27

133 13 0
                                    


Aku, juga seluruh kelurgaku, bahkan juga hampir seluruh yang hadir di sini meneteskan air mata bahagia dan haru, menyaksikan prosesi ikrar ijab qabul mas Anhar dengan mbak Dila yang sudah sah menjadi nyonya Anhar kini.

"Yan, kamu siap nyusul?"

"Doain Mas." , Jawab Alryan bijak atas pertanyaan dari kakak tertua kami.

Alryan memang sudah membuka hati untuk Malika dan berbicara akan belajar memulai semua secara dewasa. Benar, meski selama ini Ryan banyak bersinggungan dengan para penggemarnya, namun memang tak pernah ada komitmen hubungan yang Ryan berikan dengan siapapun. Semua hanya teman dan dia hanya suka saja menggoda mereka.

"Kamu keliatan dewasa banget Ra, dengan kebaya gini." , Suara sedikit berbisik dari sebelahku seketika membuatku terpaku.
Aku menatap dalam mata hitam laki² yang sejak kemarin menjadi pasanganku ini, Alzam Prasetya.

"Kok malah bengong sih." , Tanganku berpindah dalam genggamannya, dan membuatku semakin terbius tak sadar harus berbuat apa.

"Udah yuk, tuh yang lain udah mau kasih ucapan ke Anhar, kita kesana yuk." , Dan lagi² seolah tersihir aku menurut saja dengan ajakannya.

"Maju sini Mbak Mas." , Altair yang sudah lebih dulu berada di belakang Alryan dan Malika memberi tempat pada Almira dan Pras agar di depannya.

"Mbak mu lagi terharu berat Tair sampe speechless."

"Apa sih Mas." , Aku mencoba menetralkan keadaanku sendiri.

"Mbak Almira cantik banget."

"Kamu juga cantik banget Sinta." , Balasku.

Kami lalu sampai di depan sang pengantin.
Mas Anhar langsung membalas pelukanku. Aku sudah kembali menangis. Bahagia. Akhirnya kakak keduaku menjalani status baru menjadi suami.

"Jaga diri kamu ya, mas udah gak bisa seintens kemarin buat jaga kamu. Semoga kamu segera juga mendapat seseorang yang bisa menjaga kamu sepenuhnya."

"Mas An gak ninggalin Ra kan, kalian tetap disini kan?" , Aku masih terisak.

"Iya Rara, kami tetap disini kok. Mbak udah putusin pindah kesini ikut mas mu." , Aku lalu memeluk erat kakak ipar baruku.

Setelahnya, kami semua berfoto bersama juga berganti gantian. Sudah ada mas Adi dan mas Tedi juga, plus pasangannya juga.

Kami sekeluarga kembali ke rumah, karena akan mempersiapkan diri untuk acara resepsi malam nanti. Mas Anhar sudah langsung membawa istrinya ke rumah kami. Rumah yang kami tempati.

"Ra, tolong ambilin baju aku di koper, kata Amar koperku di kamarmu."

Pinta Alzam saat aku hendak naik ke kamarku.

"Hahhh, emang iya? Kapan naroknya?"

"Ada Ra, aku tadi yang narok, pindahin kamarku aja." , Teriak Alryan dari dapur.

"Hmmm. Aku tarok kamar mas Ryan ya?" , Alzam hanya mengangguk sambil tersenyum.

Aku masuk kamarku dan sudah mendapati Malika dan Sinta yang sudah lebih dulu rebahan tanpa mengganti kebaya mereka.

"Kok gak pada mandi sih, jorok."

"Ntar aja lah Ra, sekalian mau dandan lagi."

"Iya mbak Al nanti aja, mending tiduran dulu ntar malam pasti capek tamunya kan banyak." , Tambah si calon adik ipar ini dasar.

"Serah deh, aku keluar lagi mau narok koper mas Pras ke kamar Ryan." , Aku pun menggeret koper berukuran sedang itu ke kamar sebelah.

"Sinta mana Mbak?"

"Tiduran tuh sama Lika ,kenapa, kangen?" , Senang menggoda adik kecilku yang ternyata sudah dewasa.

"Apaan, enggak barusan ada email dari dosen nyuruh ujian online sekarang makanya aku mau ajak Sinta. Gitu."

"Iya deh, pasangan calon dokter kompak banget. Panggil aja sana, mbak mau ke bawah dulu soalnya cari minuman." , Aku menuruni tangga untuk ke dapur mencari air dingin.

Namun ternyata di ruang tengah, ada Papa, mas Amar, Ryan, mas Pras juga pakde dan papi mertua mas Amar sedang berbincang santai.

"Ra, buatin kopi lah buat kami." , Titah Ryan melihatku berada di meja makan.

"Kopi semua apa ada yang teh?" , Tawarku, karena setahu ku papinya mbak Dewi tidak minum kopi.

Aku pun membuat beberapa gelas kopi dan juga teh setelah Alryan memberi kode yang jelas aku pahami.

"Tair mana Ra?"

"Katanya mau ujian online tadi sempet manggil Sinta Pa." , Terangku sambil menyodorkan beberapa gelas teh dan kopi yang kubuat tadi.

"Kamu kapan wisuda Rara?"

"Doain Pi secepatnya. Ini lagi selesein tugas akhir." , Aku menjawab pertanyaan papi mertua mas Amar.

"Iya lah segera, biar terus nyusul Anhar."

"Mas Ryan dulu kan."

"Enggak juga, jodoh kan gak ada yang tau Ra."

Huuufffttt, sepertinya papi mertua kakak sulungku tertular membahas tentang pernikahan selanjutnya.

"Mas Ryan yang jelas udah ada calon dan lebih siap. Udah ah Ra ke kamar dulu. Permisi semuanya."

Aku tinggalkan ruang depan yang jelas aku sadari bahwa ada sepasang mata yang sejak tadi memperhatikan aku dengan senyumannya.

 'A'  (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang