5. Koas Hari Pertama

12.3K 1.2K 21
                                    

Co-assisten atau orang biasanya menyebut dengan istilah koas. Sarjana Kedokteran yang sedang praktek di lapangan. Semacam KKN bagi mahasiswa kedokteran.

Hari ini hari pertamaku menjalani Koas. Pada angkatan ini koas di mulai dua Minggu sebelum wisuda. Lebih cepat dari yang aku perkirakan. Karena kemarin yudisium ku mengikuti gelombang awal.

Koas di bagi menjadi dua, yaitu Stase mayor dan Stase minor. Di mana masih ada banyak lagi ilmu di dalamnya.

Dan yang ku jalanai hari ini begitu mendebarkan. Masuk ke dalam Stase mayor, Stase penyakit dalam.

Hari pertama yang cukup menegangkan. Dalam koas ini di bagi dalam beberapa kelompok. Dan kebetulan, salah satu kelompokku adalah one of the most wanted di FKKMK UGM. Siapa lagi kalau bukan Raden Mas Andika.

Sengaja pagi ini aku menjemputnya di kos agar kami bisa bersama. Jujur deg-degan setengah mati.

Hari ini tidak terlalu berat untuk kami. Diperkenalkan lingkungan rumah sakit. Bangsal penyakit dalam dan banyak tetek bengeknya.

Kami juga boleh untuk berinteraksi langsung bersama pasien. Konsulen baik hati bak bapak peri menyambut kami. Dengan senyum hangat dan menjawab pertanyaan kami para koas yang masih di bawah kacang.

"Eh tau nggak. Tadi kan aku dari ruang perawat tuh. Dengerin mbak Nela lagi gosipin residen yang ganteng banget katanya." Itu suara Amel. Yang paling modis di antara kami.

Penampilannya begitu wow dengan kemeja mahalnya. Rambut panjang putri Indonesia ia kucir kuda. Aroma wangi parfum keluaran Zara yang harganya jutaan begitu semerbak. Jangan lupakan flatshoes Gucci asli no kw kw miliknya.

"Ya ampun Mel. Baru hari pertama aja udah dapet ceng-cengan." Ejek Dul yang tengah memakan Snack Jetz miliknya.

"Itu deh liat cepetan." Bisik Amel yang membuat kami saling mendongak satu sama lain.

"Siapa sih?" Tanyaku penasaran.

"Dokter Wiska, residen tahun pertama. Single, ganteng, manis , suamiable." Kami mendongak demi melihat dokter yang menurut Amel begitu ganteng.

"Gantengan juga dokter Tedjo gaes." Celetuk Abdul. Aku dan Andika langsung tertawa keras. Bagaimana tidak, dokter Tedjo, Raden Mas Tedjo Megantoro. Konsulen penyakit dalam yang seperti bapak peri bagi kami. Wajahnya begitu tamvan idaman ibu-ibu DM yang setiap waktu kontrol rutin dengan beliau.

"Gila-gila dia ngedeket kesini Woy." Amel mencubit pahaku. Aku langsung mengaduh.

"Halo." Sapanya pada kami.

"Hai dok." Andika dan Abdul langsung berdiri menyapa Dokter Wiska. Dari wajahnya aku seperti tidak asing.

"Wajah-wajah baru ya. Semangat pokoknya dek. Dokter Tedjo baik banget kok. Di jamin hidup kalian di penyakit dalam enak dan bahagia." Ucapnya seperti memberi harapan pada kami.

"Siap makasih ya dok. Iya dokter Tedjo baik kok." Ucap Abdul membenarkan ucapan dokter Wiska.

"Kenalin dok. Saya Amel, koas baru di Stase ini." Andika menyenggol sepatuku. Aku hampir tersedak tawaku sendiri.

"Oh iya. Saya Wiskara, residen tahun pertama." Mata Amel langsung berbinar.

"Saya Andika dok. Asli Jogja." Dokter Wiska tersenyum.

"Saya juga Jogja lho. SMA mana kamu?" Tanyanya.

"Saya teladan dok. Hehe. Kalau dokter?" Aku masih mengingat siapa dokter ini.

"Saya SMA 3." Aku langsung ingat. Dia mas mas yang waktu itu.

"Loh. Kakak kelas mu Call." Aku mengangguk.

CINTA CALLA SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang