Kalau bukan karena Jinhyuk yang terlalu excited dengan ajakan Woozi, Jinri jadi terjebak dengan pikirannya sendiri selama dua hari belakangan. Ia jadi kepikiran untuk menerima tawaran itu karena Jinhyuk selalu memastikan dirinya untuk tidak menolak, apalagi Woozi terkenal sebagai produser muda yang bertalenta. Jinhyuk menghasutnya dengan cara yang tepat, menyebut Jinri akan belajar banyak hal dari pria itu kalau mereka jadi berkolaborasi. Yang ada benarnya, dan Jinri menyukai belajar hal-hal baru.
Ia tentu masih agak terganggu dengan fakta bahwa tujuan kolaborasi adalah uang. Jinri menyukai uang. Tapi menjual lagunya seakan membuatnya terlihat tidak idealis terhadap mimpinya untuk menjadi Underground Rapper yang akan menciptakan lagu dengan genre yang disukainya selamanya. Jinri tidak ingin mengikuti pasar yang kelak akan menuntutnya ini-itu. Yang akan mengatainya sebagai rapper yang selalu berada di zona nyaman atau yang paling buruk adalah orang-orang pasti akan membeda-bedakannya dengan rapper lain.
Pemikiran itu selalu tergaung di kepalanya, yang membuat email Woozi belum kunjung dibalasnya meski hari ini adalah hari terakhir tenggat waktu yang diberikan pria itu.
"Jinri!"
Soohyun, produsernya tiba-tiba masuk ke studio. Memberikan Jinri sebuah kertas berisi daftar lagu yang harus ia masukkan ke bank lagu. "Hari ini bisa selesai, kan?"
Jinri mengangguk. "Bisa, Kak."
"Aku menonton acaramu." Kata Soohyun sembari duduk di sofa, berhadapan dengan Jinri yang tengah memperhatikan layar komputernya--mengedit siaran taping atau rekaman siaran salah satu penyiar yang berhalangan hadir esok lusa.
Pernyataan itu tentu membuat konsentrasi Jinri beralih. Gadis itu menatap Soohyun tidak percaya. "Kau menontonku, Kak?"
Soohyun mengangguk. "Hanya bagianmu."
"Aku hanya muncul beberapa menit."
"Memang. Dan aku ingin protes ke Jinhyuk! Kenapa durasimu sedikit sekali! Aku, kan senang bisa melihatmu akhirnya muncul ke permukaan. Aku sudah gemas melihatmu rekaman lagu terus-menerus tapi kau sendiri tidak pernah memasarkan lagu dengan baik." Keluh Soohyun sehingga Jinri hanya bisa meringis melihatnya. Kalau perempuan itu tahu durasi yang sedikit adalah permintaannya, bisa mampus ia.
"Tawaranku masih berlaku, Jinri." Kata Soohyun tiba-tiba. Perempuan itu dengan santainya melipat kaki di atas sofa, memperhatikan Jinri dengan tajam.
"Tidak, Kak." Jinri menggelengkan kepala. Ia sampai benar-benar bergeser dari komputer agar bisa mengobrol secara serius dengan Soohyun tentang tawaran yang selalu ia tolak sejak beberapa bulan belakangan.
Jinri pikir tawaran itu sudah selesai atau setidaknya Soohyun menerima penolakan halusnya. Ternyata, tidak. Lihat kini, perempuan itu masih keukeuh mengajaknya.
"Suaramu adalah warna baru di radio, Jinri! Aku tidak mungkin membiarkan hal itu berlalu begitu saja. Saat Pak CEO memintamu menjadi MD aku memang senang, tapi ketika kau memutuskan untuk tidak meneruskan siaran, aku tidak menyukainya."
"Ada Lim Taeri, Kak. Suara dia juga bagus."
"Aku tahu." Soohyun memijit pelipisnya. "Tapi gadis itu tidak sekompeten dirimu. Kau lihat sendiri, kan? Ini sudah hampir setahun ia bergabung! Tapi kesalahannya masih.... sama."
Akhirnya Jinri diam. Kalau soal itu dia mengakui. Tapi bukan karena Taeri tidak kompeten. Gadis itu hanya terlalu takut dan ragu jadi selalu saja melakukan kesalahan yang sama. Apalagi kalau Soohyun memperhatikan jalan siarannya, Taeri pasti akan kelabakan.
"Lagipula pekerjaanmu tidak berat-berat banget, kan? Kau juga tidak terlalu sibuk, kan? Aku bisa langsung memberikanmu slot program, Jinri! Gajimu pun akan dibedakan dengan gaji siaran." Lagi-lagi Soohyun menghasutnya, tapi keputusan Jinri sudah bulat.
Apalagi kalau Jinri mengingat dirinya saat masih bekerja sebagai penyiar setahun lalu. Bukan insecure dengan penampilannya yang biasa saja dibandingkan penyiar-penyiar lain. Bukan karena kemampuannya pula. Tapi lebih kepada rasa stress Jinri saat wajahnya selalu terpampang di baliho promosi program, saat terlalu banyak orang mengikutinya di media sosial, saat pendengar memprotesnya karena memiliki sikap yang sombong. Padahal Jinri memang tidak terbiasa dengan perhatian-perhatian itu. Ia tidak tahu cara men-treat pendengar saat mereka bertemu langsung, apalagi Jinri tidak mengenal mereka dengan baik.
Jinri stress berat dan hampir meninggalkan dunia radio di bulan ke-8 masa siarannya. Untung saja ada Jinhyuk yang memperkenalkannya dengan dunia produksi. Dunia yang Jinri rasa lebih pas untuk dirinya.
"Aku ada project, Kak. Sepertinya aku harus menolak sekarang juga." Kata Jinri sebelum Soohyun memutuskan beranjak dari studionya.
"Proyek apa? Ada produser yang tertarik dengan lagumu, kah--karena lagumu memang enak, sih."
"Itu dia."
"Hah!? Kau serius!?" Soohyun berseru senang. Ia tidak masalah kalau Jinri menolak tawarannya kalau gadis itu memiliki alasan yang masuk akal, seperti alasannya kali ini yang malah membuatnya lebih senang.
Jinri mengangguk kikuk. "Masih di tahap perbincangan, sih."
"Oke! Kalau begini aku merelakanmu, Jinri!!"
"Kenapa!?" Jinri melotot dan Soohyun tersenyum lebar kepadanya. "Karena kau memang pantas untuk melaju di dunia itu, Jinri! Kau punya bakat dan aku benci orang yang menyia-nyiakan bakatnya!"
Senyum Jinri menguar. Padahal ia hanya beralasan saja--meski agak benar. Jinri tidak ingin Soohyun berharap dirinya bisa kembali siaran apalagi kalau ia menjadi alasan Taeri didepak dari radio.
"Tapi kau tidak boleh minggat jadi MD-ku, ya!" Soohyun memperingatkan dan Jinri terkekeh mendengarnya.
"Minggat tidak, ya?"
~~~
Woozi menyipitkan mata. Berulang kali ia membaca pesan yang baru saja masuk ke emailnya. Bahkan sampai ia merasa matanya perih karena terlalu dekat mempelototi layar komputer. Begitu yakin apa yang dibacanya bukan pesan fake atau scam, kedua sudut bibirnya tertarik. Akhirnya pesan yang ditunggu-tunggunya tiba. Pesan persetujuan Gum untuk berkolaborasi dengannya.
Halo, pertama-tama, saya Gum mengucapkan terima kasih atas kesempatan yang telah diberikan dan menyatakan bahwa saya menyetujui ajakan kolaborasi anda. Selain Metamorph, saya akan memberikan beberapa draft lagu yang belum saya unggah.
Mohon beritahu apa saja yang harus saya butuhkan.
Anda juga bisa menghubungi saya di nomor ini atau Kakao Talk saya. Terima kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
High Rises [Complete]
FanfictionUnderground Rapper dengan nama panggung Gum mencuri perhatian dua Idol asal Korea Selatan, Woozi dan Vernon. Keduanya berusaha mencari tahu Gum untuk bekerja sama dalam pembuatan album Seventeen di masa mendatang. Dan tiba-tiba gadis itu muncul dala...