?"
Mas Pras menggerakkan jari nya yang menggenggam jemariku dengan tatapan sendu dan memohon.
Senyum lebar tercipta di bibirnya.Aku tak berbohong, aku pun merindukan suamiku.
Dengan senyum malu ku anggungkan kepalaku mengiyakan ajakan suamiku.
Menggayuh kebahagiaan kami, berdua, ibadah indah kami dengan segenap cinta."Ra, sayang, kamu baik² aja kan?"
"He em. Ra gak apa² kok Mas. Udah jam berapa?"
"Setengah empat, mas siapin air ya, mandi. Keburu subuh."
"Enggak usah Mas, Ra sendiri bisa kok."
"Gak ada penolakan. Tunggu sini."
Begitu besarnya cinta dan perhatian suamiku.
"Lagian, gaya, baru test drive udah minta nambah."
"Massss ampun itu ngomongnya. Udah. Mau tolongin aku ke kamar mandi gak nih?"
"Mau banget, mandiin sekalian juga bol-
"Gak! Gak ada! Bisa gak kelar²."
"Kemarin² mas mandiin lap kamu mau² aja."
"Iyalah orang koma mana sadar."
"Hahaha...udah yuk, mas gendong, tar kalo udah selese panggil mas ya." , Dia tinggalkan ciuman kilatnya setelah aku berada di dalam bath up.
KAMU SEDANG MEMBACA
'A' (Selesai)
General Fictionkata Papa, 'A' itu artinya alhamdulillah.... sebagai bentuk syukurnya telah memiliki kami semua.... five A Jadi, apapun adanya harus tetap bersyukur agar bahagia. namun apakah aku masih bisa menjadi aku setelah....