malam. lontongku.
*
*
Orang tua Yoona datang dari Busan hendak membesuk menantu dan calon cucu mereka. Pakaian, minuman herbal, sampai perlengkapan bayi dibawa langsung dari sana, tak sabar menantikan keturunan. Hanya saja Yoona tak begitu bahagia melihat orang tua di sisi Seohyun, dia khawatirkan sesuatu yang sejak lama sudah disadari pasti terjadi.
"Nak, kurangi aktivitas tidak penting! Jika butuh sesuatu minta pekerja lain saja dan banyak-banyak beristirahat. Eomma tak ingin terjadi hal tidak diinginkan apalagi sampai membahayakan bayimu."
"Benar, Seohyun ah. Anakmu akan menjadi pewaris bisnis appa, jadi..."
Yoona mengusap wajahnya di dapur meraih sisa setengah gelas susu yang Seohyun buatkan. Dia yakin jika orang tuanya hanya mementingkan keturunan dan penerus, tidak lebih dari itu. Mereka seakan takut ketika sudah tiada kelak usaha yang dikembangkan sejak lama menjadi milik orang lain atau bukan keturunan sendiri.
"Appa akan mengajarinya menjadi pebisnis, bermental baja, dan kerja keras. Dia akan dikenal, dihormati, dan disegani seperti yang dirasakan kakeknya sekarang."
Seohyun berusaha tersenyum mengelus perutnya tempat janin beristirahat sambil berharap Yoona ada di sini dan mengalihkan pembicaraan. Namun, dia tak paham bila Yoona enggan di dekat orang tuanya sendiri lantaran kerap membahas soal keturunan dan pewaris. Seohyun tidak tahu bila Yoona justru tertekan akan keberadaan pasangan paruh baya ini.
"Aku tidak bisa meminta agar semua orang tua seperti orang tuaku, tapi tidakkah anak berhak atas pilihannya kelak?" batin Seohyun.
Dia tumbuh dari orang tua yang menerima apapun profesi dan jalan hidup yang dipilih. Selama tidak melanggar aturan hukum, tidak menyakiti orang lain, dan bertanggung atas pilihan, maka tidak ada masalah di sini. Bilamana ada orang mempermasalahkan, maka sesungguhnya orang tersebut yang bermasalah.
"Anak adalah pemberian. Di luar sana ada orang tua tidak punya anak dan para anak tidak punya orang tua. Jika seseorang diberi anak, maka wajib dituntun tapi harus pula menerima apapun pilihannya baik secara keyakinan maupun orientasi."
Sayangnya, hal tersebut tidak berlaku di keluarga Kwon. Kehidupan Yuri dan Yoona sangat kontras, yang 1 dibiarkan dan 1 lagi ditekan dengan rumah mewah sebagai ganti. Sedih? Tidak, Seohyun malah takutkan satu hal.
"Masih lama, Yeobo. Aku berharap anak kita adalah wujud dari keinginan orang tuaku. Kalaupun tidak semoga mereka bisa berubah dan mau memahami jalan anak kita kelak."
"Ne, Eonnie," sahut Seohyun sekenanya tak mau berpanjang lebar, berusaha meyakini diri jika Yoona akan selalu melindungi mereka.
Yoona mengecup pelipis Seohyun kemudian menurunkan wajah ke perut ingin menghampiri anaknya sekaligus aroma terapi yang dia sukai. "Cuph! Sayang, eomma sedang bersedih. Ayo, lakukan sesuatu untuk membuat eomma tersenyum lagi!"
"Hahaha, Eonnie," gemas Seohyun tiba-tiba melihat ayah dari anaknya mencoba menghidupkan suasana.
"Hmmm, kau ingin makan sesuatu, Nak?"
"Akkhh itu pasti Eonnie yang mau makan."
"Aniyo, dia mau beberapa kudapan atau segelas susu full cream, kemudian... mmm... beberapa slice roti dengan selai jug-"
"Eonnie," rajuk Seohyun terperingis menangkup wajah Yoona dan menggesekkan hidung mereka. "Kau yang lapar."
*
"Camera rolling action!"
Yuri memerhatikan jalan syuting di ruang terbuka tepatnya salah satu taman. Di dekat air mancur berdiri dua tokoh utama yang memerankan tokoh lesbian tapi terhalang restu, Lee Chung Ah dan Seo Joo Hyun. Artis senior dan idol jebolan girl group paling terkenal di Seoul bahkan dunia hingga disebut Nation Girl Group. Kemampuan mereka tidak diragukan lagi apalagi dilihat dari karakter masing-masing di dunia nyata.

YOU ARE READING
Sore Itu Lonceng Berbunyi
Fanfiction'Maukah kau menjadi sahabatku lagi?' -Yoona- 'Saat mataku terpejam kebersamaan ini akan berakhir dan waktu berlalu sangat cepat.' -Seohyun- 'Biarkan aku menjadi ibu dari anak-anakmu!' -Irene- 'Aku adalah orang yang mencintaimu tanpa henti, tanpa lel...