malam, lontong-lontongku.
*
*
Yeri menengadah ke atas memanah pintu kamar Seohyun, terdengar suara Sinb tertawa bersamaan gonggongan Rae-O. Sesekali Sinb menyebut nama ibunda diselingi ocehan. Dia merenggut, iri dengan sang kakak yang tengah bersenda-gurau bersama ibunda dan teman kecil. Tubuhnya pun bangkit meninggalkan aktivitas mewarnai dan Kwon samunim bersama Irene.
"Yeri, mau ke mana?" tanya Kwon samunim menahan pergelangan cucunya.
"Ke atas. Yeri mau bersama Sinsin eonnie, Seo eomma, dan Lae-O."
Yeri langsung beranjak tak menunggu sahutan nenek atau ibunda, tak sabar turut bergabung di kamar ikut tertawa dan bersenang-senang. Tampaknya ruang kamar Seohyun lebih membahagiakan dibanding ruang keluarga bersama Irene dan Kwon samunim. Terbukti dia bisa mengukir lengkung bibir menampakkan gigi susu ketika membiarkan papan pintu melahapnya. Sinb seketika mengajak dia ikut bermain diikuti Seohyun mengulurkan lengan.
Sementara masih di ruangan tempat menantu dan mertua membereskan pensil warna ke kotak, Kwon samunim sedikit gusar lantaran cucu kesayangan malah pergi. Beliau jauh-jauh dari luar kota tapi Yeri sepertinya lebih suka bermain dengan anjing dan dua orang yang tidak memiliki ikatan darah, Sinb dan Seohyun. Justru sedari tadi Yeri dan Irene tak tampak dekat, malah lebih mirip orang asing.
"Irene, Eomma mau belanja ke mall, tolong temani ya!"
"Baiklah."
Kwon samunim dan Irene berganti pakaian, tak lupa bersolek dan memilih tas juga heels yang terlihat mahal juga berkelas. Mereka sempat ke kamar Seohyun hendak mengajak Yeri, berharap si kecil mau ikut menemani. Qtime, mungkin begitu istilah yang ingin dilakukan pasangan menantu dan mertua ini. Sayang, Yeri tegas menolak karena tak mau meninggalkan tiga sosok yang selalu membuatnya gembira. Alih-alih menjalani Qtime, mereka harus kecewa dan pergi berdua saja.
"Dia dan Seohyunnie sangat dekat," tutur Kwon samunim berhenti di salah satu deretan baju. "Kau tidak bisa begini, Irene, kalian memiliki ikatan darah."
Irene menoleh sesaat dan hanya mengangguk tak bisa memberi jawaban. Pasalnya memang dia sendiri yang ingin Seohyun menjaga Yeri tanpa memikirkan bagaimana waktu ke depan. Yang ada di benak adalah bekerja, bekerja, dan terus bekerja. Sampai akhirnya sadar bahwa memang ada banyak jarak antara dia dan buah hati yang dilahirkan. Bohong jika Irene tidak iri melihat kedekatan Seohyun. Dia juga ingin seperti Seohyun tapi kadang penat dan lelah menguras energi hingga menjadi penghalang itu sendiri.
"Seohyun yang seharusnya bekerja dan kau yang berada di rumah bersama Yeri. Kalau tidak maka seterusnya begini, kalian akan semakin jauh padahal kau lah ibu kandung di sini bukan Seohyun."
"Jadi maksud Eomma, aku dan Seohyun harus berganti posisi sekarang?"
"Ya, tentu saja," tegas Kwon samunim berpindah ke jajaran sepatu di balik punggung.
*
Yoona masuk ke kamar Seohyun dan menemukan tiga raga tidur berjajar di balik selimut. Sinb, Yeri, dan Rae-O. Dia reflek tersenyum bahagia melihat panorama sederhana begini, tidak pernah terjadi jika itu di kamar Irene. Pasalnya istri kedua dan ibunda tidak jauh berbeda memperlakukan Sinb. Jika Kwon samunim tidak peduli dan kadang kasar pada Sinb, maka Irene cenderung abai seakan Sinb tidak pernah ada hingga tak perlu kasar pula.
Glek!
"Ah? Buat kaget saja," sahut Seohyun tersentak menatap ke pantulan cermin sesaat. Diraih handuk kecil membasuh titik-titik air di wajah.
"Bagaimana mengurus tiga anak?" goda Yoona memeluk perut Seohyun dari belakang dan mengecup leher jenjang yang ternyata ada sisa aroma minyak terapi. Akhirnya dia terus menyumbu leher dan pundak itu.
YOU ARE READING
Sore Itu Lonceng Berbunyi
Fanfiction'Maukah kau menjadi sahabatku lagi?' -Yoona- 'Saat mataku terpejam kebersamaan ini akan berakhir dan waktu berlalu sangat cepat.' -Seohyun- 'Biarkan aku menjadi ibu dari anak-anakmu!' -Irene- 'Aku adalah orang yang mencintaimu tanpa henti, tanpa lel...