malam, para lontong!
makasiihhhh sama respon kalian di bab sebelumnya. macam-macam respon kalian bikin aku seneng banget dan makin semangat. makasih ya lontong-lontongku, uncchhhh. uwu banget kalian.
*
*
"Yoong, biarkan aku menjadi ibu dari anak-anakmu!"
Permintaan Irene terus terngiang di benak Yoona tak peduli sekencang apa dia berlari meninggalkan mantan kekasih di trotoar. Ucapan satu kalimat itu bermakna dalam sekali hingga membelah diri dan menyelip ke setiap ruang saraf-saraf kepala. Yoona tak bisa fokus atau mengingat apapun selain selorohan Irene, tidak bisa sama sekali sekeras apapun mencoba.
Glek!
Yoona perlahan mendorong papan pintu dan melihat Seohyun sudah tertidur. Di sisi sang istri terbujur anjing kecil, Rae-O, ikut meringkuk ke alam mimpi. Dihampiri wanita yang menemaninya lebih dari setahun, wanita di sebelah katedral dan membawakan pangsit paling enak. Wanita yang mampu membuatnya terbuai begitu cepat akan aroma tubuh. Wanita tersebut adalah orang yang membersihkan nama sekaligus menolong Yuri.
"Cuph."
Dia menarik diri kamar setelah meninggalkan kecupan di pelipis Seohyun. Tubuhnya kembali menghilang dari kamar berpindah ke kamar kosong di sebelah sekaligus menjadi ruang kerja. Yoona duduk di meja kerja membuka laptop berisi naskah-naskah baik yang sudah terbit maupun menunggu untuk dicek. Tidak sekadar itu, dia juga menyimpan banyak foto di sana, foto pernikahan, foto keluarga, foto bersama rekan kerja, event, dan ada satu folder lagi.
'My Lovely Irene.'
Yoona membuka folder kenangan dua tahun lalu ke belakang ketika mereka masih menjadi sepasang kekasih. Di dalam folder masih ada beberapa folder lagi menyesuaikan kapan dan di mana foto tersebut diambil. Sangat banyak hingga harus mengecek properti untuk melihat jumlah ratusan foto di sana.
"Ekhmmm," dehem Yoona tersenyum kecil membuka lagi kenangan yang tak pernah disentuh sejak mengiyakan perjodohan dengan Seohyun. "Saat di mana kita berbagi tawa-tangis dan menemukan jalan bersama."
*
Gelas teh masih ada setengah tapi pemiliknya telah beranjak dari kursi meninggalkan sang istri sendiri. Dia kembali ke kamar bersiap-siap hendak bekerja tanpa bertutur satu katapun. Seohyun pun acuh tak acuh tidak mau ambil pusing dan meneruskan makannya yang tinggal beberapa suap. Seorang ART di wastafel mulai merasa kurang nyaman dan sadar ada kesalahan di sini tapi tak bisa ikut campur.
"Guk guk guk!"
"Kau lapar lagi?" tanya Seohyun mengangkat Rae-O ke gendongan dan meraih pisang. "Andai bisa aku sangat bahagia membawamu bersamaku," lirihnya mengusap-usap kepala si putih kecil.
Di saat begini hanya Rae-O yang paling bisa mengembalikan suasana dan membuatnya bertutur-kata manis seperti biasa. Memang Rae-O tak lebih dari sekadar anjing bichon dan hanya mampu menggonggong, tapi di sisi lain sikap manja dan suara tersebut membuat Seohyun lebih merasa dihargai. Istri dan menantu rumah ini terasa lebih nyaman menimang anjing berbulu ini dibanding duduk di sanding mertua tempo lalu. Kasar?
"Kau sudah siap?" tanya Yoona datar mengaitkan tas selempang.
"Ne," jawab Seohyun singkat merasa dingin antara hawa di pagi hari juga sikap Yoona.
Sekali lagi, mereka menghabiskan waktu di mobil saling berdiam diri dan sesekali melirik. Sebegitu sunyi hingga mereka bisa merasakan napas dan detak jantung sendiri. Beberapa kali suara kendaraan atau klakson di luar lah yang mengisi telinga mereka.
![](https://img.wattpad.com/cover/238831194-288-k123290.jpg)
YOU ARE READING
Sore Itu Lonceng Berbunyi
Fanfiction'Maukah kau menjadi sahabatku lagi?' -Yoona- 'Saat mataku terpejam kebersamaan ini akan berakhir dan waktu berlalu sangat cepat.' -Seohyun- 'Biarkan aku menjadi ibu dari anak-anakmu!' -Irene- 'Aku adalah orang yang mencintaimu tanpa henti, tanpa lel...