Sejatinya Wanita Dan Ibu

204 30 15
                                    

malam, lontongers. hujan kok bikin ngantuk ya? mungkin efek jomblo berkepanjangan.

*

*

"Sejatinya wanita adalah yang mengandung dan melahirkan."

Jessica tertohok mendengar ujaran barusan yang kurang masuk akal. Dirasa tidak adil bila seseorang baru bisa disebut wanita jika mau mengandung dan melahirkan. Pasalnya tidak sedikit pula 'wanita' tersebut kurang mendidik putra-putri mereka. Ada pula ibu-ibu yang memilih menitipkan anak pada asisten atau membayar baby sitter karena tak mau mengurus anak sendiri. Bahkan beberapa kasus anak-anak ditelantarkan, disiksa, sampai diambil nyawanya oleh tangan ibu sendiri. Lalu apakah masih pantas memberi label paten sebagai wanita terhadap seseorang yang 'sekadar' mau mengandung dan melahirkan? Tanpa melihat berbagai aspek lain?

Mengandung selama sembilan bulan lebih dan melahirkan secara normal memang butuh banyak perjuangan serta pengorbanan. Namun, tidak bisa pula dijadikan tolak ukur sebagai standarisasi seorang wanita. Parahnya sosok yang berdalil demikian justru seorang ibu, wanita yang memiliki dua. Anak sulung seakan tidak dianggap lagi karena memilih jalan sebagai lesbian dan mengadopsi anak. Anak bungsu disetir bak kendaraan yang harus mengikuti keinginan sang tuan.

"Eh, Sica Eonnie, sudah sampai."

"Guk guk!"

"Rae-O!" seru Sinb berjongkok mengusap badan gempal berbulu lebat Rae-O. Setelah berkali-kali latihan akhirnya putri semata wayang Yuri dan Jessica bisa menyebut 'R'.

"Taraa! Datang lebih cepat khusus untuk adikku tersayang," seru Jessica menyodorkan bingkisan dan tentu saja memiliki merk 'Blanc And Eclare'.

"Aaaahhh, gomawoyo, Eonnie. Kupikir masih lama dan Eonnie kemari karena bertandang saja."

"Seohyun Shi," panggil seorang tukang kebun sambil membawa sapu lidi. Di belakang ada pria yang tampak lebih muda dari Kwon sajangnim tersenyum kecil, dia membawa bingkisan sekitar 40 cm x 25 cm x 50 cm. "Seseorang ingin bertemu Anda."

"Oh, baik," sahut Seohyun agak kebingungan.

Tukang kebun pun pergi melanjutkan pekerjaan, meninggalkan pasang-pasang mata menatap heran ke tamu ini. Lebih heran lagi Seohyun karena tidak mengenal pria tersebut. Isi bingkisan berupa biskuit, bolu, dan susu-susu kotak juga tidak memberi petunjuk. Seohyun merasa tidak sedang ikut kuis atau lomba apapun hingga tak mungkin mendapat hadiah. Lagi pula, pria ini tidak memakai kemeja atau kaos berkerah yang memiliki brand.

"Maaf?"

"Seohyun Shi, perkenalkan namaku Jung Yunho."

"Salam kenal, Yunho Shi. Tapi maaf karena aku tidak mengingatmu."

"Memang, Seohyun Shi, kita belum bertemu tapi kau pasti ingat istriku yang kau tolong bulan lalu."

Seohyun mengerjap bingung atas teka-teki singkat ini. "Istri Anda?"

"Benar. Jadi..."

-flashback-

Seohyun berada di toko baju hendak membeli beberapa pakaian untuk staf dan para pesuruh di kantor. Dia habis naik jabatan, jadi ingin berterima kasih atas dukungan serta bantuan para pegawai di sana. Di tangannya pun sudah ada jumlah baju, size, juga warna yang dikira-kira cocok untuk penggunanya. Sudah jauh-jauh hari dia mengamati staf juga pesuruh untuk menentukan ukuran dan warna yang cocok.

"Terima kasih, Agashi, semoga kembali berbelanja lagi."

"Terima kasih kembali."

Istri pertama Yoona keluar toko menuju parkiran, tapi tiba-tiba pandangan teralihkan saat melihat seorang wanita hamil tersentak menjerit kesakitan. Karena terlalu sakit kantong plastik berisi sayuran terjatuh ke tanah. Kedua tangan memegangi perut sembari mata terpejam dan bibir mengadu kesakitan.

Sore Itu Lonceng BerbunyiWhere stories live. Discover now