Pahit Manis

238 33 55
                                    

malam, lontongers!

*

*

"Tatap mataku saat aku berbicara!"

Seohyun membuang napas berat sembari bangun dan duduk di ujung ranjang menghadap langsung pada Yoona. Mata kecil itu tak terlihat takut atau marah tapi lelah sekaligus purau, letih menghadapi hari-hari belakangan ini.

"Mengapa kau tidak membeli atau memintaku membelikan minyak lagi?"

"Mengapa atau untuk apa? Aku sudah tidak membutuhkanya lagi. Memangnya..." Seohyun berkedip pelan menarik napas mengisi paru-paru seakan udara begitu cepat habis sekarang mengatakan dua patah kalimat. "Memangnya siapa yang akan kemari? Siapa... yang akan menghabiskan waktu bersamaku meski sekadar mengobrol? Siapa pula yang akan memeluk sambil memegangi perutku lagi saat tidur?" Suara Seohyun jadi serak dan berat, binar mata kabur dikerumuni air.

Yoona tak kalah tersengat keluhan seorang istri yang tersisihkan. Sadar bahwa selama ini dia tak pernah lagi menemani Seohyun selain di meja makan saat sarapan atau sesekali saat makan malam. Semua waktunya selain untuk bekerja adalah bersama Irene. Nama Seohyun seperti tidak pernah ada di benak dan hatinya lagi, tersingkir teramat jauh.

"Daripada sebagai seorang istri, aku lebih mirip seseorang yang kau beri tumpangan tempat tinggal."

"Seo-seo...hyunnie..."

"Rasanya benar-benar merindukan Yoona eonnie ku yang entah sedang di mana. Dia tidak pernah memperlakukanku seperti orang asing melainkan sahabat tempatnya bercerita. Tempat dia berbagi suka atau duka lalu tertawa bersama. Yoona eonnie selalu meluangkan waktu untukku baik sekadar bersenda-gurau atau membahas rutinitas kami. Dia tak akan langsung bersikap ketus apalagi terhadap hal yang bukan kesalahanku. Dan kau... kau bukan Yoona eonnie ku, kau hanya memakai raganya saja dan berlagak seperti seorang suami."

Tes! Jemari terdiam di atas pangkuan akhirnya mengusap air mata yang sedaritadi jatuh membentuk air terjun. Seohyun kembali mundur ke sisi Rae-O dan memalingkan wajah basah enggan menatap Yoona lagi. Kesal memuncak bercampur sedih tengah memenuhi dada Seohyun. Dirasa Yoona berlebihan menanggapi pertemuan Seohyun dan Chung Ah serta mempermasalahkan minyak yang mana Yoona sendiri tak pernah menyempatkan waktu lagi. Mengapa baru sekarang Yoona bertanya? Darimana saja selama berbulan-bulan ini?

Bibir Yoona terjahit tak sanggup membalas ucapan Seohyun, dia menarik diri tapi tidak masuk ke kamar di mana Irene berada. Kaki-kaki panjang dan jenjang berjalan lemah menurun anak tangga satu demi satu, melangkah berat menuju dapur tempat dia selalu menemukan Seohyun setiap pagi. Di sanalah istri pertama kerap mengisi pagi hari mengobrol dengan ART sambil menghidangkan makanan. Di dapur itu pula dia dan Seohyun baru punya waktu untuk berbincang dan hanya dalam kurun waktu singkat.

"Yoona Shi, sedang mencari apa?" tanya ART melihat sang tuan kebingungan mencari sesuatu.

"Teh. Apakah sudah habis?"

"Oh, Seohyun shi tidak pernah membelinya lagi dan kami juga hampir tidak pernah minum teh karena lebih suka kopi atau susu."

Yoona mengerjap lemah dan bertanya lagi, "Ta-tapi mengapa istriku tidak pernah membeli teh lagi? Dia tahu aku tidak suka kopi."

Berganti ART tampak bingung menjelaskan karena terlihat seperti menyembunyikan sesuatu. Bibirnya terbuka kecil hendak berbicara tapi tak ada suara keluar, tak tahu harus berucap apa.

"Tak apa, katakan saja!"

"Anda tidak pernah meminum teh buatan Seohyun shi lagi sejak menikah, jadi Seohyun shi bilang tidak perlu beli lagi kecuali kami mau meminumnya."

Sore Itu Lonceng BerbunyiWhere stories live. Discover now