43 [END]

382 36 6
                                    

"Wow! Ada mahasiswa SNU di rumahku!" Jinhyuk berseru saat melihat Jinri duduk di depan meja makan bersama Ibunya. Di sana sudah ada berbagai macam makanan menyambut rasa syukur di mana Jinri lolos menjadi mahasiswa Magister di SNU.

Dengan gemas Jinhyuk mengacak rambut Jinri dengan gemas, Ibunya sampai perlu menepuk pinggangnya untuk segera bersiap karena mereka sudah menunggu Jinhyuk pulang kerja untuk merayakan hari spesial ini. Jinhyuk meringis, ia segera menaruh tas dan duduk di samping Ibunya.

"Woozi tidak datang?"

Jinri menggeleng. "Dia ada jadwal syuting Going Seventeen."

"Sayang sekali." Keluh Jinhyuk.

"Ya, sayang sekali seorang Idol tidak datang ke rumah Bibi untuk mencoba masakan terenak di Korea Selatan." Kelakar Bibinya membuat Jinri meringis.

"Next time, ya, Bi."

"Apapun itu... pokoknya selamat untuk adik kecilku!!" Jinhyuk kembali mengacak rambut Jinri gemas, ia senang sekali mendapat kabar bahagia ini yang membuat adik sepupunya tidak perlu kembali ke Chicago sampai ia wisuda kelak.

"Tadi Ayahmu menelpon." Bibinya menyahut sembari menaruh lauk ke dalam mangkuk Jinri dan Jinhyuk bergantian.

"Kenapa? Banggakah punya anak sepertiku?"

"Eum... itu sudah pasti. Dia bertanya soal Woozi, dan aku bilang kau bisa diterima karena dukungan anak itu." Kata Bibinya dengan senyum teramat tulus. Kedua mata Jinri berbinar, ia mengacungkan jempol. "Bibi memang terbaik!"

"Ish... selain Woozi, aku juga senantiasa mengantarkan makan malam sehat yang bisa membuat otakmu encer setiap hari, ya." Jinhyuk menyahut tidak mau kalah.

"Iyaaa... itu tidak perlu disebut-sebut lagi. Kak Jinhyuk selalu terbaik!" Seru Jinri menahan tawa.

"Terus? Lagumu bagaimana?"

Kedua mata Jinri membesar, ia menatap Jinhyuk tidak percaya dengan apa yang ditanyakan pria itu di atas meja makan. Padahal ia sudah menyuruh Jinhyuk untuk diam, untuk tidak membicarakan proyek teranyarnya dengan Woozi yang akan ia kerjakan diam-diam menggunakan nama samaran lain.

"Aku tahu." Ucap Bibinya membuat Jinri terhenyak.

"B-bagaimana bisa dirimu tahu, Bi?"

"Hehehe..." Jinhyuk sudah tertawa di posisinya membuat Jinri mendecak kesal.

"Raih impianmu selagi bisa." Kata Bibinya sembari mengelus tangan kiri Jinri. "Kau masih punya dua tahun untuk membangun karir diam-diam. Kita tidak pernah tahu, kan, apa yang akan terjadi di depan sana?"

"Bisa saja Ayahmu menyerah dan membiarkanmu meraih mimpi sebagai musisi." Kata Jinhyuk diamini Ibunya.

Jinri mengangguk. "Ya, aku dan Woozi tengah mengusahakannya."

"Bibi percaya padamu."

"Apalagi aku!"

~~~

The love that we made
It's growing not to fade
Getting stronger every day
Harder than pure gold-ey

It's our love
Our love yeah

Jinri menganggukkan kepala. Ia mendengarkan kembali lagu yang ia buat bersama Woozi, yang akan digunakan Woozi untuk seorang solois dari agensinya. Sebagai salah satu cara agar Jinri bisa kembali fokus mengasah kemampuannya sebagai musisi, Woozi menyarankannya untuk terus membuat lagu dengan nama samaran lain--yang tidak akan membuatnya ketahuan di publik. Jinri juga dilarang membuat soundcloud, ia hanya boleh membuat lagu dibawah naungan Woozi atau Prismfilter.

High Rises [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang