16

174 31 0
                                    

Pemandangan malam Seoul memang indah, kerlap-kerlip kota besar itu selalu memberikan pengharapan kepada siapa pun yang melihatnya. Termasuk Jinri yang dua tahun lalu sampai di Seoul dengan keadaan yang clueless. Berbekal alamat Bibinya di Seoul, ia memberanikan diri untuk mendatangi kota itu, mencoba masuk ke dunia radio yang telah lama ia idam-idamkan. Belum berhasil pikir Jinri, impiannya masih banyak tapi ia harus tetap cooling down, bergerak pelan-pelan sembari menikmati proses.

"Pemandangan malam selalu bagus, kan?"

Jinri terkesiap. Ia berbalik, menemukan Vernon tiba-tiba duduk di sampingnya. Pria itu melihat keluar jendela, mengikut arah pandangannya sebelumnya. Rasa kikuk menjelajar, Jinri masih belum siap bertemu atau mengobrol dengannya sekarang.

Tahu Jinri menatapnya heran, Vernon membalas tatapan gadis itu tepat di matanya. "Kau masih marah padaku, Kak?"

Kedua bola mata Jinri berputar. Gadis itu tidak menjawab, malah membuang muka keluar jendela, memandang jalanan Seoul yang makin sepi.

"Kak... aku serius mau melakukan proyek bersamamu. Aku suka dengan lagu-lagumu, Kak. Apakah aku salah kalau berharap?"

"Vernon." Jinri menatapnya tajam. "Maaf, tapi aku benar-benar tidak tertarik untuk bekerjasama dengan siapa pun."

"Terus kenapa Kak Woozi kau terima?"

Napas Jinri terhela panjang. Kalau saja Vernon tahu alasan sebenarnya menerima proyek bersama Woozi. Lagipula ia ingin sekali proyeknya bersama Woozi cepat selesai dan hidup normal seperti biasa. Banyak juga lagu-lagunya yang belum ia selesaikan untuk diunggah di souncloud.

"Kak?"

"Vernon, please, I have my own reason. Kenapa kau ingin sekali bekerjasama denganku, sih? Di luar sana, ada banyak Underground Rapper yang lebih baik dariku!"

"Karena lagu-lagumu beda, Kak dan untuk sekarang aku hanya ingin bekerjasama denganmu. That's it."

"Vernon."

"Kak Jinri... you are a great musician. A rapper! An unique musician I ever met before." Kata Vernon. "I won't let you go."

Lidah Jinri terasa kelu. Vernon ternyata keras kepala juga dan ia sudah kehabisan kata-kata. Ada alasan besar yang tidak bisa ia ungkapkan kepada siapa pun tentang sikapnya yang menolak kerjasama produser. Ya, selain tuntutan pasar dan kehilangan idealitas, ada hal yang benar-benar membuatnya harus bertahan menjadi seorang Underground Rapper.

Kesal dan lelah. Jinri tidak membalas Vernon, ia berbalik, meratapi nasibnya malam ini. Menunggu bus sampai di halte yang paling dekat dengan gedung apartemennya, bersama Vernon.

~~~

Woozi mengacak pinggang melihat Jinri datang terengah-engah. Gadis itu menenteng dua karton tatakan kopi masing-masing berisi 4 cup Americano yang lalu diserahkannya kepada dirinya.

"D-dari... dari Kak Jinhyuk." Kata Jinri sembari menarik napas panjang-panjang. "Maaf aku terlambat. Kak Jinhyuk memaksaku untuk membawakan kalian kopi."

Awalnya Woozi ingin mencak-mencak karena ia menunggu gadis itu selama 30 menit di depan stasiun kereta bawah tanah. Hari ini mereka disuruh mengunjungi studio Prismfilter oleh Bumzu dan Park Ki Tae--CEO Prismfilter sendiri, ingin membicarakan perihal lagu yang sudah hampir diselesaikan keduanya. Tetapi, begitu mendengar alasannya, emosinya jadi lenyap begitu saja.

"Ayo! Kak Bumzu sudah menunggu!" Kata Woozi lalu berjalan lebih dahulu menenteng dua karton kopi tanpa protes. Ia melirik Jinri di belakangnya, gadis itu masih agak terengah-engah, bulir keringat begitu banyak muncul di pelipisnya.

High Rises [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang