2 minggu kemudian
Queen masih saja dengan keinginan nya. Tidak ingin datang ke acara keluarga. Queen sama sekali tidak mau, Yang ia mau hanyalah Riyan Riyan Riyan dan Riyan.
Semakin hari Queen semakin lembek, Ia sering menangis di kamar, semakin barbar, emosional nya yang tidak bisa ia kontrol, Contoh nya sekarang ini,
Saat ia berjalan menuju kantin, tapi sosok adik kelas yang tidak sengaja menabrak nya. Hingga Queen terhuyung kebelakang beberapa langkah.
"Maaf, " Ujar perempuan tersebut dengan cuek, Queen menatap nya geram, dengan gerakan cepat, Queen menendang gadis itu hingga tersukur di lantai.
"Mata lo gunain kalau jalan!" Ujar Queen dingin lalu pergi begitu saja.
Caca hanya diam. Ini bukan pertama kalinya Queen emosional, namun belakangan ini mood Queen benar-benar tidak baik, badan nya memang terasa bersama Caca, tapi pikiran nya melayang entah kemana.
"Jaga emosi kamu, Queen." tegur Caca lembut.
"Iya, " jawab Queen singkat.
Caca menahan pergelangan tangan Queen yang akan memasuki kantin, Caca sakit melihat Queen yang tambah emosional begini.
"Kamu kenapa?" ujar Caca lembut, Queen menunduk menahan tangis. Queen cengeng akhir-akhir ini. Harinya habis oleh air mata.
Caca menyeret Queen ke atap sekolah.
"Kamu kenapa?" tanya Caca lagi setelah sampai di atap sekolah.
"Sudah aku bilang, Jalani Queen, aku tau kamu mikirin aku juga. Please kali ini kamu nurut." ujar Caca dengan mata berkaca-kaca.
"A_aku gak tega liat kamu kayak gini, kamu bertambah emosional, baik ucapan maupun tindakan, kamu cuma perlu turutin kemauan kakek, ini yang terbaik buat kamu, aku akan belajar ikhlas Queen. " lirih Caca di akhir kalimat.
Queen hanya terdiam, tanpa sadar Queen sudah mengeluarkan air matanya, sesak rasanya saat Queen ingin sekali menolak, namun paksaan dari sang Kakek membuatnya frustasi, belum lagi sang papi yang sangat ia harapkan untuk membantunya malah ikut berpihak pada kakek nya.
"Caa, " panggil Queen dengan pelan.
"Gapapa, Queen," jawab Caca lembut dengan senyum nya, meskipun ia juga sakit, ia tidak bisa menyalahkan Queen, Queen juga terpaksa dalam semua ini.
"Aku nggak bisa, Caa. hiks.. Hikss.." lirih Queen menunduk dengan isaakan nya, badan Queen luruh ke lantai, bahu nya bergetar hebat menahan tangis, yang keluar hanyalah isaakan kecil.
"Aku gak bisa Hiks.. Hiks.." ulang Queen lagi dengan tangis pilu yang terdengar, Caca sudah mengeluarkan air mata, mengapa harus terjadi kepada mereka, Caca pun berjalan menghampiri Queen dan memeluknya erat, mereka menangis bersama di lantai rooftop sekolah.
"Aku gapapa Queen Hiks.." ujar Caca dengan tangis nya sambil memeluk Queen eraat.
"Tapi aku gak bisa Hiks.. Aku mencintai Iyan, Kamu tau itu kan?" tanya Queen dan melepaskan pelukkan nya, Queen menatap Caca dengan air mata yang kian menderas.
"Bagaimana mungkin aku bisa bahagia, Caa. sedangkan kebahagiaan aku ada pada Riyan Hikss. Hiks.." Tangis Queen pecah saat itu juga.
Sedari tadi ia menahan, yang keluar hanyalah isakan kecil, Caca juga menangis, satu ia menangisi kekasihnya yang akan di jodohkan dengan sahabat baik nya, kedua ia menangis melihat kondisi kacau sahabat nya.
"Aku juga sakit Queen, Aku sakit pacar aku di jodohkan dengan sahabat aku. Tapi, aku tambah sakit melihat sahabat aku kacau seperti saat ini. " Jujur Caca, Queen semakin menangis memeluk lututnya, kakek nya begitu kejam, menyakiti 4 hati dalam satu kejadian.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUEEN (TAHAP REVISI)
Teen Fiction"Ni." Queen meletakan surat dengan amplop biru di atas meja Riyan. "Maksudnya?" tanya Riyan agak heran. "Gue udah tau, lo kan si surat yang amplop biru?" Tanya Queen dengan dingin, sambil menaik turunkan alisnya. "D-daariii mana kamu tau?" tanya Ri...