Bagaimana Cinta Bekerja

237 32 67
                                    

malam, lontong-lontongku. 

cerita ini sejak tahun lalu udah terbesit dan cuma disimpan ke otak kecil author sebelah. wkwkwkwk. 

setelah dia kasih sinopsis, outlite, dan sempet post aku gak sabat banget. soalnya ya seperti yang pernah aku bilang kalau cerita ini paling kusuka dari cerita-cerita lain.

*

*

Tap tap. Langkah putri pemilik rumah terhenti di bibir dapur, tatapan sayu bercampur bingung nan kaget menghinggap di tubuh terkulai. Seohyun. Dia tertidur menaruh wajahnya di atas lipatan lengan di meja. Di dekat kepala tepatnya di tengah-tengah meja telah berebah makanan, jus, dan tar bertuliskan 'Selamat ulang tahun.' Di balik kepala ternyata Seohyun menggenggam setangkai mawar.

"Seo-seohyunnie," panggil Yoona sedikit bergetar tak menyangka akan mendapat jamuan ini. Sementara di luar sana dia secara tak langsung telah berselingkuh dengan Irene dan menghabiskan beberapa jam tanpa memikirkan Seohyun di sini.

"Seohyunnie," panggil dia lagi mengguncang lemah pundak Seohyun.

"Mmpphhhh."

"Aku... aku pulang."

"Nnggghh?" gumam Seohyun mengerjap lemah perlahan tersenyum mengangkat kepala dan bangkit membingkai wajah wanita yang telah menikahinya lebih dari setahun lalu.

Yoona menatap kue tar dan wajah Seohyun bergantian sembari mengusap lengan sang istri bak memastikan bahwa apa yang tertangkap ini adalah nyata. Memastikan pula bila wanita di depan mata adalah orang yang belum berkomunikasi hangat dengannya belakangan ini.

Tak menunggu lama, Seohyun mendekap tubuh Yoona sejurus deretan gigi menggigit bibir bawah menahan tangis. Air matanya jatuh menorehkan lekuk basah dan bermuara di blazer istrnya. Dagu berpangku bahu menanggalkan harapan yang dia yakini tak bisa dikabulkan, menyisakan bibir dan hati lapang menyebutkan doa penuh sayatan luka.

"Semoga kau diberi kesehatan dan usia panjang untuk menikmati setiap kebahagiaan yang mungkin tertunda, semoga harapanmu segera nyata, dan hatimu membaik lagi." Pandangan Seohyun benar-benar kabur terhadang air mata. "Semoga sepanjang napasmu tidak kekurangan cinta. Keinginanmu terwujud dan apapun yang menghalangi segera sirna. Semoga..."

Tik! Tak terhitung berapa banyak air mata sudah meninggalkan pelupuk sejak tadi tapi tidak kunjung habis juga. Tidak ada pula jemari selain tangan sendiri yang mengusapnya.

"Se-semoga... aku bisa terus memelukmu begini."

Tik!

"Semoga... apapun... keputusan yang k-kau ambil adalah..." Seohyun menelan ludah tak sanggup lagi menahan isakan. "Adalah... jalan kebahagiaanmu."

"Seohyunnie."

"Ssttt! Sebentar, Eonnie, biarkan kupeluk tubuhmu begini lebih lama. Rasanya aku benar-benar merindukanmu, sungguh rindu walau... kita tinggal di atap yang sama."

Cara Seohyun memperhatikannya, mengingat hari ulang tahun di sela-sela situasi dingin, memahami keadaan ini, dan doa-doa layaknya istri tak kuasa menahan air mata Yoona. Sekali lagi setelah puluhan menit berlalu dia kembali menumpahkan air mata untuk wanita yang berbeda. Yang satu adalah mantan kekasih dan masih dicintai, kini adalah istri yang mencintainya.

"Eonnie, aku tidak akan menyusahkanmu dalam hal apapun dan tak akan menjadi alasanmu tidak berbakti pada orang tua. Eonnie," panggil Seohyun mengeratkan pelukannya. "Bila suatu hari cepat atau lambat ada seseorang yang mencintaimu dan kau cintai serta bisa menerimaku, menikahlah!"

Buk! Tak ada benda paling mematikan selain mengatakan kebohongan dan mengiris hati demi seseorang yang dicintai. Lebih menyakitkan lagi ketika orang itu tidak mampu membalas cinta.

Sore Itu Lonceng BerbunyiWhere stories live. Discover now