Pahit Kopi Tak Berdusta

332 43 50
                                    

malam para lontong! 

lontong lontong apa yang setia? ya lontongers! apa sih? wakakaka.

NO VOTE NO KOMEN, GO AWAY!

TERTANDA: AUTHOR JAHAT

*

*

Beuh! Yoona memuntahkan minuman ke wastafel. Karena lampu dapur remang, dia mengira gelas di meja makan adalah teh tapi ternyata kopi dan dominan pahit. Dia lekas berkumur menghilangkan pahit melekat di rongga mulut.

"Waeyo, Eonnie?" tanya Seohyun baru pulang membeli camilan dari minimarket depan villa.

"Aish, tadinya kupikir ini teh. Hah! Kopimu mengapa selalu pahit begini? Tambahkan sedikit gula, Seohyun ah."

"Hahahahaha. Sejatinya kopi pasti pahit dan itulah letak kenikmatannya."

Yoona mengiyakan saja karena selera orang berbeda-beda. Jika dia tidak biasa minum kopi maka Seohyun lebih suka kopi dibanding minuman lain. Setiap kali mereka keluar Seohyun selalu membeli kopi tapi bukan racikan kopi modern yang diberi krim, caramel, atau lainnya, melainkan kopi hitam dan lebih-lebih kopi susu biasa. Saat belum menikah dan Seohyun masih tinggal di dorm pun Yoona hanya menemukan satu merk kopi, kopi hitam kesukaan Seohyun dan kini ada di dapur rumah. Seohyun juga membawanya ke dapur villa sekarang.

"Mengapa kau begitu mencintai kopi itu?"

"Karena pahitnya kopi tidak pernah berbohong," ujar Seohyun menggunting biskuit lalu menuangkan ke mangkok susu Yoona. "Apa ungkapan tadi bagus? Mungkin bisa jadi kutipan di novel."

"Istriku ingin jadi penulis?"

Sapaan 'istriku' membuat Seohyun mengulum senyum karena terdengar sangat manis. Dia sampai membisu hanya untuk sepatah kata yang terdengar umum dan biasa diucapkan para suami di luar sana.

"Jika benar maka harus menyiapkan mental karena aku selalu menuntut kesempurnaan di setiap karya," tutur Yoona melingkarkan tangan dan merogoh sesuatu di balik celana jeans, perut Seohyun, seraya menenggelamkan wajah di punggung istrinya itu. "Hm, bagaimana? Mau jadi penulis?"

"Aniyo, aku jadi penikmat saja."

Yoona menarik Seohyun ke pangkuannya lalu menikmati semangkok sereal sambil menatap kolam renang yang terdapat lilin di setiap sudut. Saat pertama masuk tadi mereka langsung dijamu floating lunch. Kamar mereka disusun dan diberi sepasang angsa lalu di bathup ditutupi kelopak mawar. Kemudian sore tadi dibawa menaiki sampan mengarungi sungai kecil buatan untuk melihat seluruh area villa.

"Villa yang sangat cantik. Saat sudah memiliki anak nanti kita harus kemari lagi dan menginap lebih lama."

Hati istri mana tidak terenyuh mendengar penuturan berisi doa barusan? Namun, apakah tidak terlalu dini merasa bahagia atas lisan yang kapanpun bisa berubah? Sepertinya tidak karena setiap pernikahan memiliki harapan meski berawal tanpa cinta sekalipun. Seohyun percaya Yoona bisa menjadi sahabat hidup sekaligus orang tua yang bijaksana, bersama-sama membahu menopang kehidupan rumah tangga.

"Ayo duduk di tepi kolam!"

Mereka berpindah ke tepi kolam dan memasukkan sepasang kaki ke sana. Cuaca panas di tengah kota serta perjalanan dua jam terbayarkan di sini. Rasanya tak ingin waktu berjalan cepat agar bisa terus singgah menikmati liburan atau bulan madu setelah kepenatan. Hiruk-pikuk kota, urusan kerja, sampai persiapan nikah, sungguh melelahkan dan memeras tenaga serta pikiran.

"Aku tidak bisa berenang tapi semoga anakku ahli berenang," ujar Yoona menatap keempat kaki dipeluk air.

"Besok Eonnie harus belajar renang dan aku jadi gurunya."

Sore Itu Lonceng BerbunyiWhere stories live. Discover now