58. Hallo Semarang

10K 1.2K 52
                                    

Calla POV

Malam yang begitu berat. Aku harus bersiap untuk meninggalkan rumah ini. Sejenak meninggalkan rumah penuh cinta ini.

Disini aku tumbuh menjadi Calla yang mandiri. Calla yang tersakiti tapi akhirnya bahagia juga tumbuh di sini.

"Bajunya yang di bawa yang sopan-sopan ya nduk. Yang pendek gini di tinggal saja." Uti membantuku mengepak barang yang akan ku bawa ke Semarang esok hari. Mas Dipta masih dalam masa cuti. Tapi esok aku harus berkegiatan untuk yang pertama kali.

Sebagai istri perwira baru. Aku harus datang dan mengucapkan kata perkenalan.

"Uti nanti sendiri. Maafin Calla ya. Nggak bisa nemenin Uti sama Kakung." Uti membelai kepalaku.

"Nggak masalah. Asal cucu Uti ini bahagia. Masih ada Kakung dan teman-teman Calla Florist. Nanti biar Aluna yang sering nginep sini. Ada juga Mas Vadi yang selalu anter opa ambil pensiun. Jangan takut nduk. Kami pasti ada yang menjaga. Sekarang pengabdian mu untuk masyarakat dan suami."

"Hati-hati ya nduk intershipnya. Semoga Allah senantiasa memberikan kelancaran. Kebahagiaan untuk kamu dan Dipta. Baik-baik di Semarang Yo nduk. Uti akan sering ke sana nanti kalau kangen. Sekaligus nostalgia. Tempat ketemunya Uti dulu sama kakungmu." Aku tersenyum mengangguk.

"Udah mbak. Jangan sedih-sedih, Semarang Jogja itu dekat. Kamu tinggal kedip juga udah sampai. Tinggal di asrama itu harus hati-hati. Lisan, mata, sikap di jaga. Kamu ini pakaiannya Dipta. Kalau ada yang julid diamkan. Jangan kamu ambil hati. Ya nduk. Bunda percaya kamu ini bisa jadi istri yang baik. Selalu masakin suamimu di sela sibukmu. Ya nduk." Aku mengangguk.

Menatap kamar ini secara keseluruhan. Ya ampun, rasanya mau nangis. "Mas. Besok sebelum berangkat ke Makam dulu ya. Pamitan sama opa sama Oma." Ucapku.

"Siap tuan putri." Mas Dipta mengangkat kardus milik ku. Di bawanya ke mobilnya. Di tata bersama koper-koper milikku.

"Dek. Mas ke rumah buk e sebentar ya. Ambil baju dan kado yang bisa di bawa ke Semarang. Gara kasih kado rice cooker. Irit ga perlu beli." Aku mengangguk. Masuk ke dalam. Rebah ke kasur tercinta yang sebentar lagi akan ku tinggal.

🌻🌻🌻

Calla POV

Ini saatnya, saat harus melambaikan tangan ke arah Bunda ayah Uti Kakun, pak e buk e dan Simbah Haryo. Oh my God, aku sekarang juga cucu beliau. Imam Masjid di komplek kami.

"Ayah jaga kesehatan ya. Mbak Calla nggak bisa lagi selalu ada di dekat ayah. Jangan lupa minum air putih. Ayah suka lupa kan." Air mataku sudah banjir menetes begitu deras.

"Ayah akan ingat pesan dokternya ayah ini. Kamu baik-baik di kota orang nduk. Ayah akan sering nengok kamu kalau ada kunjungan atau waktu kesana. Ayah akan tetap di belakang kamu. Bukan menjaga, tapi melihat kebahagiaan anak ayah yang sudah jatuh cinta." Aku memeluk ayah erat. Begini rasanya berpisah.

"Bunda, jangan lupa minum vitamin. Bunda selalu capek dan masuk angin setiap kali pergi jauh sekarang. Ini buat bunda. Kalau bunda kangen Mbak. Bunda bisa peluk ini." Bunda juga tak kuat menahan tangis. Ia memelukku dan menangis tersedu.

"Makasih nduk. Kamu selalu menjadi pelita Bunda yang penuh cinta. Bunda akan inget pesen kamu terus."

"Iya. Titip ayah ya bun. Marahin aja kalau ayah nggak minum air putih. Marahin aja ayah kalau ngeyel. Kalian jangan telat makan ya."selanjutnya aku memeluk uti dan Kakung.

Tidaj banyak yang ku katakan. Aku takut menangis semakin pilu saat melihat wajah Uti dan Kakung. Aku menangis saat memeluk mereka.

"Hati-hati, semoga Allah melindungi kalian cucu-cucuku." Bergantian salam dengan ibu mertua.

CINTA CALLA SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang