15

203 37 1
                                    

Suasananya tidak senyaman yang Woozi kira. Tidak seperti hari-hari biasa, dimana kehadiran Vernon di studionya bisa membuat Jinri mengeluarkan sifat aslinya yang cerewet, kali ini gadis itu diam dan fokus menatap layar komputer di hadapan mereka. Fokus mengerjakan proyek seakan tidak ingin membuang waktu barang sedetik pun. Karena tidak ingin dikira Kepo, Woozi ikut fokus dan membiarkan Vernon duduk di sofa belakang mereka--yang tidak bisa melepas matanya dari Jinri.

"Bagaimana kalau temponya diperlambat?" Jinri bertanya sembari menyipitkan mata, melihat trak yang sedang mereka edit.

"Begini?" Woozi dengan cepat menggerakkan jari di atas tetikus dan keyboard, begitu selesai ia memutar bagian yang sudah diedit sesuai permintaan gadis di sampingnya.

"Emm..." Perlahan Jinri menarik tetikus dan keyboard mendekatinya, ia mencoba mengedit ulang tempo lagu yang mereka kerjakan lalu memutar bagian itu. "Bagaimana?"

"Boleh."

"Oke. Lanjut."

"Not Bad." Tiba-tiba Vernon menghampiri mereka. Ia berdiri di antara Woozi dan Jinri, menyeruak dan menggunakan keyboard semaunya. Mengedit ulang apa yang telah diselesaikan oleh Jinri tadi. 

Woozi dan Jinri bertatapan. Keduanya heran dengan sikap Vernon yang seenak jidat mengedit proyek mereka. Tapi karena Vernon bagian dari Seventeen--dan secara tidak langsung pria itu juga ikut dalam proyek mereka--Woozi membiarkannya. Begitu sudah mengedit bagian tempo dan ritme, pria itu menekan tombol space, memutar ulang trek untuk didengar oleh dua orang di dekatnya.

Lagu yang awalnya terdengar agak slow tiba-tiba menjadi lebih cepat. Woozi meringis, ia menepuk punggung Vernon. "Yaa! Kau pikir kita mau mengerjakan proyekmu apa!?"

Vernon terkekeh pelan. Ia meng-undo editannya lalu berkacak pinggang. "Sudah oke, sih, tapi ada yang masih kurang."

"Bagian mana?"

"Emm... bagian sini?" Ia memblok bagian yang ia rasa masih tidak terdengar enak.

Woozi mengangguk-angguk, ia memutar ulang bagian itu sedangkan Jinri tidak bersuara--tapi ia menyetujui apa yang dikatakan Vernon. Memorinya di malam itu membuatnya malas berhubungan dengan Vernon, ia jadi takut kalau-kalau pria itu mencoba dekat dengannya hanya untuk proyek kerja sama saja.

"Bagaimana, Kak?" Tanya Vernon dengan luwes kepadanya.

"B-bagaimana? Hmmm.. memang ada yang kurang bagian itu." Jawab Jinri kelabakan. Vernon bertanya saat kepalanya menerawang tentang sikap pria itu.

Saat ketiganya sibuk berpikir, tiba-tiba pintu studio terbuka. Harum makanan menyeruak hingga hidung ketiganya berjengit.

"H-hai." Sapa seseorang dengan sebuah ramyeon cup di tangan kanannya.

"Keluar!" Woozi berseru. "Bau Ramyeon-nya bikin studioku berbau makanan, Kak Scoups!"

"Sisa sedikit, kok." Elak Scoups, bersikeras, ia mendekati ketiganya. "S-ehm... selamat malam, perkenalkan aku Scoups, Seventeen's Leader. Salam kenal." Katanya sembari membungkukkan badan begitu sadar ada Jinri di sana.

Dengan sopan Jinri berdiri dari kursi, ia membungkuk pula membalas sapaan Scoups yang merupakan leader dari Seventeen yang mempunyai nama lengkap Choi Seungcheol itu. "Salam kenal, Jinri."

"Oh? Kau Gum itu, ya? Yang muncul di Can See Your Swag!?"

Jinri menggulum senyum, meski di hatinya ia ingin memekik kepada Jinhyuk. Kalau saja ia tidak berhutang budi kepada orang itu, mungkin sekarang ia tengah bermalas-malasan di apartemen atau sedang membuat musik di studio kecilnya. Sekarang ia malah dikenal oleh beberapa orang, salah satunya Scoups.

"No more catepillar! No more catepillars! Aku suka bagian itu." Kata Scoups lagi. Woozi meliriknya tajam, Scoups sepertinya sedang mode aktif sampai tampak terlalu ramah kepada orang yang baru dikenalnya.

"Terima kasih." Ucap Jinri.

"Sekarang kalian lagi ngapain?"

"Bekerja, Kak." Sahut Woozi sembari memutar kembali trek yang dianggap mereka kurang itu.

"Menurutmu, Kak, bagian ini kurangnya apa, ya?" Vernon kemudian bertanya kepada Scoups yang akhirnya ikut mempertajam telinganya mendengarkan 10 detik bagian lagu yang menjadi permasalahan mereka.

Jinri memperhatikan Scoups. Pria itu punya sorot mata yang cukup tajam juga, tidak jauh berbeda dengan Woozi meski Scoups punya mata yang lebih besar. Dahi pria itu pun ikut berkerut karena terlalu fokus mendengarkan bagian yang diputar Woozi berulang-ulang.

"Coba looping." Usulnya sembari menyumpit sisa Ramyeon ke dalam mulut.

Woozi segera menggerakkan tangannya di atas keyboard dan tetikus. Mengikuti usul Scoups lalu memutar trek itu dari awal setelah penambahan beat, keempat orang itu bertatapan. Senyum merekah di wajah mereka. Usul Scoups sangat berguna!

"Lihat? Keren, kan?" Tanya Scoups retoris dengan bangganya. Ia menghabiskan seluruh Ramyeon di cup-nya lalu melenggang santai ke atas sofa seperti seorang bos.

Vernon menyusulnya sembari menepuk tangan. "Keren! Keren!"

"Ternyata looping, ya." Gumam Woozi sembari menganggukkan kepala. Jinri yang berada di samping pria itu ikut mengangguk. Ia senang karena masalah mereka terselesaikan, agak tergugah juga karena anggota Seventeen, boygroup ternama Korea Selatan itu ternyata kemampuannya tidak main-main.

Sekilas Woozi melirik Jinri. Gadis itu menatap layar komputer dengan kosong. Ia jadi sedikit concern dengannya, merasa mungkin Jinri tidak nyaman dengan orang-orang yang baru ditemuinya--tidak nyaman dengan kehadiran Scoups yang asing sehingga ia hanya bisa diam di sampingnya.

Entah pemikiran dari mana, tiba-tiba Woozi membuka laci mejanya, meraih beberapa permen dari sana lalu menaruhnya di hadapan Jinri. Woozi tahu, Jinri memandangnya heran, tapi karena terlalu gengsi ia pura-pura fokus saja di depan layar komputer.

"Makasih." Kata Jinri seperti berbisik. Gadis itu melahap salah satu permen dengan kikuk dan secara tidak sadar, kedua sisi bibir Woozi terangkat.

Diam-diam, di dalam relung hatinya paling dalam, ia bersuara. Manis.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
High Rises [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang