51. Malam Pengantin

11.7K 1.2K 61
                                    

Jangan berharap ada adegan gendong gendong ala bridal style. Ataupun adegan dewasa 21+. Malam sunyi ini hanya ada diam. Krik krik suara jangkrik pun tidak ada terdengar.

Selepas sholat isya kami memutuskan rebahan di kasur kamar pengantin. Di sampingku ada Calla yang tengah menatap langit-langit kamar.

"Tidur Dek, besok masih ada acara lho." Ucapku. Esok masih ada acara ngunduh mantu. Tempatnya masih rahasia. Tapi yang jelas. Tidak ada tamu dari ayah bunda buk e dan pak e. Hanya ada teman-teman ku dan semua kerabat dekat.

Calla menoleh ke arahku, matanya berkaca-kaca. "Kenapa nangis hm?" Aku mendekat ke arah Calla. Membawanya ke pelukan ku. Udah halal bro.

"Maafin aku." Mataku memincing.

"Untuk apa? Kamu nggak salah dek."

"Aku belum bisa jadi istri yang baik. Belum bisa memenuhi kewajiban aku sebagai istri mas." Aku tak bisa menahan tawa.

"Kok malah ketawa" aku mengusap pipi Calla.

"Kita itu masih dalam tahap belajar Calla. Aku nggak akan minta hakku sekarang. Ada waktunya nanti, ketika cinta sudah tumbuh di antara kita. Dan mulai sekarang, kita belajar, saling mencintai. Pernikahan ini bukan pernikahan main-main. Aku udah bersumpah di depan ayah. Bakalan jagain kamu, selama hidupku. Sampai maut yang memisahkan." Ucapku pada Calla yang masih terisak.

"Aku sayang kamu Calla. Nggak akan aku sakiti kamu. Jangan nangis." Aku terus memeluknya. Hingga isakan itu berganti dengan hembusan nafas teratur. Aku mengecup keningnya lama.

"Selamat tidur manis" tersenyum melihat wajahnya terlihat damai, aku beranjak menutupi tubuh kami dengan selimut. Aku juga harus tidur. Karena esok hari, ada satu kejutan lagi untuk Calla. Dan semoga dia suka.

Lekas tumbuhlah cinta antara aku dan kamu La. Agar kita cepat bisa menggapai mimpi-mimpi yang lain. Mas sayang kamu.

🌻🌻
C

alla POV

Suara tadarus Al-Qur'an terdengar begitu merdu dari masjid, saat ingin beranjak ada lengan kekar yang menindih perutku. Pantas saja semalam rasanya begitu nyaman.

Ternyata, aku tertidur di pelukan Bang Dipta. Aku terus mengamati wajahnya saat tertidur. Begitu lucu, mungkin bagi orang lain. Bang Dipta tidak terlalu tampan. Masih lebih tampan Elang atau bahkan Mas Fathur. Eh kok malah bahas itu.

Tapi bagiku, Abang lebih tampan dari mereka. Wajahnya teduh dan dewasa. Aku yakin bisa nyaman di dalam pelukannya.

Tanganku bergerak menyusuri wajahnya. Menyentuh kulit pipinya, halus, belum di tumbuh kumis dan brewok. Hatiku berdesir saat membelai lembut wajahnya.

"Udah puas belum lihat e dek?" Aku terlonjak kaget saat suara Bang Dipta terdengar.

"Ngagetin sih mas." Ucapku tersipu.

"Morning." Lagi-lagi aku membeku saat Bang Dipta mengecup keningku.

"Pagi." Balasku kaku.

"Jamaah subuh yuk." Ajaknya. Baru juga sehari jadi istrinya jantungku sudah di bikin deg-degaan sepanjang waktu.

"Aku bakalan bikin kamu jatuh cinta sama aku dek. Jatuh sejatuhnya sama pesonaku. Dan kamu bakalan jadi wanita yang paling bahagia di dunia ini." Aku langsung berlari keluar kamar. Bisa gila deh aku kalau gini terus.

🌻🌻🌻

Dipta POV

Pagi hari di rumah mertua rasanya berbeda. Di luar rumah masih ada tenda-tenda, tapi tak menyurutkan semangat sang empu rumah untuk berkebun.

"Ini hal wajib ya Dip. Kalau di rumah usahakan rawat tanaman kaya gini. Biar rumah mu cantik. Begitu pun dengan rumah tanggamu. Harus di jaga di siram dengan cinta. Di pupuk dengan kasih. Agar mekar wangi sepanjang waktu." Nasihat ayah yang membuatku tersenyum.

Aku ikut duduk di bangku kecil, kalau dalam bahasa Jawa namanya dingklik. "Iya ayah. In syaa Allah Dipta akan pupuk Calla dengan cinta. Hehe. Ini di taruh mana?" Tanyaku melihat tanaman mawar yang rusak karena acara kemarin.

"Waduh ini kesayangan bundamu. Sedih nanti dia." Aku bisa melihat perubahan wajah ayah melihat pot mawar yang batangnya rusak juga bunganya.

"Di pangkas aja yah. Nanti pasti tumbuh baru. Atau di stek batang barunya biar bisa tumbuh yah. Coba Dipta bantu." Ayah memperhatikan aku.

"Wah semoga tumbuh ya." Ucap ayah.

"Ayahhhhh. Kok malah ngurus bunga. Jam sepuluh harus siap lho ayah tuh. Ini lagi ya Allah Dipta. Kamu itu nanti mau kirab pengantin. Malah main tanah di sini. Sana mandi sarapan, istrimu masak nggak di bantu. " Ayah menatapku sambil tertawa.

"Ayah harap kamu akan seperti ini. Penuh solusi dalam segala hal dalam permasalahan rumah tanggamu nanti. Setiap masalah selesaikan lah dengan solusi baru. Dengan kepala dingin. Kamu tahu sifat istrimu seperti apa. Ayah percaya kamu bisa menjaga ngemong Calla dengan baik dengan caramu. Sekarang dia tanggung jawabmu. Kalau dia salah kamu berhak menegurnya. Tapi ijinkan ayah menyelesaikan kewajiban ayah sebagai orang tua sampai nanti intership Calla selesai." Aku mendongak.

"Ijin yah. Saya sudah memikirkan matang-matang. Kalau ayah tidak keberatan, Calla sekarang tanggung jawab saya. Jadi ijinkan saya juga andil dalam memberi nafkah untuk pendidikan Calla." Ayah menepuk pundakku.

"Simpan uangmu untuk mengisi rumah dinas mu dip. Kamu itu manten baru. Punya kasur di asrama? Ada kulkas? Kompor? AC? Calla kulitnya sensitif kamu tahu sendiri kan? Pergunakan uang mu untuk modal hidup setelah menikah. Ayah sudah menyiapkan segalanya untuk pendidikan anak ayah. Boleh ya Dip." Aku mengangguk.

"Terima kasih yah. Dipta akan bekerja keras. Agar kehidupan kami bisa cukup."

"Menabung lah, tidak selamanya kamu bisa tinggal di rumah dinas mu. Jangan sampai selama masih aktif di TNI kamu boros. Gaji tentara itu tidak sebanyak gaji pengusaha. Yang bisa beli ini dan itu. Syukur kamu mau usaha lain. Walaupun ayah yakin usaha keluargamu juga cukup besar. Tapi akan lebih puas lagi kalau itu usahamu sendiri." Aku mengangguk.

"Siap yah. Rencananya Dipta ingin buat usaha kuliner di Semarang. Doakan yah. Agar jalan Dipta mencari rezeki bisa berjalan lancar. Dipta ingin melihat Calla jadi spesialis. Seperti mimpinya." Ayah menepuk pundakku.

"Selalu ayah doakan untuk kebahagiaan dan kesuksesan anak-anak ayah. Kamu sudah betul betul jadi anak ayah. Jaga Calla ya Dip. Hatinya kecil, tapi kuatnya sekuat karang. Buailah dengan cinta dan kasih sayang. Ayah yakin kamu bisa menjaga Calla dengan cinta." Aku mengangguk.

"Pasti yah. Calla akan aman bersama saya. Saya akan berusaha membahagiakan Calla. Tapi saya tidak bisa janji untuk selalu di sampingnya." Ayah menepuk pundakku.

"Ayah pegang janjimu Dipta. Sekarang masuk sana. Bunda mu keburu ngomel lagi nanti." Aku dan ayah tertawa. Matahari sudah terlihat naik ke atas. Hari pertama menjadi mantu Angkasa begitu indah. Iya rumah ini penuh cinta, seperti Calla. Cinta Calla Senja.

🌻🌻🌻🌻
Komennya bikin semangat update. Makasih semuanya ❤️

CINTA CALLA SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang