malam, lontong! kalau ini udah selesai, cerita thriller misteri seru kayaknya. wkwkwkwk tapi pembaca lebih suka yg romance terus kalo baca thriller salfok ke romance jadi gak semangat buat.
*
*
"Yul, sudahlah, jangan kau pikirkan terus! Anak kita tak pernah meminta apapun, biarkan saja orang-orang mau berkata apa," desis Jessica menenangkan kekesalan dan tangisan Yuri saat tahu kejadian yang tak pernah dia bayangkan.
"Mengapa, Sica? Mengapa orang tuaku sendiri yang melakukan ini? Mengapa aku memiliki orang tua seperti me-"
"Sssttt!" tahan Sica membekap mulut Yuri dan memeluknya. "Yul, anak kita sedang berbahagia di sana. Dia mungkin tidak mendapat kasih sayang dari kakek-neneknya, tapi dia tidak pernah kekurangan kasih sayang. Orang tuaku, adik-adik kita, dan keponakan kita pun sangat menyayanginya. Apa lagi? Sudah, berhenti menyesali keadaan karena tidak ada gunanya."
Yuri mengusap air matanya meraih pigora di meja, potret keluarga kecil yang hingga sekarang selalu harmonis. Dia bersama Jessica dan Sinb di musim dingin menjelang hari natal tahun lalu. Seperti tahun-tahun sebelumnya, tidak pernah ada wajah orang tua Kwon di sana atau sekadar mengobrol lewat seluler. Satu-satunya orang tua di sisi mereka adalah pasangan Jung yang selalu bahagia melihat cucu tumbuh.
"Ya, Sica, kau benar. Putri kita tidak pernah kekurangan kasih sayang, tidak akan pernah."
"Imoooo! Imo curang! Halmeoni, Halbeoji, Jung imo menghabiskan es krim. Lihat! Itu es krim buah pemberian Seo imo untuk Sinsin. Imo memakannya," seru Sinb mengadu pada kakek-neneknya yang berada jauh di LA. Dia mengarahkan kamera ke Krystal yang menelungkup sambil menikmati es krim olahan apel. "Imo nakal!"
"Weekkk!"
"Halmeoni," ringik Sinb merajuk berharap kakek dan nenek memarahi Krystal.
"Omooo, cucu Halmeoni, kau sudah besar jadi jangan menangis! Nanti minta eomma buatkan lagi."
*
"Eomma, Eomma, itu hewan apa? Mengapa kepalanya begitu?" seloroh Yeri menunjuk hewan seukuran domba dan memiliki tanduk bercabang di kepala.
"Rusa. Namanya Rusa."
"Lu-sa?" ucap Yeri belum bisa menyebut R. "Lluusa. Lusa. Hihihihi. Lusa ah! Lusa!"
Yeri berjingkrak di gendongan Yoona sambil melambai ke rusa-rusa. Ada yang sekadar duduk menatap ke pengunjung, ada yang berlari kecil, dan ada pula tengah menyantap makanan pemberian petugas. Yeri tercengir kembali melihat beberapa rusa lain ikut makan hingga membentuk gerombolan. Dia menepuk pundak ayahanda agar digendong lebih dekat ke kandang.
"Appa, yang di kepala itu apa?"
"Tanduk," sahut Yoona singkat karena bingung bagaimana menjelaskan tanduk pada putrinya. Kalaupun sekadar memberitahu bahwa tanduk adalah ciri khas rusa, si kecil pasti bertanya, 'apa itu ciri khas?' maka dia akan kebingungan lagi.
"Eomma, berikan rusa minum! Mereka pasti haus setelah makan," ujar Yeri menunjuk botol minum di genggaman Seohyun.
"Tidak, Sayang, kakak yang memberi makan itu sudah menyiapkan air yang banyak untuk mereka."
"Mana? Yeri tidak lihat, Eomma."
"Sebentar lagi, Sayang, rusa-rusa belum selesai makan."
Di balik punggung mereka terduduk Irene menatap iri keharmonisan Yoona, Seohyun, dan Yeri. Apalagi di kebun binatang inilah tempat di mana para orang tua membawa anak mereka, mengenalkan anak-anak pada hewan bahkan cara merawatnya. Irene juga seorang ibu, tapi dia tak merasakan sama sekali apa yang dilakukan para ibu di sekelilingnya. Menggandeng jari si kecil, membelikan makanan ringan, menyuapi makan, sampai menunjukkan pengetahuan seputar hewan. Irene tidak melakukan hal tersebut melainkan Yoona dan Seohyun yang bekerja sama memberi pengetahuan pada si kecil.
YOU ARE READING
Sore Itu Lonceng Berbunyi
Fanfiction'Maukah kau menjadi sahabatku lagi?' -Yoona- 'Saat mataku terpejam kebersamaan ini akan berakhir dan waktu berlalu sangat cepat.' -Seohyun- 'Biarkan aku menjadi ibu dari anak-anakmu!' -Irene- 'Aku adalah orang yang mencintaimu tanpa henti, tanpa lel...