Kita Bicarakan Nanti

217 33 56
                                    

malam, lontong. tau gak? lontong pakai sedikit kuah lodeh dan kecap asin terus kasih sedikit cabai itu rasanya enaakkkkkkk banget. 

*

*

"Lisa, kau kembalilah. Aku harus pergi sebentar," pinta Yoona memberikan kunci mobilnya pada junior di redaksi.

"Eonnie, mau ke mana? Sepuluh menit lagi jam istirahat."

"Aku bisa makan di jalan. Pergilah!"

Lisa mengangguk patuh menerima kunci mobil dan beranjak kembali ke kantor sementara Yoona berlari kecil masuk ke bus. Dia hendak pergi ke apartemen Seohyun setelah Irene mendapatkan alamat itu tadi malam. Sepanjang malam Yoona terus memikirkan Seohyun sampai merasa frustasi apalagi Yeri terus menanyakan keberadaan ibunda. Ditambah lagi Rae-O terus berjingkrak di ranjang tempat Seohyun tidur.

"Lee Chung Ah?" lirih Yoona terbelalak melihat Lee Chung Ah bersama seorang pria dan wanita masuk ke lobi apartemen. "Lee Chung Ah, kau pasti yang mengusik hubungan kami! Kedatanganmu pasti menemui istriku!" pekiknya membatin membuntuti Chung Ah dari kejauhan.

Benar-benar kebetulan, Seohyun keluar dari koridor memakai pakaian rapi sambil menenteng tas dan tak ketinggalan heels. Yoona berjalan mengendap-ngendap ke balik pot besar dan disinggahi tumbuhan hias agar bisa menguntit obrolan mereka. Lewat celah-celah dedaunan plastik ini pun Yoona bisa melihat tubuh dan ekspresi mereka. Dia ingin mengetahui apa fakta di balik keputusan Seohyun dan membuktikan argumennya.

"Seohyunnie," panggil Chung Ah menyapa lebih dulu.

"Eo-eonnie? Kau ada jadwal di sini?" sahut Seohyun kikuk menyelipkan helai rambut ke balik telinga.

"Tidak. Seorang rekan artis tidak enak badan dan kebetulan dia tinggal di sini. Jadi aku berniat menjenguk sebelum syuting. Kau sendiri? Apa kau bekerja di apartemen ini sekarang?"

Seohyun terkekeh berkedip beberapa saat. "Sekarang aku tinggal di sini. Hmm, maaf, ada interview jadi buru-buru," ucap dia menunjukkan map lalu melangkah lagi tapi Chung Ah menahan lengannya.

"Seohyunnie, apa semua baik-baik saja? Kau di sini bersama Yoona, 'kan?"

"Ma-maaf, Eonnie, aku sungguh buru-buru," sahut Seohyun terus melangkah kecil sementara Chung Ah masih mencengkram lengannya ikut berjalan.

"Jika aku bertandang, kau tak akan menolakku?"

"Y-ya ya, hmmm, baiklah. Bisakah tolong lepas?"

Chung Ah melepas lengan Seohyun dan cukup mengangguk saat sang mantan berpamitan lalu pergi. Sepasang mata sendu makin sayu menemukan kondisi Seohyun yang pasti tidak baik-baik saja. Sesuatu telah terjadi karena kalau tidak mana mungkin Seohyun pindah ke apartemen sementara rumah Yoona memiliki ruang lebih dari cukup. Orang tua Yoona pun bukan orang biasa melainkan sangat kaya.

"Berarti bukan Chung Ah. Dan... dan mungkin Seohyun yang benar-benar ingin bercerai."

Wajah curiga Yoona belasan detik lalu terhempas berganti sedih. Dia sadar kalau di balik senyum, keriangan, dan semangat aktivitas sebagai ibu rumah tangga, ada kesedihan di hati Seohyun. Beban atau luka yang tidak dilontarkan dan disimpan seorang diri. Tiba waktu tak ada ruang lagi menyimpan sedih, inilah satu-satu jalan diambil. Perceraian.

"Seohyunnie, apa memang jalan ini yang harus diambil?"

*

"Seohyunnie melamar kerja?" heran Yuri mendengar kabar dari Jessica.

Siang tadi saat menemui kawan lama di salah satu perusahaan, dia tak sengaja melihat Seohyun berada di sana. Iseng-iseng bertanya Jessica diberitahu bila perusahaan tempat mereka berpijak sedang membuka lowongan jadi banyak calon pekerja berdatangan. Hanya saja saat itu Jessica sengaja tak menunggu atau bertanya pada Seohyun karena takut dikira terlalu ingin tahu. Jadi dia tak mau lancang dan hanya bisa bercerita ke Yuri sekarang.

Sore Itu Lonceng BerbunyiWhere stories live. Discover now