Lonceng Berbunyi Lagi

236 30 50
                                    

malam, lontong! di tempat kalian udah hujan gak?

*

*

"Huweekkk eheug huekk!"

Seohyun terkejut mendengar suara seseorang muntah, ditatap arah dapur dan melihat Irene membungkuk ke wastafel. Bingung campur kaget karena tadi Irene berangkat kerja bersamanya dan Yoona, tapi sekarang malah sudah di rumah dan memakai kaos serta celana selutut. Hanya saja daripada memikirkan hal kecil barusan Seohyun lebih mengkhawatirkan kondisi Irene sekarang, yakin mungkin istri muda Yoona sengaja pulang karena kurang enak badan.

"Irene, gwenchannayo?"

"Entahlah, eheug," sahut Irene terbatuk lalu membasuh wajah. "Sepertinya aku salah makan. Kau... mengapa pulang?"

"Ada lembaran penting yang tertinggal," jawab Seohyun sekenanya senada menatap ke lengan Irene tengah mengusap perut. "Kau mual?"

"Ehmm, badanku kurang baik sejak pagi jadi izin dari kantor."

Tiba-tiba keresahan di wajah Seohyun enyah dan senyum sebagai ganti. Dia mengusap sepasang lengan menatap wajah Irene perlahan turun ke perut. "Kau... hahahah kau..."

"Wae? Mengapa dirimu malah terlihat senang?"

"Hahahaha. Kau hamil?"

"Hamil?" Seohyun memanggut cepat kembali terperingis. "Oh, benarkah? Sudah... sudah dua bulan aku tidak haid."

"Ahhhh hahahaha," seru Seohyun berjingkrak senang dan memeluk Irene. Dia seakan lupa bahwa Irene telah mengambil hak atas Yoona, membuat hubungan mereka menjadi renggang dan dingin persis orang asing. "Kau duduk dulu, biar aku beli tespek untuk memastikan. Atau... atau kita langsung ke rumah sakit saja? Lebih jelas dan langsung mendapat hasil serta saran-saran dokter. Ne?"

Irene masih mengerjap kaget, bingung, dan sekadar mengangguk atas saran Seohyun. Dalam hati dia merasa senang jikalau memang tengah hamil, tapi di sisi lain juga tak mengerti mengapa Seohyun terlihat bahagia. Mengapa istri yang dimadu bisa turut berbahagia atas kehamilan istri muda? Apakah ini yang disebut kesejatian istri dan ibu?

"Selamat, Anda tengah mengandung, Irene Shi."

"Ohhh, Anda tidak berbohong, Dok?" tanya Irene sekali lagi berseri-seri memandang wajah dokter berkepala plontos.

"Benar, Anda memang sedang mengandung. Sekali lagi, selamat!"

Raut kebahagiaan tak terelakkan lagi karena kali ini dokter sendiri yang telah memberi pernyataan. Irene pun tak kuasa menahan air mata karena sebentar lagi akan menjadi ibu, ibu dari anak Yoona. Sebuah harapan dan janji mereka di masa lalu agar bersama-sama membangun rumah tangga hingga memangku anak-cucu. Impian yang sempat tertunda karena keadaan, tapi keadaan pula yang mewujudkannya.

Dia dan Seohyun spontan berpelukan mengucap syukur atas pemberian dari Yang Maha Kuasa. Mereka beranjak pergi membawa hasil dari dokter sambil terus tersenyum dan terus memanjatkan syukur juga doa. Saat hendak beranjak tiba-tiba Irene termenung sejenak, ada sedikit kecemasan di hati karena dia dan Yoona tidak hidup berdua melainkan ada Seohyun di sini. Sepotong ketakutan hinggap di benak, bagaimana jika kebahagiaan Seohyun hanya sesaat? Bagaimana jika Seohyun justru akan membenci anaknya kelak?

"Waeyo?" tanya Seohyun mendapati kegelisahan Irene yang tiba-tiba.

"Seohyunnie, kau akan menyayangi anak ini, 'kan? Menyayangi dan menganggapnya sebagai anakmu sendiri? Iya, 'kan?"

"Irene ah, mengapa bertanya begini? Tentu aku pasti menyayangi dan mendidiknya seperti anakku sendiri."

"Kau akan mengizinkannya memanggilmu 'eomma'? Membiarkan dia sesekali masuk ke kamar dan tidur di sisimu? Kau tidak akan mar-"

Sore Itu Lonceng BerbunyiWhere stories live. Discover now