Woozi menghela napas berkali-kali, jelas sekali ia ingin mengutarakan sesuatu kepada Vernon tapi urung karena melihat pria itu diam seribu bahasa. Bahkan Vernon enggan menatap matanya. Selain itu, Scoups juga menyuruhnya untuk kembali ke kamar, ia tidak ingin masalah makin menjadi dan sebentar lagi matahari akan terbit. Kegiatan mereka tidak bisa ditunda hanya karena masalah pribadi anggotanya.
"Kau tidur dulu sebentar. Jam 10 kita sudah harus promosi ke radio dan acara TV." Kata Scoups mencoba bijak meski ia merasa seharusnya kini ia yang marah dan menngeluh berkali-kali.
"Ya, akan ku coba." Ucap Woozi sembari melangkah menjauh dari kamar Vernon, bukan ke kamarnya, Woozi malah duduk diam di atas sofa memandang langit-langit plafon dengan kosong.
Scoups mengangguk, ia memastikan kembali Vernon berbaring di atas kasur lalu menutup pintu kamar pria itu. Dilihatnya jarum utama pada jam dinding, sembari menarik napas panjang, ia melangkah mendekati Woozi, duduk di samping pria itu.
"Aku tahu ini bukan masalah yang kecil," ujar Scoups sembari menepuk paha Woozi. "Tapi, tolonglah, album kita baru rilis... kau harus kesampingkan perasaanmu dulu untuk sementara waktu. Be professional."
"Aku tahu." Kata Woozi.
"Terus? Kau mau menatap plafon sampai pagi?"
"Bukan begitu." Woozi mendesah, ia menutup kedua matanya rapat-rapat, menimbang-nimbang, apakah ia harus bertanya kepada Scoups tentang isi kepalanya atau tidak.
"Apa yang kau pikirkan sekarang?"
"Aku hanya berpikir, apakah aku salah mengambil langkah? Apakah aku salah memutuskan berhubungan dengan Jinri?"
~~~
"Aku tidak suka memperbincangkan masalah ini." Scoups bersuara, membuka pertemuan darurat dengan seluruh anggota Seventeen begitu jadwal mereka berakhir. Seharian mood Scoups dan beberapa anggota lainnya tidak begitu baik setelah kejadian Vernon, hal yang membuat Scoups memutuskan untuk memperbincangkannya dengan anak-anak.
Seluruh anggota Seventeen diam, menyimak dengan khusyuk. Sesekali melempar pandangan ke arah Vernon yang menunduk dan Woozi yang tampak santai meski pikirannya penuh dengan banyak hal.
"Kalau kalian punya masalah antara satu dengan yang lain, tolong, jangan berbuat gegabah. Apalagi soal cinta. Kalian sudah besar, tahu apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak harus dilakukan." Jelas Scoups dengan suara teramat tegas, mengirim aura yang menaikkan bulu kuduk.
Lagi-lagi tidak ada yang menyahut. Awalnya tidak ada yang tahu soal masalah Vernon yang menyimpan rasa kepada Jinri, namun kabar itu cepat tersebar. Hal yang mengejutkan karena anggota Seventeen lainnya tidak pernah melihat Vernon melakukan sikap yang gegabah sebelumnya. Jadi kejadian ini membuka banyak mata dan menyadarkan yang lain kalau Vernon mungkin memang sangat menyukai Jinri.
"Kalau memang kalian menyukai wanita yang sama, perbincangkan baik-baik. Bersaing secara sehat. Jangan membuat masalah. Untung saja tidak ada media yang tahu. Kalau mereka tahu, bagaimana!? Kalian mau nama kita tercoreng di industri ini?"
"Tidak..." Dino, Seungkwan dan D.K menyahut. Yang lainnya ikut menggelengkan kepala, begitu pula Vernon yang tampak malu di posisinya.
"Ini baru awal promosi kita, loh. Masalah kemarin juga, aku harap tidak ada yang terlambat kalau tahu ada jadwal syuting dan sebaiknya sadar untuk tidak bermain ke mana-mana." Kali ini Scoups menyoroti Woozi yang sempat terlambat mengikuti syuting karena amukan Ayah Jinri di radio beberapa waktu lalu.
Woozi mengangguk, tahu ia salah jadi tidak mengelak. Lagipula kejadian itu tidak pernah ia pikirkan akan terjadi.
"Aku tidak akan melarang kalian pacaran, tapi, tolong... sekarang fokus dengan comeback kita. Jangan sampai usaha kita sia-sia." Kata Scoups menyudahi ceramahnya. Ia memandang anggotanya satu per satu, semuanya hampir menunduk, entah merasa bersalah atau bingung harus merespon apa.
Tiba-tiba Vernon mengangkat tangan. Scoups mempersilahkannya berbicara sehingga semua mata kini tertuju pada pria yang wajahnya mirip Leonardo DiCaprio itu.
"Aku minta maaf atas kejadian semalam." Kata Vernon menundukkan kepala dalam-dalam, tatapan matanya kosong ke arah lantai tempat mereka duduk. "Aku tidak berpikir akan terjadi seperti itu, tapi memang aku yang salah tidak bisa menahan emosiku. Aku berjanji tidak akan melalukannya lagi."
"Aku juga minta maaf sempat terlambat mengikuti syuting waktu itu." Sahut Woozi tanpa menjelaskan alasannya, toh, ia pikir alasannya tetap tidak bisa merubah kesalahannya yang ingin bermain-main di kala jadwal padat mereka.
"Bagus." Scoups memuji meski tidak merubah ketegasan dalam suaranya.
"Hubungan kalian juga perlu diperbaiki." Kata Jeonghan menahan tawa, ia segera disikut Deokyeom yang menggulum bibir.
"Ya, Jeonghan benar." Ujar Scoups. "Tapi tidak perlu sekarang. Kalian bisa mengobrolkannya baik-baik secara empat mata."
"Eish..." Masih dalam mode bercandanya, Jeonghan mendesah hingga membuat Deokyeom sukses tertawa, begitu pula Seungkwan dan Dino.
Scoups menegur keempat anggota Seventeen yang tidak bisa menilai keadaan itu--yang segera diam, mengunci mulut rapat-rapat. Vernon dan Woozi mengangguk saja karena keduanya memang tidak punya niat membicarakan masalah mereka lebih lanjut dalam forum. Ini privasi mereka dan anggota Seventeen tidak perlu ikut lebih lanjut.
"Susah, ya, kalau punya tipe perempuan yang sama." Jeonghan kembali menggoda yang kali ini membuat Scoups hampir berdiri untuk menghentikannya.
"Jeonghan! Mulutmu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
High Rises [Complete]
FanfictionUnderground Rapper dengan nama panggung Gum mencuri perhatian dua Idol asal Korea Selatan, Woozi dan Vernon. Keduanya berusaha mencari tahu Gum untuk bekerja sama dalam pembuatan album Seventeen di masa mendatang. Dan tiba-tiba gadis itu muncul dala...