3

303 38 0
                                    

Jinri sedang asyik memainkan Synthesizer di dalam ruangan kecil apartemennya, ruangan yang ia ubah menjadi studio mini. Terlampaui mini karena hanya muat untuk 2 orang saja dan tidak begitu lowong untuk dirinya sendiri. Di ruangan itu, selain 3 Synthesizer (yang salah satunya ia gunakan), juga terdapat loudspeaker, Audio Interface, Audio Mixer, mikrofon, dan tentu saja laptop untuk mengedit suara serta musik yang ia buat. Semua peralatan itu dibelinya secara perlahan menggunakan gajinya sebagai MD. Peralatan untuk merealisasikan hobinya saja.

Di kepalanya, Jinri sibuk bergerumul dengan keputusannya untuk bekolaborasi bersama salah satu produser yang mengirimkannya email kemarin pagi. Ia agak ragu karena merasa musiknya bukan untuk dikomersilkan secara besar-besaran. Ia menyukai membuat lagu sebagai penghilang penat, sebagai hobi semata dan wadah untuk menuangkan isi kepala.

Tak sadar, Jinri sudah merapalkan kata-kata lewat bibirnya.

Let's Switchin'
I don't like fame
I like cheese but not the recognation
My music is my life
No one ever took the...

"Took the..."

Jinri memiringkan kepala. Ia tidak menemukan kata yang cocok untuk lirik di akhir. Untung saja mikrofonnya selalu on dan kata-kata tadi sudah direkamnya. Sekarang ia malah jadi ingin mencari kosakata yang tepat untuk lirik barunya itu, pikirannya tentang email sang produser dibiarkannya begitu saja, menggantung.

Saat asyik berselancar mencari kosakata slang yang tepat, ponsel Jinri berbunyi. Nama yang muncul membuat Jinri segera mengangkatnya tanpa menunggu dering ketiga.

"Halo, Kak Jinhyuk!"

"Eh, hai Jinri. Aku ada kabar baik buat kamu."

"Kabar baik?" Jinri mengerjapkan kedua matanya. Suara Jinhyuk, mantan MD di radio yang berjasa memperkenalkannya dengan dunia itu terdengar agak buru-buru.

"Iya, kau tahu, kan aku sekarang sedang menyiapkan program baru di TvN?"

"Huum..."

"Nah, nama programnya Can See Your Swag. Jadi fokusnya mencari Underground rapper, mengangkat nama mereka dengan game tebak suara seperti Can See Your Voice. Kamu paham, kan?" Jelas Jinhyuk sepertinya sembari berjalan.

Jinri mengangguk-angguk. "Terus kau ingin aku ikut, begitu?"

"Kau memang selalu to the point, ya." Jinhyuk tertawa kecil. "Jadi, tiba-tiba dua peserta tidak bisa ikut, Jinri. Padahal kami sudah harus syuting esok lusa. Jadi, apa boleh?"

"Kak." Jinri menghela napas. "Kau tahu sendiri, kan?"

"Aku tahu. Tapi aku tidak tahu harus meminta tolong kepada siapa lagi. Jangan khawatir, aku akan membuat bagianmu singkat. Singkat sekali." Pinta Jinhyuk membuat Jinri tidak enak hati. Apalagi kalau mengingat apa saja yang telah dilakukan pria itu kepadanya. Bagi Jinri, ia sudah berhutang banyak kepada Jinhyuk dan ia juga sudah berjanji untuk senantiasa membantu pria itu di kala ia kesusahan.

"Please, Jinri. Hanya satu episode saja. Lagipula ini episode perdana, masih percobaan." Jinhyuk memelas.

Ada jeda lama di sambungan itu. Jinri diam, bergulat dengan pemikirannya. Kalau Jinhyuk sudah memelas, ia tidak bisa berbuat apa-apa.

"Sekali saja."

"Iya, sekali saja!! Nanti aku kirimkan syarat lagu dan apa saja yang harus kau siapkan. Terima kasih banyak Jinri cantikkk."

Napas Jinri terhela. Kalau bukan Jinhyuk, ia pasti akan menolak 'kabar baik' itu mentah-mentah. Masalahnya ia berhutang budi banyak sekali kepada Jinhyuk, bagaimana bisa menolak permintaan tolongnya?

"Oke. Selamat ya, atas program barunya, Kak."

"Terima kasih kepadamu, Jinri. Kalau kau tidak mengiyakan, program ini akan ditiadakan!"

~~~

"Emailku belum dibalas." Woozi menghela napas panjang begitu Bumzu masuk ke dalam studionya. Pria itu berniat bersantai di sana, sembari ngobrol tentang perkembangan niat kolaborasinya dengan Gum.

"Idealis sekali, ya." Kata Bumzu sembari menyandarkan tubuhnya di atas sofa. Woozi menyeret kursinya mendekati Bumzu, menyodorkannya sekaleng Cola untuk pria itu.

"Terlalu idealis. Apa dia hanya ingin menjadi underground rapper selamanya? Sayang sekali kemampuannya hanya untuk bermain-main." Ujar Woozi agak keki hingga membuat Bumzu terkekeh. Ia tahu Woozi adalah tipe orang yang tidak suka membuang kesempatan. Apalagi anak itu sudah berusaha selama bertahun-tahun untuk menjadi seorang idola sekaligus produser ternama.

"Sayangnya tidak semua orang ingin menjadi terkenal."

"Aku tidak." Ungkap Woozi mendelik kepada Bumzu. Pernyataan pria itu seakan menyindirnya.

Bumzu menggulum bibir. Ia membuka cola dan menyesapnya perlahan. "Karena impianmu memang menjadi musisi. Sedangkan, si Gum ini, sepertinya tidak ingin menjadi musisi."

"Tapi kemampuannya bagus sekali. Kenapa ada orang seperti itu?"

"Ada." Bumzu terkekeh. "Gum."

Woozi menggelengkan kepala. Ia heran dengan orang macam Gum. Di antara banyaknya anak muda yang saat ini berlomba-lomba ingin menjadi musisi, dia yang sudah punya kemampuan malah menenggelamkan diri, membiarkan kemampuannya sia-sia--meski gadis itu masih berkarya secara tersembunyi di soundcloud.

"Kalau kau masih stuck dengan Gum, sebaiknya kau tonton program TvN yang baru, deh. Ada acara yang mungkin bisa mempertemukanmu dengan Underground rapper yang lebih baik." Ujar Bumzu kemudian. Ia menyodorkan ponsel, memperlihatkan foto teaser acara yang dimaksud.

Can See Your Swag

"Maksudmu Can See Your Voice?"

Tawa Bumzu menguar. Reaksi Woozi adalah reaksinya pula saat diberitahu oleh teman dekatnya tentang program itu.

"Ya. Daripada program untuk rapper yang sudah-sudah. Menurutku program ini jauh lebih asyik. Bahkan yang ikut boleh memperdengarkan lagu mereka di TV secara gratis."

"Gratis? Serius, Kak?"

"Iya." Ucap Bumzu. "Program ini lebih membantu komunitas mereka untuk lebih berkembang dan dikenal orang banyak. Aku pun tidak sabar ingin menontonnya."

"Menarik."

"Kau harus tonton. Ada anak Prismfilter yang ikut."

"Serius!?" Woozi membelalakkan mata. "Siapa?"

"Nanti kau lihat sendiri." Kata Bumzu sembari berdiri. Ia lalu meninggalkan Woozi yang bertanya-tanya di kursinya. Menelaah satu per satu tim produksi Prismfilter yang bisa mengikuti acara tersebut.

 Menelaah satu per satu tim produksi Prismfilter yang bisa mengikuti acara tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
High Rises [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang