29

150 29 0
                                    

Jinri menggerakkan kursor dengan cepat, dengan sisa waktu yang ada ia benar-benar ingin mempergunakannya dengan bijak. Sebelum pulang, Jinri meminta Woozi untuk meminjamkannya komputer untuk mengedit lagu yang baru ia buat, sekalian meminta saran dari pria itu meski ia tidak akan mengunggah lagu tersebut ke mana-mana. Sedangkan Woozi berada di sofa, tengah duduk memandangnya penasaran--ia tidak berani mengganggu kecuali kalau Jinri bertanya atau meminta sarannya.

"Woozi," Jinri memanggil.

Dengan cekatan, Woozi berdiri ia menghampiri gadis itu sembari berkacak pinggang. "Sudah?"

"Coba dengar." Kata Jinri sembari memutar lagu buatannya ini.

What a circumstance
Cannot tell the differences
Too many of them
We just can't together

Don't force me to be sinned
Cause later, we must be separated

Just let the broken hearted!
Soon we can be moved on
God wants you meet someone
Better...
Better than me

So let me go from you

Kedua telinga Woozi mendengarkan lagu itu dengan khidmat. Ada sentuhan drum dan bass, membuat lagunya terdengar seperti lagu band luar. Lagu yang dibuat Jinri mengingatkan Woozi akan Simple Plan. Ia segera melirik Jinri di sampingnya.

"Simple Plan?"

"Ketahuan, ya?" Jinri meringis. Selain membuat musik Hip Hop, ia sebenarnya senang sekali dengan musik Pop semacam musik yang dimainkan Simple Plan.

Woozi mengangguk. Ia tiba-tiba menaruh tangan di atas tangan Jinri yang masih memegang tetikus. Seakan tidak memperdulikan Jinri yang terkejut, ia menggerakkan kursor, memblok lagu itu lalu mengedit amplitudo dan frekuensinya. Pria itu tidak berbicara, menunggu proses editing yang sedang loading, kemudian memutar kembali lagu yang sudah selesai dieditnya.

"Karena kau tidak menggunakan alat musik yang asli, suara musiknya jadi kurang 'ngena'. Tapi sudah lumayan bagus." Kata Woozi yang sudah bersidekap di sampingnya.

Napas yang daritadi ditahan Jinri akhirnya keluar juga. Jantungnya berdegup tidak keruan saat Woozi menyentuh tangannya, tubuh pria itu pun sangat dekat sampai Jinri harus membungkuk agar tubuh mereka tidak bersentuhan.

"Aku tidak punya kenalan anak band." Ujar Jinri mencoba membuang pikirannya yang berlebihan tentang kejadian tadi.

"Kau MD! Tapi kau tidak punya kenalan anak Band?" Woozi mendecakkan lidah dan refleks Jinri menyikutnya.

"Iya! Memangnya harus punya!?"

"Seharusnya punya. Kau harus memperluas kenalanmu, dong."

"Huh." Jinri mendesah kesal. "Aku mengenal beberapa, tapi tidak begitu dekat, Woozi."

"Berarti ada."

Jinri kesal setengah mati. Memang Woozi ada benarnya tapi tidak bisakah pria itu bersikap lebih lembut? Tutur katanya selalu bisa membuat emosi Jinri naik.

"Aku bisa membantumu." Kata Woozi tiba-tiba. Ia daritadi menahan tawa melihat wajah Jinri yang cemberut. Ternyata memang menyenangkan membuat seseorang kesal, seperti apa yang ia perbuat kepada Jinri.

High Rises [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang