"Ponselmu kenapa tidak aktif? Produser jadi pusing karenamu, Kak." Taeri misuh-misuh saat masuk ke studio tempat Jinri bekerja, ia segera duduk di atas sofa, menatap Jinri dengan wajah tertekuk.
"Rusak. Aku sudah bilang padanya, kalau ada apa-apa langsung ke sini saja." Kata Jinri memfokuskan kedua mata dan telinganya pada pekerjaan yang sedang ia kerjakan. Taeri jadi menghela napas panjang, gadis itu mengerucutkan bibir masih tampak kesal dengan 'rusaknya' ponsel MD yang sangat dibutuhkan orang sekantor.
"Mood produser jadi kurang baik, aku kena marah lagi." Keluh Taeri.
Jinri menggaruk tengkuknya. Ponselnya sebenarnya tidak rusak. Ia sengaja menonaktifkannya agar Ayahnya tidak tahu keberadaannya di mana, selain itu ia tentu saja tidak ingin sang Ayah, Jinhyuk dan Bibinya terus menghubunginya di saat ia 'kabur'. Bisa-bisa ia tambah stress.
"Maaf. Tapi, coba kau bikin mood dia baik, deh."
"Makanya beli ponsel baru, dong! Synthesizer yang mahalnya selangit saja bisa kau beli, masa ponsel tidak?"
Taeri tampak benar-benar kesal dan itu memancing tawa Jinri. Sembari mengalihkan wajah dari balik komputer, Jinri menyahut. "Ponsel kalau diperbaiki bisa bagus lagi. Lagipula Synthesizer itu hal yang penting untukku. Aku bisa hidup tanpa ponsel, tapi tidak dengan Synthesizerku."
"Memang beda berbicara kepada orang yang terlalu cinta dengan hobinya." Taeri masih misuh-misuh.
"Kalau PMS jangan ke studioku, deh."
"Kakkk...." Taeri mengeluh, lalu meringis kepada Jinri yang menunjuk pintu studionya, mengisyaratkannya untuk segera keluar.
"Kalau sudah PMS baru boleh masuk ke studioku." Kata Jinri menahan tawa.
"Kakk! Besok 3 anggota Seventeen promosi ke radio kita, loh. Kau pasti tidak tahu, kan, karena ponselmu rusak?"
Jinri mengangguk. Tampak santai meski sebenarnya ia terkejut mendapatkan informasi itu. Andai saja Ayahnya tidak marah, ia mungkin tengah berkirim pesan dengan Woozi dan Vernon yang pasti akan excited dengan kunjungan promosi album mereka ke radionya.
"Kau yakin tidak mau beli ponsel baru?" Tanya Taeri sekali lagi.
"Tidak." Jawab Jinri terdengar sangat yakin.
"Kak, apa kau tidak mau mengecek ponselmu? Siapa tahu besok kau juga harus ikut promosi?"
"Mimpi."
"Aku serius!"
"Aku juga serius!"
~~~
Woozi tampak frustasi. Dari kemarin malam ia mencoba menghubungi Jinri tapi gadis itu sama sekali hilang dari peradaban. Apalagi ia baru mendapat kabar soal dirinya, Dino, Scoups, dan Seungkwan yang akan mengunjungi radio tempat Jinri bekerja untuk melakukan promosi album terbaru mereka. Ia ingin mengobrol sedikit dan berharap Jinri bisa ikut muncul di radio meski hanya beberapa detik saja.
Sayangnya ponsel Jinri sama sekali tidak aktif.
Melihat kekesalan Woozi di ruang tunggu salon tempat mereka di-make up, Vernon jadi merasa sedikit senang. Woozi tentu saja tidak tahu apa yang terjadi dengan Jinri, tentang gadis itu yang memilih untuk menghilang dari peradaban selama beberapa minggu ke depan. Hal yang membuat Vernon berasa beruntung meski ia sendiri tidak tahu ke mana Jinri pergi. Yang penting ia lebih tahu dan tidak akan memberitahu Woozi tentang hal itu.
Egois memang, tapi ia ingin menyusul langkah Woozi yang sudah cukup jauh darinya.
"Jinri masih belum bisa dihubungi?" Scoups bertanya, Vernon diam-diam meliriknya dari kaca. Wajahnya tengah dipoles oleh sang MUA.
"Belum. Padahal besok kita bakal ke radionya." Kata Woozi fokus menatap layar ponsel, masih berharap Jinri membalas pesannya. "Nomornya tidak aktif."
"Ya sudah, besok kita langsung bertemu dengannya saja."
"Ya, memang harus begitu, kan?"
"Kalian promosi ke radio Jinri, Kak?" Vernon segera ikut nimbrung. Ia tidak tahan ingin bertanya, kali ini ia sedikit iri mengetahui Woozi dan Scoups mendapat kesempatan untuk promosi di radio Jinri. Bukan dirinya.
"Iya." Jawab Scoups sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Ia tidak bisa dihubungi sama sekali, padahal, kan, kalau dia ikut sedikit dalam promosi akan lebih baik."
"Mungkin dia sedang sibuk." Kata Vernon sembari menggulum senyum.
"Ah... aku baru dapat kabar dari Produsernya." Woozi berseru begitu sebuah pesan masuk ke ponselnya.
"Dia ke mana?"
"Ponselnya rusak."
~~~
Senyum Jinri agak merekah saat mendapat pesan Woozi di emailnya. Ponselnya, tentu saja, masih mati. Dari cara penulisan emailnya, Woozi tampak sangat kesal karena Jinri tidak bisa dihubungi sama sekali. Entah karena ia sudah merasa dekat dengan Woozi, tapi Jinri merasa rindu ingin beradu pendapat dengan pria itu. Ya, meski sering kali ia yang kalah.
Gummygum.96
Hei, bagaimana bisa aku tahu ponselku akan rusak!?
Kenapa kau tidak mencoba menghubungiku lewat email, hah?
Aku tahu soal promosi itu... aku tidak akan ikut on air, ingat? Aku akan berada di studio kalau besok kau ingin bertemu denganku.Jh00u3u
-_-
Seperti aku ada waktu bertemu denganmu
Besok setidaknya lihat kami siaran!Gummygum.96
Aku akan melihat kalian. Jangan khawatir...
Semangat promosinya!!
KAMU SEDANG MEMBACA
High Rises [Complete]
FanficUnderground Rapper dengan nama panggung Gum mencuri perhatian dua Idol asal Korea Selatan, Woozi dan Vernon. Keduanya berusaha mencari tahu Gum untuk bekerja sama dalam pembuatan album Seventeen di masa mendatang. Dan tiba-tiba gadis itu muncul dala...