malam, lontong. gimana weekend kalian? yg jomblo dan di rumah aja mending no comment. wkwkwkw canda tong.
*
*
Seohyun telah siuman belasan menit lalu dan mendapati Chung Ah tidur dalam posisi terduduk sambil menaruh kepala di sanding perut dan menggenggam jemarinya. Dia mengulas senyum kecil sembari mengusap pipi tirus tanpa polesan make up, terenyuh akan kesetiaan Chung Ah. Sejak kabar perceraiannya diketahui, Chung Ah bak tak ingin membuang waktu tapi juga tak mau tergesa-gesa. Ibarat ubur-ubur yang menari-nari di lautan, tenang dan terarah.
"Mppphhh," geliat Chung Ah yang sepertinya terusik oleh usapan Seohyun. "Uhm, sudah bangun? Mengapa tidak memanggilku?" Chung Ah mengusap wajah lalu menaruh dagu di telapak Seohyun, kelopak mengatup akan sisa-sisa kantuk sekaligus menetralkan pandangan dari cahaya lampu.
"Eonnie, kau seharusnya tidur di rumah."
"Tidak ingat? Syutingku sudah selesai dan proyek mendatang masih dua minggu lagi. Aku hampir benar-benar kosong selama dua pekan ke depan, Chagi," gumam Chung Ah.
"Mwo? 'Chagi'? Memang kapan kita meresmikan hubungan?" goda Seohyun terperingis sembari mengusap-usap pipi Chung Ah lagi dan memainkan ibu jari di dagu runcing itu.
Saat masih berpacaran sekian tahun lalu Seohyun suka sekali membelai pipi Chung Ah. Kadang artis ini yang menidurkan kepala di sisi Seohyun ingin dibelai atau dipijat-pijat bagian kepala. Hal sesederhana begini saja sudah cukup membuat mereka makin mesra dan kerap dirindukan ketika berpisah untuk kesibukan masing-masing.
"Mmm, baiklah. Apa kau mau jadi kekasihku?"
"Hahahaha. Apa ungkapan itu berlaku di usia kita?"
Chung Ah tersentak membuka mata tapi menyipit lagi karena kilau cahaya lampu yang terang. "Maksudmu, kita sudah tua? Lagi pula, memangnya orang dewasa tidak boleh mengutarakan perasaan selayaknya anak remaja, hm? Mengapa kau mengotak-otakkan usia dengan sebuah ungkapan? Atau jangan-jangan..."
"Wae?"
"Jangan-jangan kau ingin kita langsung menikah saja karena appa sudah memberi restu?" Giliran Chung Ah menggoda Seohyun membuat sepasang pipi itu bersemu. "Seharusnya aku membeli tomat untuk membandingkan mana yang lebih merah, tomat ataukah pipimu?"
"Aahhh, hentikan, Eonnie!"
"Hehehe, baiklah baik, kita pakai cara lain. Jika aku menciummu dan kau tak menolak maka kita menikah bulan depan. Hm?"
"Aku akan memukulmu!"
"Aigoo, salah lagi."
Di balik canda-tawa dua orang yang pernah saling mencintai dan mungkin memang ditakdirkan bersatu kembali, ada sesosok raga memandang iri di luar. Iya, Yoona. Setelah mengetahui kebenaran ini dia kembali ke rumah sakit malam-malam begini ingin melihat kondisi Seohyun. Dan sekarang dia telah mendapatkannya, Seohyun sedang tertawa lepas bersama Chung Ah. Tidak terlihat ada gurat kecewa, sedih, atau sakit hati atas apa yang membuat tubuh itu kembali ke ranjang rumah sakit.
"Dulu kita tertawa bersama, tapi sekarang orang yang menemanimu tertawa bukan aku."
Yoona terus mengintip dari celah tirai, memandang Chung Ah yang kini duduk di tepi ranjang menyiapkan roti dan selai. Mereka makan berdua dan saling melempar senda-gurau bagai tidak ada luka, mungkin keduanya lupa sedang berada di rumah sakit. Agaknya Chung Ah memang utusan sebagai pelipur lara bagi Seohyun setelah semua yang dia lakukan selama dalam pernikahan hingga perceraian. Yoona adalah alasan Seohyun menderita dan menangis, sementara Chung Ah bagai obat penenang tanpa dosis atau efek samping.
YOU ARE READING
Sore Itu Lonceng Berbunyi
Fanfiction'Maukah kau menjadi sahabatku lagi?' -Yoona- 'Saat mataku terpejam kebersamaan ini akan berakhir dan waktu berlalu sangat cepat.' -Seohyun- 'Biarkan aku menjadi ibu dari anak-anakmu!' -Irene- 'Aku adalah orang yang mencintaimu tanpa henti, tanpa lel...