2

313 41 0
                                    

"Jinri, kau bisa buatkan jingle baru untuk pergantian jam di program siang, tidak?" Tanya seorang perempuan berumur 40 tahunan sembari melongokkan kepala di pintu studio. Ia tersenyum lebar kepada Jinri yang tengah fokus mengedit audio iklan masyarakat yang akan ditampilkan di radio hari ini.

"Besok aku bisa buatkan, Kak." Kata Jinri tanpa mengalihkan tatapannya dari komputer. Ia sebenarnya mengenakan headphone pada satu telinganya, fokus dengan pelafalan sang pengisi suara. Sedangkan bagian headphone lainnya ia geser sedikit di kepala saat melihat produsernya muncul.

"Okey. Aku minta tolong, ya."

"Aman." Sahut Jinri sembari mengacungkan jempol. Tidak lama sang produser beranjak meninggalkannya sendirian di studio itu.

Ya, kenalkan perempuan muda bertalenta bernama Park Jinri ini. Gadis berumur 24 tahun yang sudah dipercaya menjadi Music Director sebuah stasiun radio swasta di Korea Selatan. Radio yang berdiri di bawah naungan perusahaan penyiaran terbesar di sana. Jangan ditanya soal kemampuannya. Gadis itu diakui sangat rajin mengulik pekerjaannya meski ia baru belajar dunia audio setahun ini. Pengakuan yang membuatnya dipercaya sang CEO untuk duduk di bangku MD.

'Kepada masyarakat yang membutuhkan pertolongan ambulans dapat menghubungi nomor telepon xxxxx'

Jari Jinri sangat cepat bergerak di atas tetikus. Ia memutar kembali rekaman suara itu, berkali-kali untuk menemukan titik yang mengganjal di telinganya. Sebagai MD, ia selalu percaya dengan kekuatan indra pendengarnya. Meski bukan pendengar yang baik pada awalnya, gadis itu selalu berusaha mengasah telinga dengan mempelajari kunci-kunci nada, jenis suara, perbedaan ketukan nada hingga suara-suara lainnya agar lebih mudah menjalankan pekerjaannya itu.

Tiba-tiba kedua alisnya bertaut. Ia memblok bagian suara yang menurutnya tidak cocok, lalu memutar kembali untuk memastikan pendengarannya.

Tepat. Ada suara desah napas antara kata 'Ambulans' dan 'dapat' yang segera diblok Jinri dan dieditnya agar suara janggal itu tidak muncul lagi. Jinri fokus sekali, bahkan ia tidak lagi sadar kalau ia sedang berada di kantor untuk bekerja. Pekerjaannya kini jadi semacam hobi yang menguntungkan untuk Jinri, apalagi kantornya sangat nyaman dan berbeda sendiri dengan staff radio lainnya.

Kantornya hanya sebuah mini studio yang super nyaman dan ia tidak perlu ke mana-mana untuk mengedit audio keperluan radio. Serta yang menjadi nilai plus menjadi seorang MD adalah Jinri tidak perlu bertemu dengan siapa-siapa kecuali orang yang sengaja mendatanginya di studio. Sebuah pekerjaan yang sempurna pikir Jinri.

Saat masih asyik meneliti pekerjaannya, sebuah email masuk. Jinri membiarkannya beberapa saat, ia tidak suka meninggalkan apa yang tengah dikerjakannya untuk mengecek pemberitahuan seperti itu.

Setelah suara sudah selesai ia edit, barulah Jinri mengecek email yang masuk. Email dari sebuah agensi ternama. Ia tahu betul agensi itu, salah satu agensi yang cukup besar juga di Korea Selatan.

Isi email itu singkat dan padat, segera langsung ke inti untuk mengajaknya berkolaborasi menggunakan lagu yang ia buat sebagai Underground Rapper di Soundcloud. Salah satu lagu favorit yang ia buat saat pertama kali mendapatkan pekerjaan sebagai MD di radio. Metamorph.

"Hai, Kak."

Pintu studio terbuka, seorang perempuan berambut panjang masuk dengan wajah cemberut. Jinri buru-buru menutup emailnya, ia berpura-pura kembali sibuk dengan software audio. Memutar kembali suara iklan masyarakat yang sudah dieditnya.

"Hai, Taeri." Sapa Jinri.

Lim Taeri, penyiar muda itu segera duduk di samping Jinri. Ia menatap komputer gadis itu sembari menghela napas panjang. "Siaranku hancur lagi."

"Hancur bagaimana?"

"Aku nggak sengaja pakai bahasa informal. PD-nim memarahiku beberapa kali." Keluh Taeri sambil memangku dagu.

Jinri tersenyum tipis. Gadis berambut pendek itu menatap Taeri dengan lembut. "Bukan memarahi. Kak Soohyun hanya menegur saja."

"Tapi aku malu sekali, Kak."

"Makanya kamu harus kuat. Lagipula teguran itu bisa bikin siaran kamu lebih bagus." Jelas Jinri sembari menepuk-nepuk bahu Taeri pelan. Melihat Taeri mengingatkannya pada dirinya saat remaja--suka sekali mengeluh pada hal-hal yang sebenarnya bisa membuat diri lebih kuat.

Perlahan Jinri mendorong kursinya ke belakang. Ia membuka kabinet meja, mengambil beberapa buah permen cokelat lalu memberikannya kepada Taeri. "Kau harus kuat, Taeri. Di depan sana kehidupan lebih menyeramkan."

"Kenapa seram sekali, sih."

"Memang." Jinri tertawa. Ia lalu menepuk pundak Taeri pelan. "Sekarang lebih baik kau pulang, latihan, istirahat, dan pastikan tidak mengulangi kesalahanmu lagi di siaran besok."

"Ah... baiklah." Ucap Taeri lemah. Dengan terpaksa ia berdiri dan berjalan menuju pintu keluar. "Makasih, ya, Kak." Pamitnya sembari tersenyum lalu meninggalkan Jinri sendirian.

Sepeninggal Taeri, Jinri merasa jadi lebih nyaman. Bukan karena tidak menyukai gadis itu. Ia hanya memang lebih suka sendirian, apalagi ia harus membaca kembali email yang menginginkan salah satu lagunya di soundcloud. Lagu-lagu yang hanya diketahui orang-orang yang mengenalnya sebagai Gum.

~~~

Woozi mengetuk-ngetukkan jari di atas meja. Daritadi ia me-refresh laman emailnya, menunggu balasan dari Gum. Tentu saja ia tidak sabar untuk mulai mengerjakan kolaborasi mereka. Ada banyak yang harus dikerjakan dan ia tidak ingin membuang waktu. Ia berharap setidaknya si Gum ini memberikan konfirmasi, setuju atau tidak.

Karena laman itu tetap tidak berubah, Woozi akhirnya membuka laman soundcloud-nya, lagi-lagi untuk mendengarkan lagu Gum di sana. Jujur ia memang menyukai vokal gadis itu, menyukai melodi yang digunakan dalam lagu-lagunya. Mengingatkannya akan beberapa lagu yang ia ciptakan juga untuk Seventeen. Bahkan ada satu lagu milik Gum yang ketukannya hampir sama dengan lagu Hip Hop Team yang dibuat oleh Bumzu.

Berdasarkan pengamatannya, Woozi merasa kalau Gum juga suka mendengarkan lagu-lagu Seventeen atau memang mereka memiliki ketertarikan yang sama.

Dan ia agak kesal karena Gum belum kunjung membalas emailnya.

Dan ia agak kesal karena Gum belum kunjung membalas emailnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
High Rises [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang